Share

Surya Menghilang

Penulis: 9inestories
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-25 12:33:16

*****

Sungguh! Senja benar-benar iri! Lihatlah! Bahkan para pria latin yang menghuni restoran ini begitu terpukau oleh penampilan fisik Kelam. Tidak heran Kakaknya dulu begitu memujanya. Sepulang sekolah, yang dia bicarakan selalu Kelam, Kelam dan Kelam, sampai Senja bosan mendengarnya. Mungkin, saking rutinnya Dirga, sang Kakak bercerita, apabila ada seseorang yang bertanya perkara warna favorit wanita itu, bukan hanya warna tapi makanan atau buku favoritnya pun Senja tahu.

"Terima kasih," ucap wanita itu lembut kepada pelayan yang baru saja menghantarkan kopi untuknya.

Kopi sebagai sajian dinner? Mungkin terasa janggal bagi beberapa negara yang memiliki culture akan berbagai jenis wine sebagai pendamping main course dinner. Tapi tidak bagi Kelam. Dirga pernah berkata wanita itu menyukai sesuatu yang gelap sesuai namanya. Warna hitam, kopi pahit, black forest, novel tragedy atau kesendirian.

"Sugar, Miss?" tanya si pelayan.

"Oh! Dia tidak suka gula," serobot Senja. Si pelayan mengangguk lalu pamit undur diri setelah membaca gesture dari tangan Senja yang menyuruhnya pergi.

"Dari mana kau tahu aku tidak suka sesuatu yang manis?"

"Mas Dirga! Ternyata semua ceritanya benar! Andai saja aku seorang pria, aku pasti juga akan jatuh hati pada Mbak."

Kelam tertawa anggun, ia sedikit tersipu. Cantik sekali! Senyum itu bagai mantra sihir di hati Senja, mampu mengaburkan kegundahannya akan keberadaan sang suami.

Sekeluarnya mereka dari lift, Kelam menemaninya ke bagian informasi. Senja belum mahir berbahasa latin, jadi Kelam membantunya untuk menanyakan perihal Surya. Hasilnya nihil. Tiada satu pun orang yang mengetahui atau sekedar mengenali wajah Surya. Sepanjang petang itu juga, Senja mengelilingi seluruh lantai dasar hotel tempatnya menginap. Mulai dari restoran, kantor administrasi hotel hingga beberapa store yang terletak di sekitar hotel. Akhirnya, ia menyerah dan kembali ke lobi. Rupanya, Kelam masih menunggunya di sana. Wanita anggun itu menyeretnya ke sebuah restoran di bagian paling ujung lantai dasar. Ia memaksa Senja untuk menemaninya makan malam.

"Coba kau telepon dia lagi, atau mungkin dia sudah kembali ke suite kalian?" saran Kelam di sela kunyahannya. "Aku seharusnya tidak boleh berbincang di saat makan, Marisa paling cerewet kalau berkenaan dengan table manner."

Senja yang baru saja menengok aplikasi pesannya, menoleh. Ia tersenyum. "Dia benar, Mbak. Makan seharusnya tidak diselingi dengan obrolan, nanti bisa tersedak. Well, aku rasa, aku juga akan pamit. Mbak benar, mungkin Mas Surya sudah kembali ke suite."

"Kau benar-benar tak mau makan dulu?"

Senja menggeleng. Makan tidak lagi terpikir dalam benak Senja, ia hanya ingin menemukan suaminya. Ia sangat khawatir jikalau sesuatu yang buruk menimpa Surya.

"Baiklah! Kemarikan ponselmu, akan kusimpan nomorku untukmu. Aku di sini sampai lusa, jadi telepon aku jika kau butuh bantuan. Atau mungkin, jika Surya sudah kembali, kita bisa dinner bersama?"

Senja mengangguk antusias. Bak seorang bocah, ia mengulurkan ponselnya ke arah Kelam. Kelam dibuat terkekeh dengan tindakan menggemaskan Senja.

"Pantas saja Surya memilihmu, kau lucu sekali, Senja."

Pujian yang terlontar untuknya dari Kelam, lagi-lagi membuatnya malu. Kedua pipinya merona. Andai saja wanita di depannya itu tahu bagaimana Surya memperlakukannya pada malam pertama mereka.

