Share

Surat Kecil Dari Mama
Surat Kecil Dari Mama
Penulis: Nakey Niken

01. She a Antagonist

SEORANG wanita berjalan dengan gaya angkuh khasnya, tatapan merendahkan selalu terpancar dikedua manik mata indah miliknya, kedatangannya adalah bencana bagi mereka yang ada disana.

Sepatu hak tinggi itu terdengar mengema diruangan yang sunyi, walaupun ada beberapa orang disini namun nyatanya mereka tak berani berkata atau bahkan sekedar menyapa sang majikan.

Karlina Agna Husein namanya, seorang Mama muda yang sudah memiliki dua orang anak. Walaupun begitu, wajahnya masih nampak cantik seperti anak usia delapan belas Tahun.

Karlina adalah seorang wanita yang ketus, arogan dan juga elegan. Istri dari seorang CEO Terkenal di Indonesia yang kekayaannya tidak akan pernah habis lebih dari tujuh turunan, namun sayangnya sesempurna apapun Karlina, ia juga tetap mempunyai kekurangan.

Perempuan itu melangkahkan kakinya menuju mobil laborigin yang terparkir diluar gedung besar itu, tatapan tajamnya mampu membuat pak sopir menelan ludahnya karna ketakutan.

Dia cantik, namu berbahaya. Seperti bunga mawar, secantik apapun bunga mawar jangan lupakan kalau bunga itu juga memiliki duri yang bisa melukaimu.

Mobil itu sampai di depan Rumah megah bak seperti istana, hanya seorang bangsawan yang mampu membeli rumah semegah itu bahkan untuk menginjak lantainya saja pak sopir rasa tak layak.

Wanita itu keluar dari mobil, memasuki rumah indah nan megah itu, kehadirannya disambut oleh para asisten yang berkerja, mereka semua menunduk takut.

Karlina tak menggubrisnya, tujuannya pulang ke Rumah adalah untuk menemui putri emasnya.

Suara sepatu hak tinggi yang mengema keseluruh ruangan membuat dua gadis muncul bersamaan dalam satu ruangan, itu putri emasnya dan ... temannya yang Karlina benci.

Sorot tak suka terpancar di dua manik mata Karlina, perempuan itu mendekat kearah gadis yang tengah ketakutan.

"Sudah berapa kali ku bilang, jangan bawa anak jalanan ini ke rumah megahku!" sentaknya mengema keseluruh sudut rumah, kaca jendela pun ingin pecah rasanya.

Riana terdiam sejenak lalu menatap manik mata sang Mama dan berkata, "Dia bukan anak jalanan Ma, dia teman Riana," lirih gadis itu.

"Maafkan saya nyonya, saya hanya merindukan sahabat saya," kata gadis disamping Riana yang sudah menitihkan airmata karna ketakutan.

Karlina merotasikan bola matanya jengah, "Lebih baik sekarang kau pergi, atau aku yang akan mengusirmu dari rumahku."

"B-baik nyonya," Khansa menunduk dalam, lalu berlari keluar dari kediaman nyonya Karlina.

Riana masih diam menunduk, gadis itu takut akan mendapatkan amukan dari sang Mama, namun detik berikutnya tubuh gadis berumur lima belas tahun itu mematung tatkala tangan halus sang Mama menyentuh rambutnya.

"Siapkan dirimu kita ada meeting hari ini," kata sang Mama finaly lalu pergi meninggalkan Riana dengan tatapan kosong.

***

Karlina mendudukka dirinya di sofa ruang tamu sembari menonton televisi, sesekali wanita itu mengomel tak jelas karna sofanya ada debu atau camilannya kurang enak, membuat para asisten kualahan menghadapi sang majikan, namun mereka harus bertahan demi menghidupi keluarga yang ada di kampung, gaji yang diberikan pak Husein pun bisa dibilang cukup banyak, sebanding dengan apa yang mereka alami selama berada di istana ini.

"Ma, Riana sudah siap," kata seorang gadis dengan pakaian visual khas kantoran dengan jas hitam melekat seperti sang ibunda.

Terlihat sangat cantik dan berkelas, mewarisi sepenuhnya gen dari Karlina.

Karlina tersenyum tipis lalu mengusap bibirnya mengunakan tisu, ia bangga kepada anak emasnya ---julukan untuk Riana--- karna otaknya yang seperti orang dewasa, Riana itu sangat pandai berbisnis diusianya yang baru lulus SMP, seperti Karlina.

