Share

Pakaian berlumpur

Author: Simplyree
last update Last Updated: 2025-07-05 13:27:11

Vita berjalan menuju sudut rumah tempat keranjang pakaian kotor berada. Dengan cekatan, ia mulai memilah-milah baju kotor yang sudah menumpuk, lalu memisahkan pakaian berwarna putih, gelap, dan yang berbahan lembut.

Namun tangannya terhenti saat ia mengambil sepotong celana panjang dan kemeja yang tampak lusuh dan penuh lumpur kering.

Vita mengernyit. Tangannya refleks memegang bagian bawah celana yang nyaris mengeras karena tanah yang sudah mengering. Setelah diteliti, ternyata ada bekas cipratan lumpur di bagian lutut dan ujung lengan baju, bahkan terdapat sedikit sobekan kecil di sisi kemeja.

Hatinya langsung dipenuhi tanya.

Bagaimana pakaian Arga yang dipakainya semalam bisa dipenuhi oleh lumpur?

Vita menghela napas pelan, ia lalu duduk di sisi keranjang sambil menatap pakaian itu. Ada rasa tak nyaman merayap pelan di dadanya. Pekerjaan kantor macam apa yang membuat suaminya sampai pulang dengan kondisi sekotor ini? tanya Vita dalam hati.

Karena tak ingin dihantui rasa penasaran, Vita memutuskan untuk bertanya langsung kepada suaminya. Ia membawa pakaian kotor itu lalu berjalan pelan menuju ruang tengah, tempat Arga sedang duduk menonton TV.

“Mas Arga,” panggil Vita.

Arga sontak menoleh. “Iya, kenapa?” tanya Arga.

“Kok baju yang kamu pakai semalam bisa sekotor ini?” tanya Vita penuh selidik.

Tubuh Arga langsung menegang. Matanya sempat melirik pakaian di tangan Vita, sebelum akhirnya ia berdiri dan menghampirinya.

“Oh itu…Tadi malam hujan, terus di jalan ada ibu-ibu yang motornya mogok, terus aku bantuin dorong. Makanya baju aku ikut kotor," jawab Arga sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Vita tidak langsung menanggapi. Ia hanya diam, menatap pakaian itu sejenak. Ada keraguan yang tergambar jelas di wajahnya. Jawaban Arga terdengar masuk akal, tapi tetap saja hatinya belum benar-benar percaya.

“Kenapa?” tanya Arga pelan. “Atau biar aku aja yang nyuci, sini.” Ia mengulurkan tangan untuk mengambil baju itu, namun Vita segera menariknya menjauh.

“Ngga usah, biar aku aja,” ucap Vita singkat.

Tanpa menunggu reaksi lebih lanjut dari Arga, Vita berbalik dan berjalan menuju tempat mencuci pakaian.

Arga berdiri diam di tempat, matanya mengikuti setiap langkah Vita. Rahangnya mengeras, lalu ia mengusap wajahnya dengan kasar.

★★★

Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, Vita kembali ke kamar dengan niat ingin beristirahat sebentar. Ia duduk di sofa kecil dekat jendela, membiarkan tubuhnya bersandar dengan mata terpejam.

Namun pikirannya belum benar-benar tenang. Ucapan Arga pagi tadi terus terulang di kepalanya. "Tadi malam hujan, terus aku bantuin ibu-ibu dorong motor..."

Entah kenapa Vita merasa ada yang janggal dari ucapan suaminya itu.

Tadi malam ia tidur sangat nyenyak, sampai tidak menyadari apakah hujan benar-benar turun seperti yang Arga katakan. Dan kini, rasa ingin tahunya mendorongnya untuk memastikan sendiri.

Vita menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat, sementara dari dalam terdengar air yang mengalir, Arga sedang mandi.

Akhirnya Vita memilih berdiri dari sofa, dan berjalan menuju pintu, ia pun keluar dari kamar. Ia menuruni anak tangga dengan tergesa, lalu berjalan menuju pintu keluar.

Begitu membuka pintu depan rumah, sinar matahari langsung menyambut wajahnya. Vita berdiri di ambang pintu selama beberapa detik, hanya menatap ke depan. Matanya menyapu jalanan perumahan yang lengang. Perlahan ia melangkah keluar dan turun ke halaman depan.

Aspal di depan rumah tampak kering, bahkan sedikit berdebu. Vita berjalan lebih dekat ke tepi jalan, memperhatikan selokan kecil di pinggirnya. Tidak ada air menggenang, bahkan lumut di dinding saluran air tampak kering.

Ia menengok ke sekeliling. Tidak ada bekas ban kendaraan yang berlumpur. Tidak ada tanda air pernah menggenang semalam. Bahkan rumput pun tak terlihat basah.

Kalau memang semalam hujan, mengapa tak ada jejaknya sedikit pun? Apakah Arga telah berbohong kepadanya?

