Share

Bab 2

Penulis: Krisna
Dhana tidak tahu bahwa saat bahagianya akan segera tiba.

Tepat pada saat itu, langkah kaki terdengar di belakang mereka.

"Wah, Mawar, seberapa kesepiannya kamu? Laki-laki nggak punya pikiran begitu masih dirayu? Biar aku saja."

Menatap wanita cantik di dalam kolam, mata Anton berkilat dengan mesum. Dia menggosok-gosokkan kedua tangannya dan dengan cepat menghampiri mereka berdua.

Setelah mencari ke sana-sini, dia akhirnya menemukan Mawar.

Kegigihannya membuahkan hasil.

Mawar memang cantik dan sudah lama diidam-idamkan Anton. Melihatnya bersembunyi dalam di air, Anton bertekad untuk menaklukkannya.

"Jangan mendekat!"

Mawar menjerit dan terjun ke dalam air.

Semenjak kepergian suaminya, Anton si tua mesum itu terus mengincar Mawar, tapi Mawar menolaknya.

Alasannya sederhana, Anton terlalu jelek.

Meski ketakutan, Dhana dengan gemetar membentangkan kedua tangan untuk melindungi Mawar di belakangnya. "Jangan, ganggu ... Kak Mawar!"

Anton segera menangkap Dhana dan menariknya ke belakang. Dhana jatuh terjerembap ke semak-semak basah.

"Minggir! Jangan ganggu!"

Anton semakin mendekat, membuat Mawar sangat ketakutan.

Wanita itu mundur ke tengah kolam, hanya kepalanya yang terlihat. "Kalau kamu berani macam-macam, aku nggak akan tinggal diam!"

"Apa maksudmu macam-macam?" balas Anton sambil melucuti bajunya, bersiap melompat ke dalam kolam. "Maskawin 360 juta untukmu sudah kuberikan ke ibumu. Kamu sudah jadi istriku. Mari kita jalani malam pengantin lebih awal."

Dhana melihat Anton hendak melakukan sesuatu pada Mawar.

Dia pun bergegas bangkit dari tanah dan berlari ke belakang Anton, melingkarkan tangannya erat-erat di tubuh Anton, berusaha menariknya kembali.

"Orang jahat! Jangan ganggu Kak Mawar!"

Anton sangat marah dan berputar untuk melepaskan diri dari Dhana.

"Dasar bodoh! Beraninya kamu merusak kesenanganku!"

Anton mengumpat dan menendang Dhana ke tanah.

"Aduh!"

Dhana menjerit dan meringkuk, memegangi kepalanya.

"Jangan pukul dia!"

Mawar berteriak, bersiap keluar dari air untuk membantu Dhana.

Semakin ke tepian, tubuhnya semakin terlihat. Dia hanya bisa menggeleng tak berdaya dan terpaksa kembali ke dalam air.

Tapi airnya terlalu jernih. Bahkan di dalam air, tubuhnya yang menggoda dan lekuk tubuhnya yang menawan tetap terlihat jelas.

"Anton, Dhana cuma anak bodoh. Jangan sakiti dia!"

Mendengar itu hanya membuat Anton semakin marah. Mawar lebih pilih menggoda orang bodoh daripada bersamanya.

Mungkinkah dia kalah dari orang bodoh?

Kemarahan Anton menjadi-jadi saat memikirkannya.

"Jangan sakiti dia? Aku mau bunuh dia!"

Anton mendekati Dhana, mengangkatnya dengan kepala menghadap ke bawah dan kaki di atas, lalu membantingnya ke batu-batu.

Dengan bunyi benturan keras, teriakan Dhana tiba-tiba berhenti.

Darah segar mengalir dari kepala Dhana.

Melihat tindakan semena-mena Anton, Mawar tidak bisa menahan diri lagi. Dia melompat keluar dari air dan mendorong Anton sekuat tenaga.

"Bajingan! Pembunuh!"