"Bagus, mari berangkat."

Riana hanya diam, menampilkan wajah masamnya, bukannya ia tidak suka menghabiskan waktu dengan sang Mama, namun hanya ia ingin menghabiskan waktunya bersama keluarga dengan piknik bersama, bukan dengan kertas-kertas dokumen yang kadang membuatnya pusing.

Sebuah belaian lembut menyapa rambut panjang gadis itu, ia mendongak menatap sang Mama. "Kita harus bisa memenangkan job ini, karna ini akan membuat perusahaan kita menjadi lebih berkembang ," kata sang Mama tersenyum tipis, entah itu untuk menyemangatinya atau apa,  Riana tidak tahu gadis itu hanya membalasnya dengan senyum tipis.

"Riana, katanya mau ikut abang ke Mall. Kamu mau beli novel 'kan?" ujar seorang cowok bertubuh jakung menatap mata sang Mama dengan datar.

"Riana ada urusan dengan saya, lebih baik kamu belajar Langit," balas Karlina dingin.

Cowok yang disapa Langit itu tersenyum miring, "Riana juga punya kehidupan Ma, hidupnya bukan hanya untuk meladeni sikap Mama yang selalu ngekang dia dengan dokumen."

"Bilang saja kamu iri dengan adikmu 'kan Langit?"

"Nggak! Langit nggak iri, iya Langit tahu otak Langit tak secerdas Ana, tapi Langit bersyukur setidaknya Langit tidak merasakan apa yang dirasakan Riana," cowok itu memelas. "Riana terkengkang Ma."

"Tahu apa kamu tentang anak saya," balas Karlina enteng lalu menaring tangan putrinya keluar dari rumah.

"Maaf bang," lirih Riana.

"MA. RIANA MASIH REMAJA YANG INGIN MENIKMATI KEBEBASAN!" Teriak Langit namun percuma saja, Karlina tidak menggubrisnya. "Aku benci mama!"

***

Hari sudah mulai malam, namun Riana dan Karlina belum juga pulang. Langit mengkhawatirkan adiknya, apa dia berhasil memenangkan kontrak itu? Kalau tidak akan ada bencana di Rumah ini.

Mamanya mempunyai sifat egois yang ingin menang sendiri, apapun permintaan Mamanya harus dipenuhi.

Pintu besar itu terbuka sontak Langit berdiri dari duduknya, itu bukan Riana. Tapi Ayahnya, Johan.

Sang Ayah melihat raut kecewa serta khawatir yang menghiasi wajah sang putra semata wayangnya itu lalu beliau bertanya, "Langit kenapa?"

"Langit khawatir dengan Riana Pa, dia ikut Mama ke perusahaan," kata Langit pelan.

Johan menghela nafas gusarnya, "Oh ya Tuhan Arlin!"

Lalu sesaat kemudian pintu terbuka, menampakan dua wanita yang satu dengan muka judes khasnya yang kali ini terlihat kilatan amarah, dan yang satu lagi menangis namun tanpa suara.

Karlina memeganggi tangan putrinya erat, lalu ia berkata. "Sekarang belajar!"

"Tapi Ma Riana ingin..."

Plakk!

Suara tamparan itu mengema diseluruh ruangan besar itu, semua orang disana mematung kecuali sang pelopor. "Saya sudah bilang! Cepat belajar. Karna kamu yang selalu main sama anak jalanan itu, pemikiran kamu jadi lemah! Dan lihat sekarang, kita kehilangan job itu!" sentak sang Mama.

Riana hanya bisa diam dengan air mata yang terus mengalir.

"Ma ini bukan salah Riana!" Langit ingin mendekat namun langkahnya terhenti karna suara sang Mama melarangnya.

"Diam disana!" Lalu intesnya teralihkan kepada Riana lagi. "Mama kecewa sama kamu!" ucapnya lalu pergi meninggalkan ruangan tersebut disusul Johan yang akan menenangkan sang isteri.

Riana selalu dituntut sempurna oleh Mamanya dalam Arti terkekang, dasar tokoh Antagonis, Langit membencinya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Siska Yanti
Next kak, ceritanya bagus banget Susah move On. Di tunggu lanjutannya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status