/ Romansa / Sugar Daddy-in-Law / Chapter 2: Let Me Introduce You to My Dad

공유

Chapter 2: Let Me Introduce You to My Dad

작가: Handdwi
last update 최신 업데이트: 2021-06-02 12:21:58

Tania tiba di Paris dan mendapati Davin telah menunggunya di bandara. Lelaki itu menyambut kekasihnya dengan seikat lili favoritnya. Sungguh Davin tampak begitu keren meski hanya mengenakan hoodie hitam dari brand miliknya, Casualads. Rambut aslinya coklat gelap dan terkadang ia mewarnainya, kini ia memiliki highlights pirang di rambutnya. Sepasang matanya hijau dan tinggi sekitar 180 cm, membuat orang-orang berpikir bahwa ia adalah model dan bukan desainer. Memang, seringkali Davin menjadi model untuk produknya sendiri.

 “Bienvenue à Paris, mon amour.” Davin meraih tangan Tania dan mengecupnya seraya mengucapkan selamat datang untuk kekasihnya itu.

“Jadi kau sudah pastikan bahwa kau tak akan berurusan dengan pekerjaanmu dulu selama dua minggu ke depan, kan?”

“Tentu. Aku sudah berjanji. Minggu ini kita akan habiskan waktu di Paris untuk menemui Ayahku. Lalu minggu berikutnya kita ke Munich untuk bertemu ibuku.”

“Tunggu, apa?” Tania mengerutkan dahi. “Kau tidak bilang kita akan melakukan kunjungan ke Munich? Dan kenapa ibumu ada di sana sedangkan ayahmu di Paris?”

“Maaf aku belum sempat bercerita banyak padamu. Well, ibu dan ayahku sudah berpisah bertahun-tahun lalu dan sampai sekarang hubungan mereka masih belum membaik.” Davin menjelaskan sambil memberi isyarat agar mereka melangkah keluar dari bandara. “Biar kubawakan kopermu.”

“Astaga, maafkan aku,” ucap Tania pelan.

“Tidak masalah, ayahku juga tidak tinggal di Paris, sih. Dia sangat sibuk dan sering melakukan perjalanan bisnis, jadi aku tidak tahu bagaimana kesehariannya sekarang. Kami jarang sekali bertemu kecuali saat Natal,” Davin kembali menjelaskan, “tapi tenang, karena besok adalah peresmian salah satu cabang dari tokoku, maka dia akan datang. Sudah kukatakan padanya bahwa aku punya kejutan dan ini sangat penting.”

“Lalu dia bersedia datang?”

“Yep, dengan sedikit paksaan.” Davin terkekeh sambil memasukkan barang-barang Tania ke dalam BMW X1 miliknya lalu membukakan pintu untuk Tania.

Keduanya pun menuju rumah Davin yang berkisar dua puluh menit dari bandara.

“Kuharap kau tidak keberatan melihat rumahku yang berantakan.” Davin membuka pintu. “Please, come in.”

“Tidakkah rumahmu terlalu besar untuk kau tinggali seorang diri?” Tania memandang seluruh sisi rumahnya. Setiap kali ia datang ke Paris untuk mengunjungi Davin, ia tak pernah berkesempatan mampir karena mereka sama-sama sibuk. Biasanya mereka hanya berjalan-jalan, makan malam lalu mampir sejenak untuk minum di salah satu bar favorit Davin.

“Tepat sekali, itulah kenapa aku tak sabar untuk mengisinya bersama seorang partner.” Davin tersenyum pada Tania. Wajah kekasihnya langsung menghangat dan merona. Usia mereka berdua masih sangat muda untuk menikah, tapi sikap Davin yang dewasa dan cintanya pada Tania membuat perempuan itu tak lagi meragukannya. Tania berpikir mungkin untuk saat ini, ia akan sering berkunjung dan tinggal di rumah Davin untuk membiasakan diri tinggal bersamanya.

“Baiklah, karena besok acaranya pagi sekali, maka kau harus dapatkan istirahat yang cukup, Tuan Putri,” gurau Davin sambil membawa barang-barang Tania ke dalam kamar.

“Terima kasih!” Tania memeluknya bahagia.

***

Rasa gugup Tania telah dimulai sejak ia bangun tidur dan bersiap untuk pergi ke acara peresmian salah satu cabang Casualads. Tania terus mencari-cari artikel di internet mengenai bagaimana sikap yang benar saat bertemu dengan orang tua kekasih, meski tetap saja jika rasa gugup menguasainya, ia mungkin tak akan bisa mengingat semuanya.

