Share

Girl's Talk

Author: 9inestories
last update Last Updated: 2025-06-25 12:36:07

Kelam tergesa menyusuri lorong hotel lantai, ia mengeratkan kimono tidurnya, rambutnya masih berantakan. Pagi menjelang, kekasihnya menepati janji. Ia pulang, lalu mereka bercinta dan Senja meneleponnya dengan tersedu.

"Kau baru mengenalnya kemaren, Kelam. Kenapa kau begitu baik padanya?" tanyanya pada diri sendiri.

Kekasihnya marah saat ia meminta untuk menyudahi percintaan mereka demi seorang wanita asing yang kehilangan suaminya.

"Berarti dia tidak becus melayani suaminya di atas ranjang sampai-sampai si suami kabur setelah malam pertama!" Begitu bentakan sang kekasih. Kelam menulikan telinga, ia meraih kimono hitamnya dan menyisir rambut asal dengan jemarinya lalu berlari keluar dengan flip flop berlogo Esmeralda Hotel.

Suite termahal di hotel ini berada di lantai enam dan hanya terdiri dari enam unit kamar. Suite milik Senja dan Surya berada di urutan paling pojok. Suite room bernomor 146. Oh, betapa beruntungnya wanita mungil itu! Pasti suaminya kaya raya.

Kelam mengetuk pintu, tidak perlu menunggu lama pintu pun terbuka. Senja langsung menariknya masuk dan memeluk tubuhnya. Senja tersedu dalam pelukannya.

"Ia meninggalkanku sendiri di sini, Mbak, sungguh tega!" Ruangan itu masih bau parfum Surya, dan kenangan semalam kembali menyesakkan dada Senja.

Kedua lengan Kelam pun melingkupi tubuh Senja, telapaknya mengelus bahu bergetar Senja. Berusaha menenangkannya.

"Ia mengangkat teleponmu?"

Senja menggeleng. Ia merogoh saku celananya dan memberikan ponselnya pada Kelam. Wanita itu mengamati layar ponsel yang menampilkan sebaris pesan.

"Dia kabur, Mbak! Tega sekali, Mas Surya! Apa salahku?"

"Di sini dia berkata akan melakukan perjalanan bisnis, Senja. Bukan meninggalkanmu. Sekarang, sudah terjawab, kan?"

Senja menggeleng, ia tidak terima akan penjelasan dari Kelam. "Di tengah acara bulan madu kami? Dia yang merencanakan ini, Mbak! Aku tidak memintanya, tapi dia sendiri yang justru kabur!"

Kelam membawa Senja masuk, ia sempat terperangah melihat penampakan suite room yang Senja tempati. Kelam tersenyum kecut. Surya begitu memanjakan Senja, memberi wanita mungil nan naif ini yang terbaik. Bulan madu di Roma, suite termewah dan mahal, bahkan setelan santai yang Senja kenakan merupakan limited edition, pasti Surya juga yang membelikan.

Sedangkan dirinya? Untuk menyusul kekasihnya ke Roma saja ia harus sembunyi-sembunyi. Kekasihnya itu melarangnya untuk tampil di publik bersama. Hubungan mereka merupakan hubungan rahasia. Dasar pria! Pasti agar bisa bebas merayu wanita! Coba saja seandainya Kelam tidak kekeh menyusul ke Roma, sudah berapa kali mereka akan bercinta.

"Duduklah dulu! Sudah sarapan?"

Senja mengusap air matanya, ia terharu dengan perhatian dari Kelam. Kepala mungilnya menggeleng-geleng.

Kelam tersenyum, "aku buatkan omelet ya?" Dan kembali pertanyaan itu diangguki oleh Senja.

"Kau mau tahu kisah asmaraku yang malang, Senja?"

Harum telur kocok yang masuk penggorengan membuat perut Senja yang sejak semalam belum terisi keroncongan. Ia melangkah menuju dapur dan menyeret kursi meja makan, duduk manis menunggu Kelam yang membuatkannya sarapan pagi.

"Aku kesini untuk memergoki kekasihku bercinta dengan wanita lain!"

Senja menegakan posisi duduk, tenggorokannya serasa kering seketika. Ia mengamati Kelam yang masih disibukan dengan penggorengan, tatapannya berkaca-kaca.

"Dan dia merupakan wanita yang menggemaskan. Manja dan pastinya masih perawan!"