Anton menatap Mawar, jakunnya terayun-ayun.

Tubuh itu ... benar-benar sempurna.

Dia harus memanfaatkan kesempatan ini untuk mendapatkan Mawar. Dia telah mengidamkan wanita ini begitu lama. Dia sudah mengeluarkan uang untuk kesempatan ini. Dia tidak boleh menyia-nyiakannya.

"Dia cuma anak bodoh, apa masalahnya kalau dia mati? Ini bukan pembunuhan, Aku bebaskan dia dari penderitaan. Hahaha!"

Anton tertawa terbahak-bahak dan bergegas memeluk Mawar.

"Mawar, Dhana si bodoh itu nggak bisa berbuat apa-apa. Tapi aku berpengalaman. Biar aku yang menemanimu. Hahaha ...."

"Aku sudah suka kamu sejak lama. Kabulkan saja keinginanku."

Mawar semakin panik, berusaha sekuat tenaga mendorong Anton.

Namun, bagaimana mungkin seorang wanita lemah sepertinya menandingi kekuatan Anton?

Tidak peduli seberapa keras dia meronta, semuanya sia-sia.

Di saat-saat genting itu, Mawar mencengkeram lengan Anton dan menggigitnya dengan keras. Anton menjerit dan melepaskan cengkeramannya.

"Perempuan sialan! Berani menggigitku!?"

Anton berjalan ke keranjang bambu Mawar, mengambil pakaiannya, dan kembali lagi. Dengan cepat, dia mengikat tangan dan kaki Mawar dengan pakaian itu.

"Perempuan kotor! Biar kulempar dulu anak bodoh itu ke Gua Iblis. Nanti aku tidur denganmu. Diam di sini!"

Gua Iblis yang disebutkan Anton konon dihuni oleh iblis.

Gua Iblis memiliki jurang tanpa dasar. Suara-suara aneh sering terdengar dari dalamnya. Mereka yang terjatuh ke dalam Gua Iblis, baik manusia maupun binatang, semuanya menghilang tanpa jejak.

Oleh karena itu, Gunung Airnaga dikenal sebagai Gunung Iblis, dan Desa Mawar pun disebut sebagai Desa Iblis.

Pintu masuk Gua Iblis berjarak beberapa ratus meter dari air terjun kecil itu.

Biasanya, tidak ada yang berani mendekati pintu masuk Gua Iblis.

Mawar jadi panik mendengar perkataan Anton. Jika Dhana dilempar ke Gua Iblis, tidak ada harapan lagi.

"Tolong! Anton mau bunuh Dhana!"

Dia meronta mati-matian, berteriak minta tolong sekeras-kerasnya.

Karena panik, Anton mengambil sehelai pakaian kecil dari keranjang bambu Mawar dan memasukkannya ke mulut wanita itu.

Dia mengangkat Dhana ke pundaknya dan berjalan menuju Gua Iblis.

Lebih dari sepuluh menit kemudian, Anton kembali dengan napas terengah-engah.

"Mawar, aku kembali. Sekarang aku akan memberimu kenikmatan."

"Mmm!"

Mawar menggeliat sekuat tenaga. Suara teriakan teredam dalam mulutnya.

Tapi, semua itu tidak ada gunanya.

Dia sudah mencoba segala cara untuk melepaskan diri saat Anton pergi. Tapi, usaha maksimalnya tetap tidak berhasil.

Tangan dan kakinya diikat. Mulutnya juga disumbat.

Melarikan diri tidak mungkin, dan memanggil bantuan tidak bisa.

Mawar benar-benar putus asa.

Anton menghampiri Mawar, menggendongnya, dan berjalan menuju kolam renang. "Sayang, ayo kita main air!"