“Neng Vita!”

Suara itu membuat Vita tersentak kecil. Ia menoleh cepat, kaget karena merasa tiba-tiba saja disadarkan dari lamunannya.

Ternyata Pak Iwan, satpam perumahan yang sedang berdiri di dekat pagar rumah sambil tersenyum ramah. Dengan seragamnya yang khas dan tongkat kecil di tangan, pria paruh baya itu tampak baru saja menyelesaikan ronda paginya.

Vita menarik napas lega, mencova menutupi keterkejutannya.

“Selamat pagi Pak Iwan, saya nggak nyadar ada bapak," ucap Vita.

“Hehe, maaf ya Neng, kalo ngagetin. Soalnya dari tadi bapak liatin kayanya Neng Vita lagi bengong, kaya lagi banyak pikiran," ucap Pak Iwan sambil terkekeh.

Vita tersenyum tipis. "Ngga pak, cuma lagi berjemur," balas Vita sedikit kikuk.

Lalu seolah baru ingat sesuatu, Vita pun bertanya, “Pak, semalam hujan ya di sini?”

Pak Iwan langsung menggeleng. “Nggak tuh, Neng. Tadi malam bapak keliling sampai hampir jam satu, nggak turun hujan sama sekali," balas Pak Iwan.

Vita terdiam sejenak. “Oh gitu, saya kira hujan. Soalnya tadi malam sempat denger kayak suara rintik-rintik gitu,” ucap Vita berbohong.

Pak Iwan tertawa kecil. “Hehe, jangan-jangan mimpi hujan, Neng," balas Pak Iwan.

Vita ikut tertawa. “Bisa jadi tuh pak, kalau gitu saya masuk dulu ya pak,” ucap Vita berpamitan.

Vita kemudian berjalan memasuki rumah. Ia mulai berpikir, mungkinkan hujan turun di tempat kerja Arga sementara disini tidak? Pikiran itu cepat terlintas, namun dengan cepat ia tepis.

Karena setahu Vita, jarak rumah mereka dengan kantor tempat suaminya bekerja tidaklah jauh, hanya membutuhkan waktu sekitar lima belas menit dengan menggunakan mobil.

Satu fakta yang ia temukan sekarang adalah Arga telah berbohong kepadanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Sosok tak terduga

    Setelah hampir satu jam berkeliling kota, Vita akhirnya berhenti di sebuah tempat yang tampak sepi. Tak ada kendaraan yang melintas, hanya motornya yang terparkir di sisi jalan. Ia bahkan belum pernah mengunjungi tempat ini sebelumnya.Vita mengecek lokasi suaminya di ponsel, dan benar saja titik keberadaan Arga berada tepat di tempat ia berhenti. Ia menoleh kanan-kiri, tapi mobil Arga tak terlihat."Mas Arga di mana sih?" gumam Vita. ia menghela napas panjang mencoba untuk menenangkan diri. Ia memejamkan matanya sejenak untuk berpikir apa yang harus ia lakukan setelah ini.Tiba-tiba, terdengar suara mobil yang berhenti tepat di sampingnya. Vita menoleh. Ia kemudian melihat beberapa pria bertubuh besar turun dari mobil. Tubuh mereka di penuhi tato dan luka goresan.Mata Vita sontak terbelalak. Ia menduga pria tersebut adalah preman yang mungkin saja akan melukainya. Ia segera memutar kontak motornya, namun seorang pria berambut panjang sudah dulu mengambil kontak motornya dari tempat.

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Pura-pura polos

    Keesokan paginya Vita sudah disibukkan dengan kegiatan di dapur, sehingga pukul enam pagi semua masakan sudah tersaji di meja makan. Kini ia tinggal menunggu suaminya untuk turun ke bawah. “Tumben Mas Arga belum juga turun,” gumam Vita sambil melirik jam dinding. Ia kemudian naik ke lantai dua untuk memanggil suaminya.Dari ambang pintu kamar, Vita bisa melihat Arga yang sedang menggeledah seisi kamar hingga ruangan itu tampak berantakan. Ia pun berjalan masuk dengan perlahan.“Mas Arga cari apa sih? Kok kamarnya berantakan gini?” tanya Vita sambil memperhatikan seisi kamar. Arga tampak mengusap rambutnya hingga berantakan. “Mas lagi cari dompet, dari kemarin ngga ketemu,” ucapnya tampak gelisah.“Mas Arga inget terakhir kali ada di mana?” tanya Vita pura-pura tak tahu. Ia kemudian berjalan ke sisi ranjang lalu mengangkat bantal seolah-olah ada di bawah sana. “Seingatnya sih pagi kemarin waktu mas mau berangkat kerja, dompetny udah dimasukin ke saku celana, tapi waktu mas cari tern

