Bab 37: Kemarahan Vivian
Pintu ruangan kerja Safiyya terbuka luas dan kelihatan satu sosok tubuh berdiri di depan pintu dengan raut wajah penuh amarah dan rambut yang tidak terurus membuatkan kerja Safiyya terhenti.
"Apa kau sudah gila, Fiya?" Ucap Vivian separuh berteriak. Vivian menutup pintu kamar dan berjalan menuju ke meja kerja Safiyya. "Shhh. Perlahankan suaramu itu, Vivy." Rayu Safiyya. Safiyya memijit dahinya. Kepala dan otaknya sudah sakit karena terlalu banyak berpikir. Dia sudah tidak tahu bagaimana lagi untuk menyelesaikan semua masalah yang terjadi. Dan sekarang, Vivian datang ke ruangan kerjanya hanya untuk melampiaskan kemarahan terhadap dirinya. "Apa benar kau sama Rizky sudah bertunangan? Ada satu video tular (viral) di media sosial dan itu video Rizky sedang melamar dirimu, Fiya!" desak Vivian. “Iya, aku tahu Vivy. Aku juga tidak tahu bagaimana video itu menjadi pBab 38: Terpaksa Berbohong.Safiyya duduk berhadapan dengan orang tuanya dan Abang Mikail. Mereka berempat berada di ruangan khas keluarga untuk berbincang mengenai masalah Safiyya dan Rizky. Safiyya yang merasa bersalah hanya mampu menundukkan kepalanya dan matanya menekur permaidani yang dibeli Umi Hafizah dari negara Turki."Kenapa Fiya tak beri tahu pada Umi bahawa Rizky melamar Fiya untuk menjadi istrinya? Jika Fiya beri tahu pada Umi dan Abah, masalah ini tidak akan muncul. Fiya dan Rizky juga tidak akan dihujat oleh netizen di media sosial," kata Puan Sri Hafizah. Suara lembut wanita itu berhasil memecah suasana sunyi setelah mereka berempat berdiam diri selama lima menit."Fiya tidak bermaksud untuk merahsiakan perkara ini dari pengetahuan keluarga. Fiya tak tahu bagaimana cara yang tepat untuk memberi tahu Umi dan Abah. Fiya mohon maaf pada Umi dan Abah jika perkara ini sudah menjatuhkan air muka keluarga
Bab 39: Godaan Rizky.Langit malam di Jakarta penuh dengan bintang dan bulan yang bersinar terang. Rizky sedang bermain gitar di taman bunga di rumah orang tuanya. Tangannya ralit memetik tali gitar dan baru saja bibirnya ingin menyanyikan sebuah lagu, ponselnya berdering keras dan ada satu panggilan telepon tertera di layar ponselnya."Siapa sih? Mengganggu aja," sungut Rizky dengan sebal karena waktu istirahatnya diganggu.Lelaki itu melihat layar ponselnya. Tertera nama dan nomor Safiyya, bakal istri halalku. Seringai sinis bersalut dingin terus tersungging di bibirnya. Rizky hanya membiarkan panggilan telepon dari Safiyya sehingga deringan ponselnya terhenti. Namun, sekali lagi ponsel Rizky berdering keras. Akhirnya, Rizky mengalah dan dia menjawab panggilan tersebut."Iya, ada apa wahai tunanganku yang tercinta? Aku lagi sibuk nih," bicara Rizky dingin."Jangan boh
Bab 40: Putra Kodok Panggil Hujan.Rizky menghabiskan sisa-sisa tawanya dengan hati senang. Dia sangat gembira karena berhasil membuat Safiyya merasa sebal padanya. Entah kenapa, dia suka sekali mendengar suara dan melihat wajah kesal gadis itu. Benar-benar satu hiburan pada diri Rizky. Apa dia sudah gila? Tidak, dia masih waras. Rizky tersenyum manis secara tiba-tiba. Atau mungkin dia menjadi gila semenjak dia bertemu kembali dengan Nur Safiyya di Jakarta?Sejak enam tahun yang lalu, dia sudah tertarik dengan gadis bertubuh langsing dan tinggi itu. Hanya saja waktu itu dia memilih untuk menjadi pria paling bajingan buat Safiyya dengan meninggalkan gadis malang itu di Bristol tanpa kabar berita apa pun.Rizky kembali memetik tali gitar dan mula menyanyikan satu lagu. Lagu yang pernah dia nyanyikan buat Safiyya pada enam tahun lalu yaitu Menunggumu. (Penyanyi: NOAH *dulu dikenal sebagai band Peterpan)
