Share

O2. Amnesia?

Seorang wanita paruh baya terbangun dari tidur cantiknya, ia lupa apa yang terjadi padanya namun yang jelas ia tidak bisa menginggat apapun, berapa lama dirinya tertidur? sendirian di ruangan yang sunyi dan sepi itu. 

Siapa dirinya? Mengapa ia tidak mengingat apapun?

Apa yang sudah terjadi padanya?

Apa dia tidak memiliki keluarga hingga saat dirinya terbangun ia sendirian?

Pintu khas rumah sakit itu terbuka, menampakan seorang dokter dengan senyum manisnya, ia mendekat ke arah wanita itu yang tengah kebingungan.

"Apa yang anda rasakan nyonya Karlina?" tanya dokter itu membuatnya kebingunggan.

"Karlina? Siapa Karlina?" tanyanya heran.

Dokter tersebut terkekeh pelan, "Nama anda Karlina Agna Husein, anda baru saja mengalami kecelakaan besar, Tuhan masih sayang kepada anda hingga mengizinkan anda tetap berada di dunia."

Karlina membulatkan mulutnya , "Apa aku tidak punya keluarga? Hingga saat aku terbangun dari tidur panjangku tidak ada yang disisiku," Karlina mendesah pelan.

Sang Dokter mengulas senyum tipis, "Anda justru menjadi orang paling beruntung di Dunia karna menikahi CEO Terkemuka di Indonesia, Tuan Johan Ainun Husein."

Mata Karlina terlihat berbinar mendengar kabar menyenangkan itu, "Benarkah? Lalu dimana suamiku? Apa aku punya seorang anak?" 

Dokter Lala menganggukan kepalanya. "Iya anda mempunyai seorang dua anak yang berbakat, saya sering melihat anak perempuan yang mengunjungi anda, namanya Riana Balqis Husein. Di usianya yang masih muda namun ia berhasil mengembangkan perusahaan besar, karna didikan anda," ujar Dokter Lala.

"Benarkah itu? Lalu yang satunya lagi?" Karlina terlihat antusias ia yakin anaknya yang satu ini sangatperhatian.

Senyuman dokter Lala memudar, "Saya hanya melihatnya sekali mengunjungi anda, yang saya tahu namanya Langit Aishakar Husein."

Senyuman Karlina yang tadinya lebar kini luntur begitu saja. "Benarkah itu? Kenapa mereka seperti ini?"

Lala mengeleng pelan, Karlina ibu muda beranak dua itu terlihat seperti remaja yang masih sangat cantik, seolah kecantikannya memang ditakdirkan abadi.

"Saya akan menelpon Tuan Johan untuk menjemput Anda."

Telpon tersambung, "Halo Tuan Husein, saya ingin memberitahukan bahwa istri anda Karlina Agna Husein telah sadar, apa anda akan langsung menjemputnya?"

"Apa? Benarkah itu? Syukurlah. Saya akan menyuruh orang saya untuk menjemputnya," kata Johan diseberang sana.

"Tapi Bu Husein membutuhkan anda, dia megalami amnesia."

"Sekali lagi maaf, saya sedang sibuk. Mohon maaf,"

"Tapi Pak!"

Sambungan telponnya tertutup sepihak oleh pak Johan, Lala menghela nafas gusar. Lalu ia menatap manik mata Karlina yang berbinar.

"Bagaimana? Apa suamiku akan menjemputku? Aku juga ingin mendengarkan suaranya!"

"Telponnya sudah dimatikan Nyonya," kata Lala.

Senyum diwajah Karlina seketika luntur. "Apa dia sesibuk itu?" gumamnya namun terdengar jelas di telinga Lala.

"Eh sudah, lebih baik anda bersiap-siap nanti anda akan pulang ke Rumah anda," kata Lala menerbitkan senyuman manis di bibir Karlin, sebuah senyuman yang jarang terlihat di dalam jati dirinya dulu.

"Lala, jangan panggil aku nyonya atau apapun, dan jangan bersikap seformal itu. Hei sekarang kita teman!" Karlina menyodorkan tangannyanya hendak menjaba Lala, dengan senang hati Lala menjaba tangan mungil itu.

"Teman."

***

Karlina menerjabkan kedua pasang Matanya, apakah benar bangunan megah di hadapannya ini adalah Rumahnya? Jika benar indah sekali. Seperti istana di disney. 

Kaki jenjang wanita yang dibaluti sepatu biasa itu menginjakkan kakinya di keramik berwarna putih yang cantik. Sebuah disein interior yang sangat indah.