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Nama yang tak asing

    “Aku kayak pernah denger nama Reksa, tapi di mana ya?” gumam Vita pelan. Ia merasa tidak asing dengan nama itu. Keningnya berkerut seolah sedang berpikir keras. Matanya meneliti deretan berkas di depannya. Ia sempat menggeledah isi lemari, dan mengecek berkas penting milik suaminya. Semuanya memang tertera atas nama Arga, namun kalau begitu, kenapa suaminya juga punya kartu tanda penduduk atas nama Reksa Adinata?“Argh pusing banget!” seru Vita merasa frustasi. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan.“Pusing kenapa?” Suara berat itu mengagetkan Vita.Vita sontak menoleh ke sumber suara. Ia melihat Arga yang sedang berdiri di ambang itu. Wajah pria itu tampak bingung dengan kondisi kamar yang berantakan dengan berkas-berkas. “Kamu lagi ngapain?” tanya Arga sambil melangkah mendekat.“Mas Arga kok tumben udah pulang?” tanya balik Vita mengabaikan pertanyaan suaminya. Dengan cepat ia memasukkan dompet milik Arga ke dalam saku celananya. Arga berjongkok di hadapan istrinya sambil mem

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Satu orang, dua nama

    Vita memasuki rumah dengan langkah lunglai. Barang belanjaan yang telah dibelinya di minimarket tampak begitu berat. Ia memang membatalkan berbelanja di pasar karena hari sudang siang. Vita lalu terduduk di kursi dapur dengan tubuh lemas. Ia menatap kosong ke arah belanjaan yang tergeletak di lantai."Kamu lagi di mana sebenarnya mas?" gumam Vita. Ia terus mengulang pertanyaan yang sama berulang kali. Tangannya terulur mengambil ponsel dari tas kecilnya. Ia lalu membuka aplikasi pelacak untuk mengetahui keberadaan Arga. Ia merasa heran mengapa dirinya tak mengecek lokasi suaminya dari awal. Berdasarkan aplikasi pelacak itu, Vita bisa melihat bahwa lokasi Arga memang bukan berada di kantor, melainkan sebuah tempat yang jauh dari kota tempat ia tinggal."Ngapain Mas Arga ada di sana?" gumam Vita. Ia menyipitkan matanya seolah sedang berpikir keras. Jari-jari tangannya tampak mengetuk permukaan meja beberapa kali. "Apa aku samperin aja ke sana?" Pikiran itu sempat berputar di kepala

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Tatapan sendu

    "Ma-maksudnya kak? Maksudnya suami saya ngga kerja di sini?" tanya Vita memastikan. Petugas resepsionis tersebut mengangguk pelan. "Benar kakak. Tidak ada nama suami kakak dalam daftar karyawan," jawabnya sopan. "Kok bisa ya?" gumam Vita pelan.Wajah Vita jelas memperlihatkan kebingungan. Ia kemudian diam sambil menatap lantai selama beberapa saat."Tapi apakah dulunya pernah bekerja di sini kak? Mungkin baru aja resign beberapa hari yang lalu?" tanya Vita penasaran. "Setahu saya nama itu tidak pernah tercatat di sini. Tapi untuk kepastiannya, hanya HRD yang bisa menjawab," jawab petugas tersebut dengan sopan. Vita mengangguk pelan. "Baik, kak. Kalau gitu saya pergi dulu. Makasih," pamitnya. Wajahnya tampak terkejut dengan kenyataan yang baru saja ia terima. Dengan tangan gemetar Vita membuka ponselnya, dan kembali menghubungi suaminya.Tuut tuut tuut."Halo, sayang." Suara Arga terdengar di seberang."Halo, mas," balas Vita sambil menjauhkan diri dari meja resepsionis."Kenapa?

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Tidak ada dalam daftar

    "Sekarang giliran Mas Arga yang jawab pertanyaan aku. Emang benar tempat itu tempat buat menyiksa orang lain?" tanya Vita penasaran. Arga mengangkat bahunya pelan. "Mungkin aja ya, mas kurang paham sih soalnya kan mas ke sana juga cuma sebentar," jawabnya santai. Vita menarik napas pelan. Sebenarnya ia masih penasaran dengan tempat itu. Entah mengapa ia merasa bahwa Arga seperti sudah sering pergi ke sana. "Aku masih penasaran banget," ucapnya jujur. "Jangan terlalu dipikirin. Kalau emang bener di sana tempat pembantaian, pasti bakal diselidiki sama polisi," ucap Arga menenangkan istrinya. Vita mengangguk pelan sambil tersenyum kecil. Wajahnya tersirat jelas bahwa masih banyak pertanyaan yang bersalah di kepalanya. Arga menyentuh tangan istrinya. "Udah ya, sekarang udah malem waktunya kita tidur. Besok mas harus berangkat ke kantor," ucapnya lembut. "Iya," balas Vita. Sepasang suami istri itu kemudian bangkit dari duduknya, dan berjalan menaiki tangga untuk menuju kam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status