“Kau kelihatan gelisah, ada apa?” Davin menghampirinya. Ia telah siap dengan gaya berpakaiannya yang biasa—kaus lengan pendek berwarna nila, jelana jeans hitam dan sepasang trainers dari Casualads—tapi ia tetap menawan.

“Aku gugup, bagaimana jika ayahmu tak menyukaiku?” Tania menatap kekasihnya cemas.

“Jangan begitu. Ayahku orang yang ramah dan mudah bergaul. Dia pasti akan senang mengobrol denganmu, calon menantunya.” Davin menyentuh rambut Tania yang telah dikepang ala Perancis.

“Semoga saja.” Tania menghela napas panjang.

“Ayo.” Davin meraih tangan Tania dan mereka pun berangkat.

Belum ada banyak tamu yang datang saat mereka tiba di sana. Hanya beberapa karyawan Davin yang memberikan sentuhan akhir di beberapa sudut ruangan.

“Dimana ayahmu?” bisik Tania. Mereka sedang mengobrol di bagian belakang toko mengenai beberapa hal. Terlalu ramai jika mengobrol di depan. Davin tertawa lalu mengusap punggung Tania.

“Dia masih belum tiba. Bersabarlah dan tetap tenang, tak perlu gugup.”

“Davin, ayahmu baru saja tiba.” Salah seorang karyawannya menghampiri.

“Sungguh? Ah, speak of the devil!” Davin tersenyum lebar pada Tania lalu menariknya menuju pintu masuk toko. “Sepertinya itu dia!”

Tania mengikuti arah pandangan Davin yang mengarah ke seorang pria yang tengah duduk di sofa dan membelakangi mereka. Pria itu tampak sedang menelepon. Davin segera menarik Tania dan melangkah menghampiri pria itu.

“Ayah!” Davin berseru penuh antusias. Sedetik kemudian pria itu berdiri dan berbalik untuk melihat orang yang memanggilnya.

Kemudian di saat itulah, jantung Tania seolah terhenti. Ia membulatkan mata saat melihat wajah pria itu.

Begitu tak asingnya dia.

Dia, ayah Davin.

Ayah kekasih Tania.

Dia ….

Tania, let me introduce you to my dad, Mr. Gerald Bentley!”

Sugar daddy-nya!

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Julee
waduh......
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Sugar Daddy-in-Law   EPILOGUE

    Satu lagi minggu yang sibuk telah terlewati. Kemudian akhir pekan terasa begitu singkat, seolah hanya beberapa menit. Namun sudah empat tahun ini, malam-malam jadi lebih panjang—dan lebih riuh—karena kehadiran dua bocah itu di rumah kami.“Belum selesai juga dengan permainan pianomu, Delphine? Berisik, tahu!” Gadis kecil itu protes sambil mengeraskan volume televisi yang kini menayangkan kartun Peppa Pig.“Kau yang berisik!” balas Delphine.“Kau sudah bermain piano sepanjang hari, Theoline.” Aku menghampiri lalu mengusap rambut cokelatnya yang tampak kusut karena ia menolak untuk disisir.“Ayolah, aku hanya ingin membuat kakek terkesan jika kita berkunjung ke London!” Theoline cemberut, enggan beranjak dari kursi pianonya.“Kakek akan sangat bangga padamu,” balasku meyakinkannya. “Mungkin dia akan mengajakmu bermain piano bersama.”“That wo

  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 60: Sugar

    Segalanya berwarna jingga lembut, menyatu dengan warna musim gugur. Begitu juga dengan buket bunga yang digenggam oleh Tania. Ellaine sendiri yang merangkainya. Terdiri atas Mawar Toffee yang kecokelatan, rumput Oak Phalaris kering berwarna merah tua, Bronze Cremone oranye dan beberapa helai batang gandum yang telah dikeringkan, serta bunga-bunga khas musim gugur lainnya yang menjadikan buket itu amat indah.♪~Anxious … white dress … promises and regret. I gave you my pledge, please remember what I said~♪Tania mendengarkan musik melalui airpods, berusaha menghilangkan rasa gugupnya sejak memulai riasannya beberapa jam yang lalu. Ia hampir berteriak kaget saat seseorang tiba-tiba menepuk punggungnya.“Rob!” pekiknya.“Kau ini!” Pria itu melotot. “Sudah, ayo!”Sementara di tempat upacara, Davin nyaris merasakan seolah pijakannya menghilang.