Tangannya mulai memencet bel, hingga tercipta bunyi nyaring didalam sana. 

Ding dong!

Seorang asisten rumah tangga membukakan pintu, namun detik berikutnya ia berteriak. "NYONYA KARLIN!" ia menundukan kepala, "Maafkan saya Nyonya." Ia berulang kali melakukan gerakan itu.

Teriakan histeris asisten itu mengundang banyak asisten lain yang datang, mereka berjejeran menundukan kepalanya, Karlina yang heran hanya bisa diam dan tersenyum.

"Kalian kenapa nunduk gitu? Ga usah formal banget kali," katanya diiringi kekehan pelan.

Asisten yang berteriak tadi, Iyem. yang menundukan kepalanya perlahan menatap sang majikan yang tengah tersenyum manis kepadanya, ada apa dengan majikannya ini? Kenapa ia tidak memarahinya. "Maafkan saya telah berteriak didepan Nyonya."

"Aha, tidak perlu khawatir. Aku nggak marah kok,"  Karlina mendekat kearah Iyem namun wanita itu malah mundur dua langkah. Membuat Karlina heran, "Maaf nyonya tapi jangan mendekat, saya kotor."

"Hei, jangan bilang begitu, semua manusia belum tentu suci ko!"

"MAMA?!" kaget seorang gadis yang baru keluar dari kamarnya, ia keluar bersama dua temannya yang menatap  Karlina dengan ketakutan. 

Karlina tersenyum senang lalu mendekat kearah Riana yang masih syok. Riana takut akan ada hal buruk yang terjadi.

"Jadi diantara kalian mana yang anakku? Siapa yah namanya emm..." Karlina berusaha menginggat nama yang disampaikan Lala tadi, hal itu justru membuat ketiga anak disana heran bercampur aduk dengan tasa takut yang mengrogoti. "Riana-- Balqis Husein!" serunya membuat Riana menganggkat tangan.

"Kamu Riana? Cantiknya!!" Karlina menangkup pipi gembul Riana. "Kamu nggak ada niatan buat peluk Mama? Nggak kangen sama Mama?" Sikap Karlina yang seperti ini membuat Riana dan kedua temannya heran.

Riana hanya diam dan memeluk tubuh Mamanya yang satu tahun ini tertidur, dalam artian Koma karna kecelakaan.

Lalu sebuah pernyataan terbesit dibenak Riana, saat kecelakaan Mamanya mengalami kerusakaan di otaknya, apakah Mamanya amnesia karna kecelakaan itu?

"Eh ini siapa? Gemasnya!" Karlina menangkup pipi kedua anak berbaju lusuh itu bergantian. 

"A-aku Delisa Nyo-nya," kata Delisa gagap, karna rasa takutnya masih mengrogoti. 

"Eh nggak usah panggil Nyonya, panggil Mama aja. Kayak Riana manggilnya!" Karlina terkekeh membuat lesung pipi wanita itu yang belum pernah Riana dan orang lain melihatnya, sangat cantik.

"Ini siapa?"

"Aku Khansa Nyo, eh Ma-ma," Khansa menatap dua manik mata teduh milik Karlina, sepasang mata Arogan yang selalu terlihat merendahkan itu kenapa mendadak menjadi teduh seolah siapapun boleh berteduh disana? Namun itu sangat menenangkan!.

"Nah gitu dong.  Kalian lanjut aja mainnya!" ujar Karlina. "Oh iya Riana,  suamiku mana? Sama anak laki-lakiku?"

"Bang Langit ada Eskul basket, Papa masih dikantor Ma."

"Oh ya udah, kamar Mama dimana?" 

"Kamar Mama ada dilantai atas."

"Terimakasih sayang."

Desiran hangat mengalir dalam darah Riana, untuk pertama kalinya sang Mama memanggilnya dengan penuh kasih sayang. 

Mamanya Karlina, seolah terlahir kembali dengan sifat lembutnya. Riana menyukainya, sejenak senyumannya terukir saat menatap punggung kecil Mamanya yang perlahan menghilang dari penglihatan.

Lalu detik berikutnya senyuman gadis itu memudar, bagaimana jika Kakaknya mengetahui bahwa Mamanya masih hidup? Langit sangat membenci Karlina karna sikapnya yang selalu semena-mena. Namun bisakah Langit menerima kenyataan  bahwa Karlina kembali? Riana rasa sulit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status