"Sudah! Perlu kuantar?"

"Oh, tidak usah, Mbak. Selesaikan saja makan malam Mbak Kelam. Saya pamit dulu, Mbak."

Mereka saling melambaikan tangan. Kelam mengamati kepergian Senja hingga wanita mungil itu menghilang dari pandangan. Beberapa saat kemudian, seorang pria gagah memasuki restoran hotel. Ia berjalan lurus menuju table yang kelam duduki.

Perawakannya tinggi, badannya tegap, kulitnya sawo matang tapi bersih terawat. Rambutnya sedikit ikal dengan fitur wajah yang tegas. Bibirnya berbentuk hati dengan sebuah tahi lalat di pipi kiri sedikit mendekati ujung bibir. Hidung mancung, rahang tegas dan sorot mata tajam namun bisa meneduhkan dalam beberapa kesempatan.

Pria sempurna bak dewa itu tersenyum kepada Kelam, ia membuka kancingan tuxedo jasnya, lalu meraih leher Kelam, mencium mesra bibir wanita itu.

Kelam merintih, telapak tangannya mengusap-usap dada bidang pria itu. Si pria pun menghentikan ciuman mereka dan menyatukan kening keduanya. "Kau selalu membuatku gila, baby," ucapnya seraya mengecup singkat bibir Kelam.

"Kau akan berangkat sekarang?" tanya Kelam. Jemarinya digenggam erat oleh si pria dewa.

"Iya, aku akan pulang menjelang pagi lalu kita akan menghabiskan waktu seharian sebelum besok kita mengejar pesawat ke Prada."

"Baiklah, terserah kau saja. Asal, jangan tidur lagi dengan wanita lain di pesta!" rajuk Kelam.

Sebersit penyesalan hinggap di hati si pria, ia pun menarik tubuh Kelam dan memeluknya erat, mengecupi pipi dan hidung bangir sang terkasih. Hingga membuat iri beberapa pengunjung restoran.

"Maafkan aku, baby. Kau tahu kenapa aku terpaksa melakukan ini."

Kelam melepaskan pelukan si pria, ia mengangguk sendu, "pergilah! Dan jangan lupa untuk pulang ..." Kelam menggantung ucapannya, ia menatap kekasihnya lekat. Lalu lanjutnya, "aku tidak ingin seperti Senja yang seharian mencari suaminya yang menghilang tanpa kabar."

*****

Senja mendorong pintu suite room-nya. Ia melihat ke arah rak dan sepatu milik Surya masih tidak ada di situ. Ia mendesah, airmatanya mengalir. "Kemana kau, Mas?"

Ia terseok masuk, memutari seluruh ruang suite, mulai dari area depan hingga balcony kamar. Tidak ada, masih tidak ada sosok suaminya. Ia mendudukan diri di sofa, menekuk kedua lutut dan mengangkat kakinya ke atas sofa. Senja memeluk mereka lalu membenamkan kepalanya di antara lutut. Ia menangis. Kekalutan menggelayuti hati, akan keberadaan sang suami. Senja takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada Surya. Kecelakaan atau mungkin penculikan?

Keluarga Waringin merupakan keluarga terpandang nan sukses, tidak sedikit dari banyak lawan bisnis mereka yang iri. Kecelakaan yang menimpa adik Surya juga ditengarai karena persaingan bisnis. Remaja itu meninggal di tempat dan pacarnya entah menghilang kemana, tanpa kabar. Senja masih mengingat jelas, bagaimana kabar itu menyeruak heboh ke publik. Banyak media menyiarkan tragedi tersebut termasuk skandal sang Adik yang berpacaran dengan wanita yang dua belas tahun lebih tua darinya.

"Tidak! Aku harus menelepon kepolisian Roma!"

Senja menyeka airmatanya kasar, ia tidak bisa jika harus menunggu tanpa berbuat sesuatu. Bagaimana jika Surya membutuhkan pertolongannya? Bukankah ponselnya seharian tidak aktif? Ini mencurigakan, itu bukan Surya!

