Share

Pria Cabul Itu Lagi?

“Gue nggak salah alamat kan, ya?” gumam Lalita sambil melihat kembali alamat yang tadi di kirim oleh nomor adiknya. Dia belum masuk parkiran, saat ini dia hanya menepikan motornya di pinggiran trotoar depan club Holyshit.

Lalita kemudian menelpon kembali nomor adiknya dan untungnya langsung tersambung tanpa harus menunggu lama.

“Saya sudah di depan, kalian di mana?” tanya Lalita.

“Adik kamu ada di dalam. Langsung masuk saja, orang kami akan menunggumu di pintu masuk.” Setelah mengatakan itu, sambungan telepon pun langsung ditutup.

Mulut Lalita masih terbuka karena akan mengatakan sesuatu tapi buru-buru di urungkannya setelah tahu sambungan teleponnya sudah terputus. Dia hanya bisa memandangi ponselnya dengan kesal sambil sedikit mencebikan bibir merah alaminya.

“Buset deh, padahal kan gue belum selesai ngomong. Lagian kenapa mesti ke dalem sih,” rutuk Lalita.

Lalita kemudian menyalakan kembali motornya dan masuk ke area parkir. Dia sempat kebingungan karena tidak ada satupun motor yang ada di tempat parkiran pengunjung, hingga akhirnya dia parkir di gedung sebelah tempat salah satu restoran cepat saji yang buka 24 jam.

Lalita sedikit bengong begitu melihat penampilan orang-orang yang lalu lalang masuk ke dalam sana. Rata-rata para wanita yang melewatinya memakai pakaian seksi, sedangkan dirinya sendiri hanya memakai celana jeans panjang dan kaos putih polos tanpa merk yang dibeli saat diskon. Untungnya dia memiliki tubuh semampai sehingga pakaian sederhana seperti itu pun tetap terlihat indah ketika melekat di tubuhnya.

“Akh, masa bodo. Yang penting sekarang gue harus cepet-cepet bawa Lucky pulang.”

Lalita kemudian melangkah ke arah pintu masuk, meski sedikit ragu-ragu tetapi dia tetap harus melakukannya.

Di depannya kini berdiri dua pria berbadan besar dengan wajah seram yang sedang berjaga dan mengecek para pengunjung yang akan masuk.

Karena melihat orang-orang bisa masuk dengan mudahnya, Lalita pun mencoba melangkahkan kakinya dengan percaya diri. Namun, tiba-tiba saja langkahnya dihentikan oleh kedua pria berbadan besar yang berjaga di depan pintu.

“Maaf, Ka. Club ini khusus member. Saya baru pertama kali melihat wajah kakak di sini, apa kakak memiliki kartu membernya? Boleh saya lihat dulu kartunya, kak?”

“S-saya, bukan member. Tapi saya datang kesini  untuk menjemput adik saya. Saya sudah—”

“Mohon maaf, Ka. Kalau begitu Kakak tidak boleh masuk. Silakan kembali ke luar,” potong salah satu dari pria yang menurut Lalita terlihat seperti gorila. Pria itu tidak membiarkan Lalita menyelesaikan ucapannya. Pikirnya alasan yang Lalita buat sudah basi dan sering mereka dengar dari pengunjung non member yang memaksa ingin masuk ke dalam club mereka.

“Tapi, saya harus mencari adik saya. Tolong biarkan saya masuk sebentar saja. Saya janji akan segera ke luar begitu saya menemukan adik saya di dalam sana," ucap Lalita cepat.

“Lagian masa iya, mereka bisa kenal sama semua tampang tamu pemilik member di klub ini”, lanjut Lalita lagi sambil bergumam kesal.

“Maaf, Kak. Tidak bisa. Ini sudah menjadi ketentuannya. Tolong kakak jangan mempersulit pekerjaan saya.”

“Nggak bisa, saya harus masuk. Saya harus jemput adik saya dulu. Dia ada di dalem,” kekeh Lalita.

Kedua penjaga itu sudah mulai naik pitam. Mereka lalu memberikan kode satu sama lain melalui lirikan mata.

“Mohon maaf, kami sudah sering mendapati orang-orang seperti kakak ini,” ucap salah satunya. Mereka kemudian mengapit kedua tangan Lalita dan membawa paksa gadis itu ke luar pintu.

Lalita terdiam. Dia kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa. Kini dia pasrah dan membiarkan kedua  gorilla itu menyeretnya keluar dengan tubuhnya yang melunglai.

“Tunggu!” ucap seseorang menghentikan langkah kedua penjaga yang kini sudah berada di ambang pintu masuk tadi.

“Apa anda nona, Lalita?” tanya pria yang menghentikan langkah mereka tadi.

Lalita mengangguk-anggukan kepalanya dengan cepat. Kini tubuhnya kembali dia tegakan.

Pria tadi kemudian membisikan sesuatu pada salah satu penjaga yang tadi menyeret Lalita. Tiba-tiba saja wajah pria itu memucat dan memandang dengan sorot mata penuh penyesalan pada Lalita.

