Share

PART 5 - Decision

“We will never be the same again until someone you trust breaks the glass and make it to the pieces.”

_______

Ruangan Arthemis kali ini terlihat ramai. Selain para maid, Jeremy dan Aphrodite, Mom dan daddy-nya datang untuk menjemputnya sekaligus memberikan kabar berita untuk Arthemis. Hari ini Arthemis diperbolehkan untuk pulang. 

"Sidang selanjutnya akan dilaksanakan beberapa hari lagi. Kau yakin untuk datang, honey?" tanya Christine. Raut wajahnya terlihat khawatir. 

"It's okay, Mom. Aku sudah pulih. Kesaksianku penting di persidangan," ucap Arthemis.

"Di sidang sebelumnya, alibi dari pihak tersangka cukup kuat untuk membantah tuduhanmu. Bukti CCTV di mana Candice berada di hari dan di tempat kejadian kecelakaanmu tidak ada. Wanita itu berada di penthouse-nya saat itu. Polisi sudah mengecek kebenarannya. Dan benar, wanita itu berkata jujur," papar Dareen. 

"Aku yakin sekali, Dad. Wanita itu meneleponku sebelum kecelakaan itu terjadi. Aku tahu suaranya, dan begitu kulihat dari kaca tengah mobil, wanita itu ada di mobil belakangku. Aku tidak mungkin berhalusinasi," sanggah Arthemis. 

"It's okay, riwayat panggilanmu yang terhapus sudah dipulihkan. Kita bisa membuktikannya dari sana," jawab Dareen. 

"Ya benar, kau tidak perlu khawatir. Lagi pula jika nomor yang digunakan itu memang mengarah pada orang lain, dan orang itu yang mencoba membunuhmu, kita bisa membuatnya berbicara siapa yang memerintahkannya," ujar Jeremy. 

"Yeah, lagi pula Dad sudah membuat konsekuensi pada mereka. Berita mengenai Candice yang memiliki skandal dengan kekasihmu serta berita tentangnya yang mencoba untuk membunuhmu diberitakan di mana-mana. Reputasinya yang sekarang sebagai model menurun, kredibilitasnya diragukan oleh banyak pihak yang mempunyai kerja sama dengannya. Hal itu tentu berpengaruh bagi perusahaan keluarga Brown yang mengalami collaps," timpal Aphrodite. 

"Benar, dengan nilai saham mereka yang sekarang, mereka terancam bangkrut jika berita skandal itu tak juga berhenti diberitakan. Mereka sudah terdesak, kita juga bisa memenangkan persidangan dengan keadaan yang mendukung kita," sahut Dareen. 

Arthemis menghela napasnya. "But, kita tidak ada yang tahu saat di persidangan nanti akan berakhir seperti apa. Kita tidak tahu apa yang direncanakan Candice. Dia dan keluarganya sangat licik, mereka bisa menggunakan segala cara untuk memenangkannya. Jangan lupakan apa yang telah ia lakukan tiga tahun lalu."

"Tapi jika memang keadaan dapat berbalik, aku juga sudah memikirkan untuk menyerahkannya. Lagi pula bukankah Dad telah membuat nilai saham mereka jatuh, bukan? Terlebih, karir Candice pun diambang kehancuran. Tentu itu sangat berpengaruh bagi mereka, 'kan?" lanjutnya. 

"Arthemis, apa maksudmu kau ingin menyerah begitu saja? Wanita ular itu tidak bisa dibiarkan lolos," sergah Aphrodite. Gadis itu tidak setuju jika Arthemis lebih cepat mengalah pada Candice. 

"Okay-okay, kita bisa bicarakan ini nanti. Lihat, pakaianku dan lainnya sudah dirapikan. Sekarang lebih baik kita keluar dari rumah sakit ini sekarang juga. Berlama-lama di sini membuatku semakin merasa sakit saja," keluh Arthemis. 

Aphrodite melihat ke arah sekelilingnya. Arthemis benar, para maid sudah merapikan semuanya. Mereka bisa pergi sekarang juga. 

"Baiklah, mari kita pulang. Aku sudah tidak sabar menjahilimu lagi," kelakar Aphrodite disertai seringainnya. 

Arthemis hanya memutar bola matanya. Lalu dengan gemas, wanita itu mencubit lengan Aphrodite kencang. 

"Aw! Kau menyakitiku, Arthemis. Aku tidak yakin kau adalah pasien rumah sakit yang baru pulih," gerutu Aphrodite seraya mengelus lengannya. 

