Share

Suara Desahan di Kamar Anakku
Suara Desahan di Kamar Anakku
Penulis: Miss_Pupu

1 Suara Desahan

Penulis: Miss_Pupu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-18 19:15:06

"Ah ..."

Malam yang sudah larut saat jarum pada benda bundar yang menempel di dinding menunjukan pukul dua belas malam aku keluar dari kamar karena kehausan.

Bulu kudukku tiba-tiba merinding saat aku berjalan melewati kamar Rani. Suara desahan keluar dari dalam ruangan itu. Suara siapa?

Aku mengusap pundakku. Merasa ada yang aneh. Mana malam ini suamiku tak pulang karena harus lembur.

Dengan rasa takut dan penasaran di dalam dadaku, segera ku tempelkan telinga ini pada pintu kamar Rani. Aku yakin suaranya dari dalam kamar Rani, Anakku. Gadis berusia tujuh belas tahun itu pasti sudah tidur. Lalu, suara siapa itu?

"Hmm ..."

Lagi-lagi suara-suara aneh itu mendebarkan jantungku. Aku yakin kalau itu suara Rani. Aku sangat yakin, itu suara putri tunggalku. Mengapa harus mendesah di malam yang sudah selarut ini? Sedang apa dia di dalam kamarnya?

Aku menelan saliva dengan cemas. Segera ku ketuk pintu kamar Rani dengan kencang dan memanggilnya.

"Rani! Buka pintunya!"

Tak ada jawaban dari dalam kamar Rani. Suara desahan tadi bahkan menghilang begitu saja. Sepi dan sunyi. Merasa tak ada balasan dari sang pemilik kamar, aku pun segera mengetuk pintu kembali bahkan kali ini lebih keras.

"Rani! Buka pintunya!"

Aku tak gentar, aku terus mengetuk pintu kamar Rani dengan keras. Aku merasa cemas. Khawatir sesuatu terjadi pada anak gadisku. Dia adalah anak satu-satunya yang aku miliki karena sampai saat ini aku belum juga dikaruniai anak atas pernikahanku dengan Mas Fery.

Rasa khawatir ini bahkan tak mau berhenti saat Rani masih saja tak membuka pintu kamarnya. Aku terus saja mengetuk pintu kamar Rani dengan keras. Setelah beberapa menit berlalu akhirnya Rani membuka pintu dengan kelopak mata yang masih menyipit. Sepertinya baru saja bangun tidur. Bajunya pun acak-acakan.

"Ada apa sih, Mah? Ganggu saja malam-malam begini!" Rani tampak marah. Ia berkata dengan nada suara yang sedikit tinggi dariku. Ia juga terlihat mengucek-ucek kelopak matanya dengan jemari tangan.

"Kamu lagi ngapain di dalam?" Aku bertanya seraya berusaha menerobos masuk ke dalam kamar Rani, namun dihalangi olehnya.

"Mamah mau kemana sih? Main nyelonong saja. Tidak sopan, Mah!" Rani menghalangi jalanku dengan tangan kanannya. Ia seperti tak mengizinkanku masuk ke dalam kamarnya.

"Ada siapa di dalam kamar kamu?" Aku bertanya dengan penuh selidik. Desahan suara Rani tadi benar-benar membuat aliran darahku terasa panas.

"Aku sendirian. Lagian ini sudah malam, Mah! Aku sudah tidur, tapi Mamah malah mengganggu," jawab Rani memprotes.

"Mamah mendengar kamu mendesah. Sedang ngapain kamu? Jangan bilang ada seseorang yang kamu bawa ke dalam kamar!" Aku berbicara sedikit tegas. Rani memang anak yang lumayan keras. Dia bahkan tak segan-segan membantah saat dia merasa benar.

"Mamah apa-apaan sih! Tolong dong, Mah. Jangan aneh-aneh begitu. Aku sedang tidur nyenyak dan besok aku ada latihan di sekolah. Mamah tega sekali mengganggu istirahatku." Rani dengan tatapannya yang tajam saat berbicara denganku.

"Lalu suara siapa tadi?" Aku bertanya lagi.

Sebelum menjawab pertanyaanku lagi, Rani pun membiarkanku masuk ke dalam kamarnya. Kondisi kamar yang acak-acakan padahal dia hanya tidur sendiri.