Mereka memang tidak berpacaran, hanya melewati dua kali perkenalan lalu lamaran dan menikah. Tapi, di antara masa-masa tunggu pernikahan, Surya selalu perhatian padanya. Mengiriminya pesan hampir setiap saat. Mengajaknya berbincang via chat hingga larut malam. Surya memang jarang meneleponnya atau melakukan video panggilan, karena Surya termasuk introvert. Ia berkata ia lebih nyaman bercakap-cakap melalui pesan ketimbang sambungan telepon langsung.

Namun, belum juga Senja melakukan panggilan ke pihak kepolisian Roma, sebuah pesan masuk. Dari sang Surya.

-Untuk sebulan ke depan, aku akan ada perjalanan bisnis. Jangan menungguku, pulanglah ke Indonesia!-

*****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Di Atas Ranjang, di Hari Hujan

    Ciuman mereka dalam dan intens, napas keduanya tersengal. Arya mendorong tubuh Senja perlahan hingga terbaring, matanya membara penuh hasrat.“Mas… pakaianku basah,” rajuk Senja, tubuhnya gemetar saat duduk di ranjang, mencoba melepas cardigannya.“Biar Mas bantu, ya?” tawar Arya, dan Senja mengangguk.Perlahan, Arya menurunkan resleting dress Senja di punggungnya, sementara Senja mengangkatnya sebatas dada, membiarkannya meluncur melewati kepala. Dingin hujan masih menempel di kulitnya, membuat sensasi sentuhan Arya terasa lebih menggetarkan."Mas Arya… gak lepas kaos? Basah itu…” Pipi Senja semakin memerah saat Arya menatap tubuhnya yang nyaris telanjang, hanya dibatasi pakaian dalam yang basah kuyup karena hujan.Tanpa menunggu diperintah dua kali, Arya menegakkan badannya dan mulai menanggalkan pakaiannya satu per satu. Kaos, celana jeans, lalu sepatu. Senja mengamati setiap gerakan Arya sambil melepas flat shoes-nya sendiri yang sedikit kemasukan air hujan masuk, membuat kakinya

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Vespa dan Hujan Adalah Saksi

    "Kamu bawa jas hujan?" Arya menoleh ke samping, matanya menatap Senja yang menggeleng lesu. Hujan deras menimpa trotoar ruko yang tertutup rapat, tetesan air membentuk genangan kecil di kaki mereka."Kalau kita menunggu, bakalan sampai malam ini," katanya sambil menepuk lembut bahu Senja. "Mas beliin kamu jas hujan dulu ya?"Arya sudah bersiap melangkah ke jalan, tapi tangannya ditahan Senja. "Rumahku dekat, Mas. Sekalian saja hujan-hujanan," katanya, nada suaranya lembut tapi ada tantangan kecil di ujung kata.Arya mengamati ekspresi wajah Senja, bibirnya tersenyum ceria, mata berbinar. Sepertinya wanita itu memang menantikan momen ini."Sudah lama juga tidak main hujan-hujanan..." cengir Senja."Tapi kau bisa sakit, pendek..."Panggilan dari Arya membuat mereka saling bersitatap. Diam sejenak, mata mereka saling menyelami, seolah membaca isi hati masing-masing. Degup jantung Senja berdentum kencang dan ia yakin Arya merasakan hal yang sama. Ada dorongan kuat untuk saling mencium, na

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Bayangan Mia

    [Aku mungkin tidak akan pulang malam ini]Pesan dari Mia muncul di layar. Senja mengerjab, ia segera mengetik balasan:[Jadi, itu bukan pertemuan bisnis? Kau bermalam dengan seorang pria?]Tulisan "Mia sedang mengetik..." berdenyut di layar. Senja menatapnya tanpa berkedip, jari-jarinya dingin, rasa tidak sabar menggerogoti dadanya.Terbersit keraguan di hati Senja. Apakah Surya dan Mia sungguh-sungguh sudah berakhir? Rasanya aneh ketika Surya justru meminta mantan kekasihnya untuk menjaganya, seolah tak ada orang lain yang bisa ia percayai. Terlebih, Surya tak pernah jujur bercerita tentang Mia padanya, seakan ada sesuatu yang disembunyikan.Tiba-tiba, ingatan malam pertama itu menyelinap. Pengakuan Surya mengenai seorang gadis yang diajaknya bercinta untuk pertama kali. Senja menahan napas. Jangan-jangan… gadis itu adalah Mia?[Hahaha… Kau benar-benar ingin tahu, Senja? Baiklah, akan kujawab. Ya, aku seorang petualang cinta. Aku bebas, dan aku menikmatinya. Kami bertemu di sebuah pe