"Okay, girls. Sekarang waktunya kita pulang. Chop, chop, kalian bisa melanjutkannya setelah sampai rumah," tandas Jeremy menengahi sebelum Kakak-Adik itu membuat kegaduhan di rumah sakit. 

_______

"Terima kasih telah merawat putriku dengan baik. Maafkan aku sebelumnya, namun aku terpaksa menahanmu berhenti dari pekerjaanmu karena kau yang terbaik," ucap Dareen ketika mereka sampai di depan mobil yang terparkir di lobi gedung rumah sakit. 

"Oh ya, benar. Seharusnya aku sudah berhenti beberapa bulan yang lalu, tapi itu bukan masalah besar, Sir, " sahutnya seraya terkekeh. 

"Tidak salah jika aku mengandalkanmu. Semoga, hubungan dan kerja sama kita terus terjalin. Orang tuamu pasti sangat bangga," ujar Dareen seraya menjabat tangan pria itu dan menepuknya beberapa kali. 

Pria penerus Antonovich Group itu tertawa kecil dan tersenyum hangat. "Aku sangat senang bisa membantu anda dan keluarga. Arthemis adalah wanita yang kuat," puji Dimitri. Netranya mengarah pada Arthemis yang berada di kursi roda, sorot matanya terlihat bersinar saat menatap wanita itu. 

"Yeah, itu benar. Mungkin sebentar lagi ia akan melakukan adegan salto di filmnya," kelakar pria paruh baya itu seraya tertawa lebar. 

"Dad, bisakah kau meninggalkanku? Ada hal yang ingin kubicarakan dengan Dimitri," sela Arthemis di tengah percakapan mereka. 

"Tentu saja, Darling. Baiklah, kalau begitu aku duluan. Banyak hal yang menanti kami. Arthemis bersama Jeremy dan Aphrodite," tuturnya seraya menarik pinggang Christine yang berada di sampingnya. Pria itu kembali menjabat tangan Dimitri dengan tegas sebelum masuk ke dalam mobil yang ada di depan. 

Dimitri membungkukkan tubuhnya saat mobil yang ditumpangi Dareen dan istrinya melaju pergi. Jeremy dan Aphrodite masuk ke dalam mobil terlebih dahulu untuk memberikan ruang bagi Arthemis berbicara. 

"Dimitri, sebelumnya aku sangat berterima kasih kepadamu. Bukan hanya tentang dirimu yang telah merawatku dengan baik, namun atas segala perhatianmu kepadaku." Arthemis memulai perkataannya setelah bunyi pintu mobil yang tertutup terdengar. 

Mata hijau emerald Dimitri menatap Arthemis, pria itu tersenyum tulus. "Dengan senang hati. It's not a big deal," ucapnya. 

Arthemis menarik napasnya. "Seharusnya, kau tidak perlu melakukan itu. Tapi, bolehkah aku meminta satu hal kepadamu?" 

Kedua alis Dimitri tertarik ke atas, "Ya, apa itu?" jawabnya. 

"Aku mohon, bisakah kau melupakannya saja? Lupakan kejadian sore itu dan semuanya. Anggaplah semua itu tidak terjadi," pintanya. Sorot mata dan suaranya terdengar serius. 

Untuk beberapa saat, ada hening yang lama di antara mereka. Mata hijau Dimitri menjelajahi wajah Arthemis. Seolah mencari-cari kebenaran dari mata wanita itu. Namun, pria itu tahu jika perkataan Arthemis tidaklah main-main. Wanita itu serius. 

Dimitri menghela napasnya dan pada akhirnya pria itu mengangguk. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam sneli putih yang membalutnya. "Yeah, baiklah jika itu permintaanmu. Aku tidak bisa memaksamu jika itu keputusanmu, your choice. Semoga kau bisa menemukan titik terang dan kebahagiaanmu," ucapnya. 

Pria itu mengakui jika ia tertarik dengan Arthemis, namun Dimitri cukup paham apa yang dikatakan wanita itu adalah batasan baginya untuk sampai di sini saja. 

Senyum simpul tersungging di bibir Arthemis. Wanita itu bersyukur Dimitri tidak menanyakan hal yang lebih. Ia rasa, Dimitri mengerti akan perkataannya. 

"Baiklah, thanks kalau begitu. Aku juga berharap yang sama denganmu.Good bye, Dimitri," pamitnya. 

"Good bye, Arthemis," ucap Dimitri untuk yang terakhir kalinya sebelum seorang bodyguard membantu wanita itu masuk ke dalam mobil. Matanya tak lepas dari Arthemis, hingga mobil yang ada di depannya itu melaju keluar dari area rumah sakit menyisakan dirinya sendiri di lobi gedung Antonovich Medical Center. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status