"Tidak ada siapa-siapa kan?" tantang Rani saat aku selesai mengelilingi kamarnya.

"Lalu, suara siapa tadi?" Aku bertanya lagi namun kali ini bukan kepada Rani. Aku bertanya pada diriku sendiri. Telinga ini dengan jelas mendengar Rani mendesah seperti wanita yang tengah menikmati surga dunia. Namun tak ada siapa pun di kamar Rani. Jendela yang tertutup rapat bahkan semuanya tak ada yang aneh selain kasur dan spreynya yang tampak acak-acakan.

"Sudahlah, Mah. Aku mengantuk. Tolong jangan ganggu aku lagi. Keluar!" usir Rani dengan segera.

***

Setelah kejadian malam itu aku masih saja kepikiran. Suara siapa yang ada di kamar Rani malam itu.

"Kamu kenapa, Mia?" tanya suamiku membuyarkan lamunan. Mas Fery duduk di sampingku seraya menepuk pundak. Kita berdua sama-sama duduk di atas tempat tidur padahal harusnya aku menyiapkan sarapan untuknya.

Mas Fery mungkin merasa aneh saat melihatku melamun sendirian di dalam kamar, padahal dia sudah rapih dengan setelah jasnya.

"Mas aku merasa ada yang aneh dengan, Rani." Aku mengeluarkan kegelisahan di dalam dada ini. Sudah sewajarnya aku bercerita pada suamiku mengenai Rani. Ya, walau pun Mas Fery bukan Papah kandung Rani, dia cukup menyayangi Rani meski pun kami baru saja dua tahun menikah.

"Aneh bagaiman, Mia?" Mas Fery bertanya seraya mengernyitkan dahi.

"Malam kemarin saat kamu tak ada di rumah, aku mendengar suara Rani mendesah kenikmatan di dalam kamarnya. Tapi, saat aku periksa ternyata tak ada siapa-siapa dan Rani hanya seorang diri. Padahal telinga ini tak mungkin salah dengar," ungkapku pada Mas Fery.

"Hmm mungkin saja Rani sedang mengigau. Kamu tak usah khawatir berlebihan begitu. Rani anak baik dan kamu tahu itu. Dia tak akan mungkin berbuat yang aneh-aneh. Tenang saja." Mas Fery berbicara dengan santainya.

Mungkin saja Mas Fery benar, ini hanya ketakutanku saja yang berlebihan. Apalagi saat perceraianku dengan Papah kandung Rani yang menyisakan luka karena perselingkuhan.

Namaku, Mia Lestari. Aku bercerai dengan suami pertama saat Rani berusia sepuluh tahun. papahnya Rani berselingkuh dan aku memilih berpisah saja. Hingga akhirnya bertemu dengan Mas Fery Haryadi yang baik hati dengan tutur kata dan tingkah lakunya. Mas Fery juga menyayangi Rani bagaikan anak kandungnya sendiri.

"Mas aku akan siapkan sarapan ya," ucapku seraya beranjak dari tempat tidur. Aku tak boleh berlama-lama dengan pikiran burukku.

Namun saat aku beranjak dari tempat tidur, Mas Fery menahan langkahku dengan meraih telapak tanganku.

"Tidak usah, Mia. Mas akan sarapan di kantor saja. Lagi pula ini sudah siang." Mas Fery menolak dengan lembut.

Argh bisa-bisanya aku terlambat menyiapkan sarapan untuk Mas Fery. Aku menyesal telah membuatnya kecewa.

"Maafkan aku ya, Mas." Aku segera meminta maaf.

"Tidak apa-apa," balas Mas Fery dengan lembut seraya mengecup keningku. Dia sungguh baik dan pengertian.

"Aku berangkat ya," pamitnya.

"Iya, Mas. Aku antar sampai depan ya," balasku.

Setibanya di depan rumah tiba-tiba Rani berteriak menahan langkah Mas Fery yang hendak masuk ke dalam mobil sedannya.

"Ayah Fery, tunggu!"

Aku menoleh ke belakang melihat Rani berlari menuju mobil sedan Mas Fery. Rupanya Rani juga sudah bersiap akan ke sekolah. Saat ini dia sudah duduk di bangku SMA kelas 3.

"Aku numpang ya. Aku buru-buru," kata Rani meminta izin. Dia memang sudah akrab dengan ayah tirinya.