Kelam mematikan kompor listrik, kedua tangannya terkepal. Gemuruh perih yang menyerang hatinya membuat air mata Kelam meluncur deras. Senja berdiri, ia menghampiri Kelam dan memeluknya erat.

"Keluarganya bahkan merestui hubungan mereka, Senja. Lalu, apakah pengorbananku selama hampir lima belas tahun ini tidak berarti sama sekali di mata mereka?"

"Mbak ..."

Kelam menangis histeris karena prianya menduakannya, tapi selang beberapa jam kemudian ia kembali bercinta dengan si pria yang sama. Kelam tahu dirinya lemah saat berhadapan dengan pria itu. Bahkan setelah dihianati, tubuhnya tetap rindu.

Hilang sudah rasa lapar yang menyerang perut Senja.Tangisan dari Kelam sangat menyayat hati. Senja hanya bisa terdiam sembari terus memeluknya.

"Bodoh sekali pria itu!" Pikir Senja. "Bagaimana bisa ia berselingkuh dari wanita luar biasa sempurnanya seperti Mbak Kelam? Apa dia buta? Seperti apa sih wanita kedua itu?"

Hampir lima belas menit Kelam tergugu, bahkan setelan bagian atas Senja terbasahi oleh air matanya. Niat hati Senja ingin mencari penglipuran, tapi malah dia yang harus menghibur Kelam yang patah hati. Mendadak hatinya dipenuhi oleh rasa syukur. Benar apa yang dikatakan Kelam, Surya pergi dengan alasan yang jelas, perjalanan bisnis, bukan berpetualang mencari wanita.

"Sudahlah! Ayo makan dulu, kau pasti lapar! Maafkan aku yang sedikit melankolis hari ini ya?"

Senja tersenyum, ia kembali duduk dan mengamati Kelam yang melanjutkan pekerjaan memasaknya yang tertunda. Tidak membutuhkan waktu lama untuk hidangan sederhana tersebut tersaji di atas meja. Kelam juga membuatkannya orange juice.

"Terima kasih, Mbak. Mbak tidak makan?"

Kelam menggeleng, "aku tidak terbiasa sarapan pagi."

Tidak terbiasa sarapan pagi, tapi Kelam memilih untuk menyeruput kopi.

"Boleh kan, aku minta kopinya? Ini bisa meredakan sedikit sakit hatiku." Senja mengiyakan.

Kelam benar-benar luar biasa. Beberapa saat yang lalu ia sendu, sekarang suasana hatinya berubah syahdu. Kelam mengajak Senja berkelakar, saling menguatkan dan berbincang banyak hal. Ia seperti memiliki seorang Kakak perempuan. Ah! Seandainya dulu Dirga berpacaran dengan Kelam, pasti mereka akan menjadi yang tak terpisahkan.

"Tidak usah pulang ke Indonesia atau pun menunggunya lagi, Senja. Kalau dia mau berbisnis ketimbang menyenangkan hati istrinya, ya silahkan. Kau, harus bisa menyenangkan dirimu sendiri!"

Kelam mencolek hidung Senja. Saking semangatnya hingga menyebabkan kerah kimono Kelam melorot ke samping. Menampilkan bahunya yang terhiasi beberapa tanda merah. Melihat itu, Senja tertunduk, wajahnya merona malu. Ia paham tanda apa itu. Bukan hanya itu, sepertinya Kelam tidak mengenakan apa pun di balik kimononya. Apakah ia baru saja bercinta dengan kekasihnya? Tapi, bukankah ...

"Mbak, kau baru saja ..." Senja menggantung kalimatnya.

Tapi, Kelam mengerti ke arah mana perkataan Senja tertuju. "Iya, aku sedang berada di atasnya saat kau meneleponku dengan nada panik. Ia suka posisi itu!"

"Tapi, Mbak. Bukankah kau bilang dia berselingkuh darimu?"

"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi! Dan aku tidak akan melepaskan wanita itu begitu saja. Aku akan membuatnya menderita, Senja. Kalau dia ingin menjadi yang kedua, maka untuknya akan tersedia neraka."

Senja terdiam. Kilat mengerikan terpancar dari sorot Kelam. Begitu gelap dan menakutkan. Ia bergidik, mungkin si wanita kedua alias perebut lelaki orang itu akan menemui jalan terjal ke depannya. Ya, salah siapa menggoda pria milik orang lain!