"Mmm, mmm!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sungguh Nikmat Jadi Tabib Desa!   Bab 50

    "Kalian bertiga, kenapa nggak hajar dia?"Dhana menatap ketiga pria yang berlutut di tanah dan memberi mereka perintah dengan tenang. Tentu saja, Jono yakin Dhana tidak mungkin bisa memerintah anak buahnya.Tapi, peristiwa yang benar-benar mengejutkan kembali terjadi.Seperti kerasukan, tiga pria itu melompat berdiri secepat kilat. Mereka menyingsingkan lengan baju dan mengencangkan otot, melancarkan serangan brutal kepada Jono, menghujani tubuhnya dengan pukulan dan tendangan.Tubuh Jono membeku kaku. Suaranya tersangkut di tenggorokannya. Tak peduli seberapa keras dia dipukuli, dia tidak bisa berteriak.Saat itulah Jono akhirnya mengerti.Kejadian kerasukan di pasar dan perkelahian barusan, semuanya ulah Dhana.Jono menatap Dhana, matanya memohon belas kasihan.Setelah satu menit, Dhana mencabut mantra hipnotisnya.Dalam sekejap, ketiga anak buah Jono kembali berlutut di hadapannya, masing-masing menampar wajah mereka sendiri."Bang Jono, kami beneran kerasukan.""Bang Jono, tolong a

  • Sungguh Nikmat Jadi Tabib Desa!   Bab 49

    "Sialan, sedang apa kalian? Ah!"Jono berteriak, mengayunkan tinju ke arah salah satu anak buahnya. Dalam sekejap, dia membuat pria itu terjatuh ke tanah.Namun, anak buah yang terjatuh itu seperti kerasukan, langsung bangkit kembali begitu menyentuh tanah dan mengayunkan tinjunya lagi kepada Jono.Dua orang lainnya juga melancarkan serangan dengan keras.Akhirnya, keempat pria itu bergulat bersama.Suara pukulan, tendangan, serta jeritan ketiga pria itu datang silih berganti.Jono yang sendirian menghadapi tiga lawan, segera merasa kewalahan.Menyaksikan para pria itu berkelahi, Dhana hanya tersenyum dingin. 'Kalau kalian masih angkuh, biarkan saja kalian berkelahi lebih lama.'Ayo, pukul. Pukul sekeras-kerasnya.Ratna berdiri di belakang Dhana, wajahnya membeku karena ngeri.Dia benar-benar tidak mengerti mengapa empat orang itu tiba-tiba saling menyerang.Secara logika, ketiga anak buah Jono tidak akan pernah berani menyerang bos mereka sendiri.Tapi, nyatanya mereka terjebak dalam

  • Sungguh Nikmat Jadi Tabib Desa!   Bab 48

    Suaranya manis dan sangat merdu.Berkat teriakan mereka berdua, beberapa orang berkumpul di sekitar.Dalam waktu sepuluh menit, mereka menghasilkan beberapa ratus ribu.Meskipun beberapa orang curiga tentang keaslian ikan karena harganya yang terlalu murah, mereka tetap membeli karena tergiur harga murah.Keadaan berangsur-angsur membaik. Dhana menghela napas lega.Saat Dhana sedang sibuk, Jono datang dengan anak buahnya, menyerbu dengan marah.Dhana mengerutkan kening saat melihat rombongan itu mendekat.Para pengganggu ini perlu diberi pelajaran. Kalau tidak, mereka akan terus mengganggunya tanpa henti.Peringatan sebelumnya tampaknya belum cukup.Meskipun Dhana telah menakuti mereka, Jono dan anak buahnya mungkin belum menyadari apa yang terjadi. Jika sudah sadar, mereka tidak akan berani mengejar ke sini."Gawat, Jono datang lagi."Ratna bergumam dengan gemetar melihat Jono dan orang-orangnya."Jangan khawatir, mereka nggak akan bisa bikin masalah."Dhana berbalik dan melindungi Ra