”M-maafkan, Saya. Silakan masuk dan ikuti orang ini,” ucapnya sambil tersenyum hambar. Untung saja dia belum benar-benar mengusir gadis ini. Kalau tidak, dia pasti akan dihabisi karena menyinggung orang itu. Pria yang sangat berkuasa dan juga memiliki saham besar di tempatnya bekerja ini.

Lalita berjalan melewati orang-orang ramai yang saat ini sedang menikmati minuman maupun yang sedang menari-nari tidak jelas. Lalita akui, alunan music DJ yang saat ini sedang diputar memang membuat tubuh ingin bergoyang. Tapi suara music yang terlalu keras ini sedikit mengganggu pendengarannya.

Meskipun orang-orang bilang tempat ini sangat bagus, tapi Lalita tidak merasa nyaman berada di dalam sana.

Lalita kemudian menaiki anak tangga, mengikuti pria yang tadi menjemputnya.

Begitu sampai di depan sebuah pintu berwarna hitam di hadapannya, Lalita tertegun sesaat. Dia tersadar kembali Ketika mendengar deheman dari pria tadi.

“Silakan masuk. Tuan sudah menunggu anda di dalam,” ucap pria itu sambil membukakan pintu.

“Tuan?” gumam Lalita heran. Sebenarnya apa yang adiknya lakukan sehingga bisa berada di tempat seperti ini.

Lalita menutup mulutnya karena syok dan langsung tertegun. Begitu pintu terbuka, Lalita langsung bisa melihat Lucky yang sedang bersimpuh di lantai bersama dengan temannya. Kondisi adiknya terlihat sangat ketakutan dan sangat menyedihkan karena wajahnya lebam dan baret-baret.

“Astaga! Lucky! Apa yang terjadi? Kenapa bisa sampe kaya gini?” ucap Lalita yang kini sedang berada di depan Lucky sambil memeriksa keadaan tubuh adiknya.

“Apa yang kalian lakukan? Beraninya kalian menganiaya anak di bawah umur!” bentak Lalita marah. Dia kini berdiri sambil berkacak pinggang.

Matanya kemudian semakin melotot begitu melihat Adrian. ‘Orang mesum itu, kenapa bisa ada disini bersama adikku?’ tanya Lalita dalam hati.

“Kau! Apa kau yang melakukan ini semua pada adikku?” tunjuk Lalita pada Adrian. Lalita sangat yakin sekali kalau ini semua perbuatan Adrian, pria cabul yang juga pasti orang jahat.

Lucky menarik tangan Lalita. Mencoba untuk menurunkannya. “Ini semua salah kami, Kak,” bisik Lucky.

“Apa maksud kamu? Bagaimana mungkin ini salah kalian? Kamu nggak usah takut sama ancaman mereka. Karena mereka udah membuat kamu babak belur begini, kakak nggak akan tinggal diam.”

Lucky meringis begitu mendengar ucapan kakaknya yang begitu menggebu-gebu.

“Kita nggak di gebukin, Kak” cicit Ilham.

“Terus kenapa tampang kalian terlihat mengenaskan begini?” tanya Lalita lagi yang kini sudah memelankan intonasi suaranya. Bahkan kini dia berbicara sambil setengah berbisik. Kalau yang dikatakan oleh Lucky dan Ilham adalah kebenarannya, dia akan merasa malu karena sudah menuduh dan marah-marah tadi.

Jonathan berdecak. “Adik kecilmu sudah menyebabkan kerugian besar. Dia menabrak supercar milik bos kami. Mereka tidak memiliki SIM lalu membawa kendaraan dengan ugal-ugalan dalam keadaan mabuk,” jelas Jonathan yang sedari tadi sudah geregetan melihat tingkah Lalita yang menuduh mereka yang bukan-bukan.

“A-apa?” ucap Lalita syok.

“Apakah yang mereka katakan itu benar?” tanya Lalita pada kedua ABG yang kini sedang ketakutan.

Keduanya mengangguk dan membuat Lalita lemas. Sejak kapan adiknya mulai belajar menyentuh minuman haram itu.

“Tapi aku tidak mabuk, Kak. Sumpah,” ucap Lucky.

“Tapi kamu tetep udah nabrak mobil itu, kan?” Pertanyaan Lalita membuat Lucky tertunduk lesu.

“Lalu, apa mau kalian? Kenapa tidak melapor polisi?” tanya Lalita dengan percaya diri. Dia menguatkan hatinya dan berusaha agar tidak terintimidasi oleh orang-orang di depannya yang kini sedang memandangnya dengan angkuh.

“Tidak, Kak. Kami tidak mau masuk penjara,” teriak Ilham ketakutan sambil memegangi kaki Lalita. “Tolong jangan bawa kami ke kantor polisi,” mohonnya sambil bersimpuh.

“See? Mereka sedari tadi menangis dan merengek ketika kami akan membawa mereka ke kantor polisi,” ucap Adrian yang kini bangkit mendekat. Membuat Lalita mundur selangkah. Pria ini berbahaya, dia tidak boleh dekat-dekat dengannya. Pertemuan pertama mereka beberapa waktu lalu itu cukup membuatnya untuk waspada terhadap Adrian.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status