"Kau juga harus menjaga Surya! Hamil, itulah senjata seorang wanita untuk membuat prianya betah! Setidaknya kau akan disayang mertua. Mereka akan ada di pihakmu jika Surya macam-macam!"

Kelam dan Senja saling melempar senyum. Senja jadi teringat perkataan Surya di malam pertama mereka mengenai seorang anak. Surya sangat menantikan hal itu terwujud dan ia berjanji akan menyayangi anak mereka.

"Mbak juga harus hamil anak dari kekasih Mbak. Ikat dia, Mbak!"

Seharusnya itu menjadi penyemangat untuk mereka berdua, namun perkataan Senja malah membuat Kelam murung.

"Aku tidak mempunyai senjata itu, Senja."

"Apa maksud Mbak Kelam?"

"Aku tidak bisa hamil," bisiknya.

Mendadak dunia Senja seolah membeku. Tiba-tiba, semua nasihat Kelam tentang mengikat pria lewat anak terasa kosong.

“Kalau begitu, apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan, Mbak?” gumam Senja dalam hati. Perlahan hatinya disergap rasa takut yang belum ia pahami sepenuhnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Intrik di Balik Cinta

    Arya tersenyum kecil ketika membaca sebuah pesan dari kekasih bisnis-nya, Lisette Alcantara. Isinya ucapan selamat karena ia berhasil meniduri Senja. Hubungan mereka tak pernah melibatkan perasaan, hanya sekadar kesenangan dan status. Lisette sejak awal menegaskan Arya bukan tipe prianya. Wanita mungil itu terkenal sangat pemilih—begitu kata Damian, kakak tirinya.Mungkin karena hatinya masih terkunci pada pria pujaan yang nyaris menjadi suaminya, yang meninggal dalam kecelakaan di Indonesia. Sejak saat itu, Lisette menutup diri. Jika ada pria singgah, tempat singgah itu hanya ranjangnya, bukan hatinya."Sedang asyik berbalas pesan dengan siapa?" Sebuah suara membuat Arya menoleh.Mia sudah berdiri di belakangnya. Berbeda dari penampilan menantang sebelumnya, kali ini ia tampak santai namun tetap anggun dalam piyama panjang. Kesederhanaan itu tetap tak mampu menyembunyikan auranya sebagai bangsawan. Siapa yang tak kenal keluarga De Luca dan Montgomery? Surya benar-benar bodoh meningga

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Rayuan yang Tak Tersentuh

    [Gunakan ini untuk menjerat kembali D-mu!]Mia berdecak. Ia melihat jelas tanda centang biru di aplikasi pesan, tapi sudah tiga puluh menit berlalu tanpa balasan.Segera ia menekan nomor itu, mengulanginya hingga tiga kali, namun hasilnya tetap sama—nihil. Ada apa gerangan?Mia melempar ponselnya ke atas ranjang. Mungkin ia akan tidur saja, lalu menghubunginya kembali esok hari. Namun, ketukan di pintu membuatnya urung.“Siapa?” sahut Mia.“Ini aku, Mia … Arya,” jawab suara dari balik pintu.Sekilas Mia menoleh pada laptop yang masih terbuka di meja. Senyum penuh arti tersungging di bibirnya sebelum ia menjawab, “Sebentar ya ….”Pikiran liar berkelana. Mia tahu Arya mencintai Senja, tapi ia juga sadar pria itu masih menjalin hubungan dengan Lisette. Meski hubungan mereka hanya didasari urusan bisnis tanpa melibatkan perasaan, Mia paham keduanya beberapa kali sempat tidur bersama. Friends with benefit, begitu mereka menyebutnya.Mia pun berpikir, mungkin ia bisa menerapkan hal serupa d

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Ketika Dosa Tertangkap Kamera