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Pertemuan yang Menegangkan

    "Senja…?"Tubuh Senja membeku. Napasnya tersendat saat menoleh ke belakang, ke arah suara itu. Arya berdiri di sana, senyum hangatnya mengembang -senyum yang mengingatkannya pada hari itu di hotel Esmeralda, saat tubuh mereka nyaris menyatu, hampir menembus batas yang tak seharusnya."Ma… Mas Arya…?" Suaranya gugup, hampir tak terdengar."Kau sudah di sini? Di Bogor?"Senja tidak menjawab. Pipinya memerah saat matanya menatap Arya, wajahnya terasa begitu tampan dari jarak dekat. Degup jantungnya meningkat. Bayangan ciuman mereka di hotel Esmeralda kembali melintas, setiap sentuhan Arya masih terasa di kulitnya.Senja menelan ludah, bibir bawahnya tergigit, dan pandangannya tak sengaja menelusuri lekuk tubuh kekar Arya yang terbalut kaos ketat. Ada getar yang menegangkan di perutnya, hangat dan sulit diabaikan."Jadi, kau sudah menemukan si Surya?"Suara lain memecah lamunan Senja. Perlahan, pandangannya bergeser dari lengan berotot Arya ke sosok wanita yang berdiri di sampingnya."Mba

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Surya Kencana, di Antara Dua Janji

    [Aku sudah mendarat di Indonesia sejak dua hari yang lalu, temui aku di hotel yang biasa, aku sangat menginginkanmu. Jangan khawatir, ini bukan bagian dari imbalan]Mia mengerjab membaca pesan chat dari Surya yang masuk. Senyumnya mengembang membentuk sebuah seringai. Kebetulan sekali ia sedang membutuhkan kehangatan. Alih-alih Surya menghubungi istrinya setibanya ia di Jakarta, pria itu justru memilih bersembunyi selama dua hari lalu menghubunginya untuk sebuah ranjang panas. Padahal ia sudah bersiap dengan pakaian kasualnya untuk berkeliling Bogor di pagi mendung dengan mengendarai Vespa bersama Senja. Haruskah ia membatalkannya?[Aku ke sana agak siangan, kami akan berburu kuliner terlebih dahulu. Kau gila S! Pagi-pagi sudah minta begituan! Di mana Mawar? Kenapa tidak minta pada istri pertamamu?]Mia mengirimkan balasan. Ia dan Surya berbagi satu nomor rahasia yang tidak diketahui oleh siapa pun, baik Senja atau Mawar. Ini ide Surya semenjak malam pesta mereka di Roma.[Kami sempa

  • Ditinggalkan Setelah Malam Pertama   Obrolan Senja Hari

    "Aku akan menetap di Bogor untuk sementara..."Senja menoleh, ia melihat Mia menatap langit senja dengan mata berkaca-kaca. Wanita cantik itu menyusulnya ke lantai dua usai sarapan, meminta maaf kepadanya karena telah membuatnya tersinggung."Itu hakmu untuk tidak percaya pada apa yang kuutarakan," ucap Mia, suaranya pelan namun sarat makna. "Hanya satu pesanku: jangan terlalu menggantungkan hidup pada Surya. Sayangi dirimu sendiri. Kadang, melepaskan di saat kau begitu mendamba justru satu-satunya cara untuk membebaskanmu.""Aku akan membuktikannya sendiri, Mia. Aku yakin Mas Surya mencintaiku. Dan si Mawar itu... pasti hanya masa lalunya, seperti dirimu."Keduanya duduk bersisian di balkon lantai dua, menikmati senja yang kian memerah. Meski seharian telah berbagi pikiran, Senja tahu Mia tidak sepenuhnya terbuka. Ada kabut misteri yang masih menyelimuti wanita itu, seolah ia menyembunyikan sesuatu yang berat."Baiklah! Tapi saranku, lihat situasi. Jika Surya pulang seorang diri, jan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status