"Loh, motor kamu kemana?" Aku segera bertanya. Namun Rani langsung masuk begitu saja ke dalam mobil Mas Fery

"Motorku mogok, Mah. Ya sudah aku berangkat bareng Ayah Fery saja ya, Mah," jawab Rani beralasan.

Tentu saja aku mengiyakan. Lagi pula Rani memang terbiasa menumpang mobil Mas Fery saat motornya tengah kumat.

Aku segera masuk ke dalam rumah. Seperti layaknya ibu-ibu seusiaku yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga, pekerjaan rumah adalah tugas yang utama.

Namun netraku dibuat terkajut saat mendapati sebuah kondom bekas, yang terdapat di bawah ranjang Rani.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (23)
goodnovel comment avatar
Desas Dwi A
enak untuk dibaca lagi
goodnovel comment avatar
volvo
bikin tegang, uhhh
goodnovel comment avatar
Arif Salmanan
waduh ada sesuatu tuch
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   334 Happy Ending

    Siang ini 40 hari sudah setelah kelahiran Yusra dan Yumna. Kediaman Yusuf nampak dipenuhi bunga serba putih. Semua dekorasi serba putih. Ini bukan sedang berpesta, melainkam sedang ada acara aqiqah si kembar Yusra dan Yumna.Dua bayi kembar yang lucu yang memakai pakaian muslim ala-ala bayi, sudah dibawa pengasuhnya masing-masing ke tengah-tengah pengajian. Sebagai rasa syukur yang luar biasa pada Tuhan, Yusuf dan Mia menggelar acara pengajian sekaligus aqiqahan untuk bayi kembarnya. Bukan hanya itu, Yusuf dan Mia juga mengadakan santunan anak yatim yang diundang dari salah satu panti asuhan yatim piatu di kota Jakarta. Yusuf berharap, anak-anak yang kurang beruntung itu bisa merasakan kebahagiaan yang kini tengah dia rasakan.Kediaman Zubair dipenuhi banyak jamaah pengajian dan anak yatim piatu yang hadir. Mereka membacakaan dzikir dan puji-pujian. Menggunting rambut si kembar Yusra dan Yumna secara bergantian.Seperti ada cahaya yang terpancar pada bayi kembar Yusra dan Yumna kali i

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   333 Hijrah

    Benar saja dengan apa yang sudah ditebak sebelumnya. Kediaman Zubair nampak ramai oleh suara tangisan bayi yang silih berganti. Sudah menjadi kebiasaan bayi yang pusarnya belum copot memang agak rewel. Akan tetapi Mia nampak piawai menghandle. Mungkin karena bukan yang pertama kalinya, jadi Mia sudah paham.Bayi kembar yang mungil nampak anteng apabila dalam gendongan Mia. Mungkin karena bayi kembar itu merasakan kenyamanan saat berada di dekat orang tuanya."Kenapa kalian tidak bisa menghandle? Bukankah kalian sudah pengalaman sebagai baby sitter! Dimana keahlian kalian?!" Suara Yusuf terdengar mengeras di kamar anaknya. Dia bicara pada dua pengasuh anaknya."Sstt! Mas, jangan begitu dong." Mia meluruskan jari telunjuknya di depan bibir.Rupanya Yusuf tengah memarahi dua baby sitter anaknya yang tampak tak bisa menghandle tugas. Dua anak kembar Mia dan Yusuf hanya bisa anteng dan tak menangis saat berada dalam dekapan mamanya."Habisnya mereka salah, Sayang. Kamu kan belum benar-bena

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   332 Bayi Kembar Datang

    Banyak sekali yang harus dipelajari Mia setelah operasi. Mulai dari belajar tidur miring kiri miring kanan, belajar bangun sendiri kemudian sampai berjalan.Yusuf mendukung Mia yang belajar dengan antusias. Saat ini bahkan Mia sudah berada di ruangan rawat inap. Banyak sekali perjuangan yang telah dia lakukan untuk anak kembarnya.Mia juga mulai memberikan asi pertamanya untuk kedua anak kembar, meski pun belum ada asi putih yang keluar. Anak kembar itu juga akan dibantu susu formula karena asi Mia belum keluar dan mungkin tak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan dua anak kembar."Sayang, anak kita cantik dan tampan ya. Mirip sekali dengan wajah mamanya. Mamanya cantik sih, jadi anaknya juga cantik dan tampan," kata Yusuf tanpa bisa berhenti menatap wajah anak kembarnya. Rasa syukur pada Tuhan pun ia ungkapkan berkali-kali atas rasa bahagia yang sangat luar biasa."Papanya juga tampan, Mas. Makanya saya jatuh cinta," balas Mia pada suaminya. Dia kini sudah bisa berbicara."Masa sih?" Y