    Mia berdiri bersedekap di depan pintu kediaman Kemuning Raya. Tatapannya mengikuti sebuah sedan silver mewah yang berputar mengelilingi taman mawar dengan air mancur, sebelum akhirnya berhenti di sisi lajur kiri.Dari dalam, keluar seorang pria dengan postur tinggi tegap. Hanya dengan balutan kaos hitam dan celana jeans biru tua, kharismanya sudah cukup untuk memikat perhatian. Kacamata hitam bertengger di atas hidung bangirnya, menyembunyikan sepasang mata elang yang berkilat tajam namun terkadang melayangkan pandangan mendamba kepada kekasih yang terpilih.Dialah Arya Baskara Wicaksono—darah Arjuna Wicaksono dari garis ayah, dan kecerdasan Amirah dari rahim ibunya. Warisan fisik sang ayah berpadu dengan kejernihan akal sang ibu menjadikannya sosok menawan, salah satu primadona di dunia bisnis maupun masyarakat luas, sejajar dengan nama besar Dirgantara Mulia.Mia berdecak kagum dalam hati, mengagumi kesempurnaan yang pria itu sandang. Sayangnya, hatinya telah terikat pada sosok lain

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Pelukan dalam Dosa

    Senja duduk bersila di atas ranjang, senyum tipisnya merekah tanpa ia sadari. Ponsel di pangkuannya masih menyala, menampilkan satu pesan yang masuk sejak siang tadi—dari Arya.[Pendek, aku merindukanmu. Mas datang, ya, hari ini?]Pesan itu belum juga ia balas. Ia hanya menatapnya lama, membiarkan perasaan campur aduk menyusup ke relung hati. Ingatan tentang tiga puluh menit kemarin sore—saat tubuhnya berpadu dengan mantan—masih berputar-putar di kepalanya.Senyumnya perlahan pudar, berganti gurat murung. Kesadaran akan pengkhianatannya pada sang suami menghantam batinnya. Namun, bayangan bagaimana Arya menyentuh dan menaklukkannya terus merambat masuk, membuat Senja nyaris kehilangan kendali. Nafasnya tercekat, tubuhnya bergetar. Jemarinya dengan ragu menyusuri kulitnya sendiri, seolah mencari kembali jejak panas itu, hingga ia terkulai menggeliat di atas ranjang, dirundung hasrat dan rasa bersalah yang saling menelan."Mas Arya...," desahnya lirih, disertai racauan nakal penuh kata-

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Strategi

    "Strategi apa yang kau tawarkan padaku?" Pertanyaan Arya membuat senyum Mia mengembang. Ia baru hendak menjawab ketika terdengar ketukan di pintu kamar—sepertinya pesanan makanan Arya telah tiba. Untung saja mereka datang di waktu yang tepat, tidak saat adegan panas berlangsung. Surya lekas menanggalkan handuknya dan mengenakan jubah mandi sebelum membuka pintu. "Selamat sore, Tuan Muda Wicaksono. Kami mengantarkan pesanan Anda." Arya mengangguk lalu membuka pintu kamar selebar mungkin. Dua wanita berseragam koki masuk, salah satunya mendorong troli. Begitu melihat seorang wanita duduk bersilang kaki di dalam kamar, keduanya sempat saling pandang sebelum membungkuk sopan. Gerak-gerik itu tidak luput dari perhatian Mia; ia memberi isyarat mata pada Arya, yang entah bagaimana langsung memahami maksudnya. Arya kemudian menghampiri kedua wanita itu yang berjalan menuju satu-satunya meja di dekat balkon. Mereka menata hidangan satu per satu dengan rapi, sementara Arya berdiri tepat di

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Asmara yang Membakar, Luka yang Membekas

    "Aku tahu kau terobsesi memilikiku hanya karena iri pada Dirga! Merebutku darinya hanya untuk membuatnya terpuruk!" Napas Kelam tersengal, berderai air mata bersama sesak dan muak yang selama ini ia pendam."Kau ... tidak pernah benar-benar mencintaiku, Surya!"Surya terdiam sejenak, lalu tiba-tiba mencium bibir Kelam dengan intens. Kelam membalasnya meski air matanya terus mengalir. Tubuhnya didorong Surya hingga terbaring di ranjang, dan ciuman itu pun berubah menjadi sesuatu yang berbahaya.Semilir angin petang menyibak tirai jendela hotel, membawa aroma basah sisa hujan. Di kamar yang sama, Hotel 101, waktu seakan berputar. Senja kali ini menyeret Kelam kembali pada petang lain—lima belas tahun yang lalu.Saat itu, jemari Kelam menjelajah tubuh Surya, membuka kancing seragam SMA-nya satu per satu. Bibir Surya menyesap leher Kelam, berhenti tepat di atas tahi lalat mungil yang selalu membuat Kelam merasa rapuh; entah bagaimana Surya mengetahuinya."Kau sudah pernah melakukan ini se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status