Bab 41: Pertemuan Keluarga.Hari yang dinantikan keluarga Tan Sri Ibrahim telah tiba. Mobil mewah yang membawa keluarga Tuan Syahputra Wijaya berhenti di halaman rumah agam keluarga Tan Sri Ibrahim. Tan Sri Ibrahim segera keluar dari rumahnya menuju ke mobil dengan langkah kaki tergesa-gesa. Wajahnya kelihatan berseri-seri penuh gembira. Tuan Syahputra Wijaya pula segera keluar dari perut mobil untuk menyapa bakal besan yang dia tidak pernah kenal yaitu Tan Sri Ibrahim.Sebetulnya, Tuan Syahputra Wijaya sering mendengar tentang kehebatan perusahaan Tan Sri Ibrahim tetapi dia belum pernah bertemu muka dengan lelaki itu karena Tan Sri Ibrahim tidak pernah menghadiri mana-mana pesta bisnis. Hanya putranya, Mikail yang sering memenuhi undangan sebagai wakil ayahnya itu.Namun, langkah Tan Sri Ibrahim dan Tuan Syahputra Wijaya terhenti secara tiba-tiba saat netra mereka bertemu pandang antara satu sama lain. Mata
Bab 42: Segalanya Sudah Terlambat.Mikail sedang duduk di kafe sambil menyedut Chocolate Cream Frappuccino. Pria itu melihat jam tangannya. Baru jam 1 petang. Setelah menunggu selama sepuluh menit, akhirnya Zafril muncul di hadapannya."Mika! Maaf, Bro. Aku terlambat. Ada hal kerja," ucap Zafril sebelum duduk di hadapan Mikail."Tak apa. Aku tahu kau sibuk. By the way, kenapa kau nak jumpa dengan aku? Atau kau nak bincang tentang projek baru?" Soal Mikail bertalu-talu."Bertenang, Bro. Aku nak jumpa kau sebab aku nak bincang tentang Safiyya," jawab Zafril dengan ragu."Oh, aku pikir kau nak bincang pasal kerja. Ha, kau nak cakap apa tentang adik aku itu?" Tanya Mikail dengan serius."Sebenarnya aku nak hantar rombongan keluargaku untuk meminang Safiyya. Itu pun, jika kau izinkan," kata Zafril dengan tenang.&nb
Bab 43: Bagai Sang Bidadari Menunggu Sang Putra.Safiyya berjalan di antara Bunda Yasmin dan Umi Hafizah. Mereka segera masuk ke butik pengantin yang terkemuka di Kota Jakarta. Mereka bertiga terlihat seperti sebuah keluarga yang bahagia ketika memilih busana pengantin muslimah buat Safiyya."Yasmin, gaun labuh ini menurutku sangat sesuai untuk Safiyya. Apalagi acara resepsi mereka berkonsepkan private garden party. Aku yakin, Safiyya akan kelihatan sangat cantik jika memakai gaun pengantin ini," ucap Puan Sri Hafizah dengan riang sembari menunjukkan satu gaun pengantin berwarna putih dengan butiran manik halus menghiasi gaun tersebut di bagian leher, lengan dan dada.Bunda Yasmin menghampiri Puan Sri Hafizah lalu dia melihat gaun pengantin itu."Iya, Izah. Saya juga merasa gaun pengantin ini cocok sekali buat Safiyya," setuju Bunda Yasmin. Ia juga kagum dengan kecantika
Bab 44: Akhirnya, resmi menikah.“Ananda Rizky Iqbal bin Syahputra Wijaya, Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Nur Safiyya binti Ibrahim dengan maskawinnya berupa £5,000,000.00 GBP, tunai.” Ucap Tan Sri Ibrahim dengan tegas.“Saya terima nikahnya dan kawinnya Nur Safiyya binti Ibrahim dengan maskawinnya yang tersebut, tunai.” Jawab Rizky dengan sekali lafaz."Sah!" ujar para saksi.Akhirnya, Nur Safiyya telah menjadi istri Rizky Iqbal secara resmi menurut hukum dan agama. Safiyya merasa sebak dan tanpa sempat dia menahan, air matanya berlinangan jatuh di pipinya. Dia memeluk erat tubuh Umi Hafizah dan Bunda Yasmin.Para wartawan dan juru foto dari pelbagai stasiun televisi dan media cetak heboh dalam menyiarkan acara pernikahan anak konglomerat dari dua buah negara itu. Apalagi, setelah mereka mendengar Rizky Iqbal, anak Tuan S
Bab 45: Hadiah dari Zafril.Safiyya dan Rizky terus berjalan tanpa henti untuk menyapa tetamu yang hadir biarpun kaki mereka berdua sudah terasa pegal. Mereka masih memasang wajah ramah dan bahagia walaupun rasa lelah dan penat sudah menguasai diri."Rizky, aku mohon sama kamu. Tolong jaga mata kamu itu. Kamu pikir, aku tidak melihat bagaimana cara pandangan mata kamu pada Hani? Hani itu sudah sah menjadi istri Kak Arvin. Jadi, tolong hormat status Hani sebagai istri orang biarpun memang benar kata pujangga, cinta pertama itu sangat sukar untuk dilupakan," sindir Safiyya secara tiba-tiba dengan nada perlahan sewaktu mereka berdua berjalan pergi dari meja yang ditempati sebuah keluarga konglomerat dari Singapura.Rizky tertawa kecil lalu menyeringai sinis sebelum menghentikan langkah kakinya menyebabkan langkah Safiyya juga turut terhenti. Safiyya merenung wajah Rizky dengan tatapan mata yang tajam bak elang dan dingi