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   331 Melahirkan

    Saat ini Mia masih berada di ruang rawat inap. Operasi akan dilakukan besok siang pukul sepuluh pagi. Mia tengah beristirahat membaringkan tubuhnya di atas bed pasien."Sayang, perutnya masih sakit?" Yusuf mengusap kening istrinya. Ia duduk di kursi yang ada di dekat ranjang. Dalam benaknya berkecamuk rasa. Khawatir cemas bercampur jadi satu. Apalagi saat melihat wajah Mia yang terlihat layu."Tak terlalu sakit, Mas. Semoga besok pagi operasinya lancar ya." Suara Mia terdengar lemas. Yusuf mengecup kembali kening Mia. "Sayang, tentu saja saya do'akan semoga operasinya lancar. Kamu dan bayi kita selamat. Kamu harus semangat dan kuat, karena ini adalah impian kita berdua," ia menyemangati."Iya, Mas. Saya akan berjuang. Saya akan semangat," balas Mia.Sejujurnya Yusuf tidak tega melihat Mia yang tiba-tiba meringgis kesakitan. Namun, jadwal caesar memang sudah ditentukan dan surat perjanjian sudah ditanda tangani. Ia tak tega melihat istrinya kesakitan. Andai tak malu dengan diri sendir

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   330 Tiba-tiba Sakit Perut

    Yusuf dan Mia telah sampai di depan rumah sakit. Mereka langsung duduk di kursi tunggu karena nomor antrian telah diambilkan oleh anak buahnya.Yusuf mengusap perut Mia. Walau di depan banyak orang, Yusuf tak mau perduli. Rasa sayangnya pada Mia menutup matanya dari orang-orang yang ada di sekelilingnya."Nyonya Mia Lestari!"Saat namanya dipanggil, Mia dan Yusuf langsung berdiri. Dia segera masuk ke ruang Dokter kandungan.Setelah ditanya-tanya sebentar, Dokter langsung menyuruh Mia berbaring di atas bed pasien. Perut buncitnya dioleskan cairan dan alat USG langsung ditempelkan pada perut Mia.Bola mata Yusuf seketika berkaca-kaca melihat calon anaknya pada layar monitor."Selamat ya, Pak. Tuhan memberikan bayi kembar. Sepertinya jenis kelaminnya sepasang ni," kata Dokter sambil terus menempelkan alat USG di perut Mia. Sementara layar monitir menampilkan hasilnya."Apa! Kembar, Dok?" Yusuf terbelalak. Pun dengan Mia yang terkejut."Serius, Dok?" Timpal Mia. Mulutnya sedikit terbuka k

  • Suara Desahan di Kamar Anakku   329 Pulang

    Pagi hari di cappadocia.Sinar matahari telah masuk menerobos jendela kamar. Keduanya masih asik dalam mimpi indah usai bergelut dalam permainan panas semalam.Mata Mia menyipit saat mulai membuka kelopak matanya. Ia sadar dari mimpi indah semalaman tadi. Ia terkejut saat sadar telah bangun keiangan."Ya ampun! Kesiangan!" Mia bangkit dari tempat tidur. Dia bahkan masih memakai lingerie berwarna silver sisa semalam. Ia menuju kamar mandi dan akan segera membersihkan tubuhnya.Perut mulusnya mulai terlihat membuncit. Mia keluar dari kamar mandi dengan rambut yang terlihat basah. Sepertinya harus segera dikeringkan. Melihat ke atas ranjang, Yusuf tampak masih terlelap dalam tidurnya. Cuaca dingin membuat suami Mia tampak nyaman di balik selimut tebal yang menutupi tubuhnya yang hanya memakai bokser saja."Sayang, jam berapa?" Suara serak pria yang masih terbaring di atas ranjang, tampak membuka sedikit kelopak matanya. Terlihat kelelahan."Sudah siang, Mas. Cepetan mandi. Katanya mau ng

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status