  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 59: Love is the Tuesdays

    Bulan demi bulan berlalu dan kini hanya menghitung hari sampai pernikahan Davin dan Tania. Hari itu, Tania bersama Davin pergi ke penjara untuk menemui Rowan.“Kau yakin ingin melakukan ini?” Davin memastikan sekali lagi. Ia memandang wajah calon istrinya dengan cemas. “Kita bisa pulang sekarang jika kau berubah pikiran.”“Tidak.” Tania menggeleng lugas. “Aku akan menemuinya.”Davin tak lagi bisa berkata-kata. Setelah melalui pemeriksaan ini dan itu oleh para petugas penjara, akhirnya mereka diarahkan menuju sebuah ruangan untuk bertemu dengan tahanan.Bukan, bukan pertemuan secara langsung, melainkan pertemuan dengan sekat kaca sebagai pembatas serta telepon agar tahanan dan pengunjung bisa berkomunikasi.Tania duduk lebih dulu, sementara Davin berdiri di belakangnya. Sepasang mata gadis itu tak berkedip ketika ia melihat Rowan di hadapannya, begitu dekat, juga duduk di kursi.Dengan tangan ge

  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 58: Before We Start Again, Let's Think

    Tania memeriksa waktu di ponselnya, tepat jam makan siang.Saat ia baru selesai menutup lembar kerja di komputernya, seseorang tiba-tiba meletakkan seikat lili putih di atas meja.Tania mengangkat wajahnya. “Davin??”“Hei.” Pemuda itu tersenyum. “Sudah waktunya makan siang.”“Apa yang kau lakukan di sini? Kau harusnya tak ke kantor dulu, kan?!”“Aku sudah cukup beristirahat, kok.” Davin melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. “Makan di restoran ayahku saja, yuk?”“A-aku … ba-baiklah.” Tania seketika melirik sekelilingnya dengan canggung saat rekan-rekan di sekitarnya mulai memperhatikan. Davin langsung menyadarinya dan balas melihat mereka.“Kalian boleh menikmati makan siang kalian dan tinggalkan kami sendiri,” ucap Davin dengan ekspresi datar. Mereka semua langsung mengalihkan pandangan.Davin menggandeng Tania menuju

  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 57: Get Better Soon!

    Kondisi Davin membaik setelah dua minggu, tetapi ia tak memutuskan untuk pulang ke Paris dalam waktu dekat. Lagi pula, Catherine melarangnya. Jadilah Davin hanya menghabiskan waktu dengan beristirahat di mansion ayahnya sepanjang hari.Terkadang ia akan memantau Casualads. Namun Catherine hanya mengizinkannya berlama-lama di depan laptop atau tablet selama dua jam dan selalu memastikan bahwa Davin istirahat penuh.“Bagaimana rencana pernikahan Ibu dan ayah?” tanya Davin iseng hari itu.“Ah, yang itu nanti-nanti saja.” Catherine menggeleng. “Kami ingin menunggu sampai semuanya kondusif, sampai kondisimu lebih baik.”“Maafkan aku, kalian jadi harus-”“Ssh!” Catherine menatap Davin serius sebelum akhirnya mengerling ke arah salad buah yang baru saja diletakkannya di atas meja di samping ranjang pemuda itu. “Habiskan.”Setelah Catherine pergi, Davin meraih ponselnya

  • Sugar Daddy-in-Law   Chapter 56: How does It Feel?

    “Aku merindukan karir modelling-ku,” gumam Tania kala ia menopang dagu dengan kedua tangannya berada di atas ranjang Davin, pandangannya tertuju pada langit yang tampak mendung di luar jendela lantai tiga rumah sakit itu.“Aku justru lega saat mengetahui bahwa kau tak lagi menjadi model,” balas Davin. Seketika Tania kembali tegak, memandangnya tak percaya.“Kau pasti bercanda.”“Tania, aku tidak bermaksud untuk membahas ini lagi, tapi apa kau tahu? Kau sebenarnya cukup beruntung bisa mendapatkan karir yang amat mulus dalam dunia modelling karena ayahku membantumu.” Davin tampak tak yakin tetapi ia berusaha melanjutkan kalimatnya. “Jika kau mengusahakan semuanya sendiri dari awal, kau akan mengalami banyak sekali hal yang tidak menyenangkan.”“Bagaimana kau tahu?” Tania mengerutkan dahi. “Kau … tidak pernah benar-benar masuk ke dunia modelling, k

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status