  • Sungguh Nikmat Jadi Tabib Desa!   Bab 47

    Apa yang terjadi?Di luar pasar, tidak jauh dari sana.Dhana dan Ratna memarkir sepeda motor di tepi jalan dan mulai menjajakan barang dagangan mereka lagi. Meski tidak banyak orang di luar, mereka berhasil menjual beberapa ekor ikan.Dalam sepuluh menit, mereka menjual lima ekor ikan lagi.Namun, Dhana sangat tidak puas dengan kecepatan ini.Muatan mereka beratnya lebih dari 500 kilogram. Jika terjual seluruhnya, bisa menghasilkan setidaknya 20 juta.Tapi, jika penjualannya selambat ini, kapan seluruh muatan akan terjual? Sepeda motor mereka tidak dilengkapi dengan peralatan oksigenasi.Jika terlalu lama, ikan-ikan itu akan kehabisan oksigen dan mati. Lalu harganya akan anjlok drastis.Bahkan, mungkin saja tidak ada yang mau beli.Dhana sudah bekerja keras menangkap ikan-ikan berkualitas tinggi ini. Dia tidak ingin, hanya karena kejadian tak terduga tadi, dia gagal menjual ikan-ikannya.Ratna berdiri di samping, sama-sama merasa cemas.Dibandingkan dengan harga jual ikan, dia lebih kh

  • Sungguh Nikmat Jadi Tabib Desa!   Bab 46

    Jono mengerutkan keningnya dan melirik para anak buahnya di samping, lalu menyadari bahwa mereka juga berdiri terpaku, sama sepertinya.Pemandangan itu membuat keringat dingin membanjiri punggung Jono sekali lagi.Kenapa situasinya jadi aneh seperti ini?Apa yang sebenarnya terjadi?Dia tidak bisa bergerak saja sudah gawat, kenapa anak buahnya juga sama, tidak bisa bergerak dan bicara?Sulastri ikut menyaksikan pemandangan mengejutkan itu.Apa yang sebenarnya terjadi?Dengan sikap biasanya, Jono tidak akan mungkin membiarkan dua orang itu pergi. Muatan sepeda motor itu berisi ikan senilai lebih dari 20 juta.Mana mungkin dia biarkan mereka pergi begitu saja?Sulastri memberi isyarat kedipan mata kepada Jono, tapi Jono dan anak buahnya tetap membeku, tidak bergerak sama sekali.Sulastri merasa cemas, tapi tidak bisa apa-apa.Dia tidak bisa mengingatkan Jono di depan semua orang untuk menghentikan sepeda motor itu dan lanjut memaksa meminta uang.Dhana duduk di atas sepeda motor roda tig

  • Sungguh Nikmat Jadi Tabib Desa!   Bab 45

    "Sulastri yang dagang ikan itu sepupunya Bang Jono. Jelas, si Sulastri yang panggil Bang Jono ke sini.""Dua anak muda ini dalam masalah besar."Setelah menerima warisan, kondisi fisik Dhana mengalami transformasi total. Tulang-tulangnya digantikan oleh Tulang Naga Agung, dan darahnya menjadi darah Phoenix Emas Langit Sembilan.Oleh karena itu, indra penciuman dan pendengaran Dhana melampaui manusia biasa. Percakapan antara pedagang tetangga terdengar jelas di telinganya.Tidak heran Jono datang begitu cepat.Ternyata Sulastri yang memanggilnya.Bahkan di pasar kecil ini, politiknya sangat kuat.Memang, di mana-mana pasti ada politik.Menyaksikan Jono dan anak buahnya bersikap sangat angkuh, Dhana hanya tersenyum simpul. "Bang Jono, aku cuma jualan buat hari ini. Aku bisa kasih 40 ribu. Kalau kamu mau 14 juta, aku nggak punya."Jono bersandar pada bak muatan sepeda motor, memandang ikan-ikan di dalamnya. Matanya langsung berkilat dengan keserakahan.Lalu dia menatap Dhana."Nggak punya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status