Share

Kekerasan Part 5

Sweet Revenge Part 5

"Aaaak." Stela berteriak kesakitan ketika rambutnya dijambak oleh seseorang.

"Berani sekali kau menjatuhkan hukuman kepada anakku. Kau pikir dengan siapa kau berhadapaan hah!" 

"Aaaak." Stela semakin meringis kesakitan ketika rambutnya semakin kuat dijambak.

"Rasakan kau, berani bermain-main denganku, hum." Dengan emosi Tati Ibunya Sari semakin menjambak rambut Stela. Orang yang telah Stela jatuhi hukuman penjara selama empat tahun lamanya.

"Hei, apa-apan ini!" teriak Dafin yang melihat kejadian di dekat mobilnya.

"Satpam-satpaaaam!" lagi Dafin berteriak memanggil satpam.

Dua orang satpam datang kearah sumber arah suara. Lalu melepaskan ibu Tati dan menjauhinya dari Stela.

"Apa-apaan ini hah? Kamu bisa dijatuhi hukuman karena tindak kekerasan." Teriak Dafin dengan penuh emosi. Segera pemuda itu memeluk Stela yang rambutnya berantakan.

"Bawa dia, Pak." Perintah Dafin kepada kedua Bapak Satpam.

Dengan meronta-ronta, Bu Tati diseret oleh kedua satpam untuk mempertanggung jawaban kelakuannya.

Dafin membawa Stela kedalam mobil, merapikan rambut Stela. Pemuda itu terlihat sangat kuatir sekali dengan gadis di depannya. Tidak sekali dua kali kejadian seperti ini menimpa gadis itu setelah dia memutuskan persidangan. Maka tidak heran jika ada pihak yang melakukan tindakan kekerasan seperti tadi.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya masih merapikan rambut Stela.

"Ini sudah biasa. Hanya saja, tenaga Ibu itu terasa lebih kuat dari pada umurnya, hehe," jawab Stela dengan cengiran.

"Inilah resiko pekerjaan kita."

"Setiap pekerjaan memiliki resikonya masing-masing. Kita hanya perlu menjalaninya, dan jangan lupa waspada." Jelas Stela merapikan stelan kemejanya.

"Kamu harus kuat menghadapinya," ucap Dafin menghidupkan mesin mobil.

"Hal yang lebih dari ini sudah kujalani, jadi it's oke." Dengan senyuman Stela menjawab ucapan Dafin.

Dafin tersenyum tipis mendengar ucapan Stela. Lagi, gadis itu membuatnya semakin penasaran bagaimana kehidupannya di masa lalu. Bagaimana mungkin lebih dari itu dia sudah jalani, siapa sebenarnya gadis di sampingnya ini, kehidupan seperti apa yang telah ia lalui.

Jika dilihat sekilas, wanita ini terlihat seperti seseorang yang tidak mempunyai beban dalam hidupnya. Selalu enjoy dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Meskipun seperti itu, dia sangat teliti dan teguh pendirian ketika melakukan pekerjaan. Bahkan, ada yang mencapnya dengan hakim yang kejam pada terdakwa.

Sampai di tempat tujuan, Dafin dan Stela keluar dari mobil dan memasuki sebuah restauran tempat biasa mereka makan. Memesan menu yang sama, mereka duduk di tepi jendela. 

"Jangan menatapku seperti itu." Memainkan ponselnya Stela berkata pada Dafin.

"Apa menatapmu aku akan terkena hukuman?" tanya Dafin membuat gadis itu mengernyit.

"Ini, Pak, Buk, pesanannya," ucap waiter menyajikan hidangan.

"Terima kasih," jawab mereka serentak.

Dengan penuh nafsu Stela menyantap hidangan yang dipesannya. Soal makan, gadis itu menghilangkan rasa malunya. Dengan sangat lahap satu persatu makanan berpindah tempat kemulutnya.

Dafin yang memperhatikannya hanya tersenyum dan menggeleng pelan melihat tingkah laku wanita di depannya itu. 

"Apa di depan calon suamimu nanti tetap makan seperti itu?" 

"Uhuk!" pertanyaan Dafin membuat Stela langsung tersedak.

"Ini minum." Menyodorkan segelas air kepada Stela.

"Lain kali kalau makan itu hati-hati, pelan-pelan saja. Ini makan seperti dikejar setan saja." Oceh Dafin mendapat tatapan melotot dari Stela.

"Kamu bisa berhenti bicara, tidak!" 

"Loh, yang aku bilang itu kan benar. Kenapa kamu harus marah?" balas Dafin menyuapkan makanan kemulutnya.

"Iya, aku tahu. Kenapa tadi kamu bahas calon suami hum?" Bersidekap Stela bertanya masam pada Dafin.

"Itu cuma pertanyaan."

"Pertanyaan Konyol!"

"Iya sudah maaf. Ayo makan lagi," bujuk Dafin melihat Stela merajuk.

"Udah nggak lapar aku." Ketus.

"Ya sudah, aku saja yang habiskan." Mengambil piring berisi makanan.

"Kamu ish." Stela berdecis, menahan piringnya lalu kembali makan.

"Semakin marah semakin cantik." Gumam Dafin pelan.

Tanpa sepengetahuan Dafin, Stela  mendengar ucapan Dafin dan tersipu malu. Untuk pertama kalinya, gadis itu merasa pipinya memerah ketika mendengar pujian dari lawan jenisnya.

Meskipun tadi dia sempat kesal, tetapi dia tahu kalau laki-laki yang selalu berada di sampingnya itu tidak berniat membuat hatinya kesal. Pertanyaannya tadi juga wajar, hanya saja Stela tidak suka ada yang menyinggung masalah pribadinya. Sekalipun itu teman dekatnya. Dia lebih suka memendam apapun jika itu menyangkut masalah hidupnya. Seperti kisahnya 18 tahun yang lalu, tidak ada satupun orang yang tahu bagaimana kehidupannya dulu. Cukup dia dan wanita yang dicintainya merasakan kejadian pahit yang telah menimpa mereka.

Sekitar jam dua, mereka kembali kekantor. Tidak terlihat wanita yang berani menjambak Stela tadi. Wanita itu dibebaskan setelah menanda tangani surat perjanjian. Kalau dia tidak akan melakukan kekerasan lagi.

 

Stela hanya menggelengkan kepala mendengar penjelasan dari salah satu pegawai yang menangi Ibu tadi. Jika masalah itu, Stela tidak mau ikut campur, karena sudah ada yang menanginya.

"Apa besok kita sidang?" tanyanya ketika sudah duduk di ruangannya.

"Tidak, besok jadwal Hakim Yo yang akan memimpin sidang." 

"Hakim Yo?" tanya Stela, lalu tersenyum singkat. Dia tahu betul siapa Hakim Yo. Seorang Hakim yang telah lama menjabat di pengadilan ini. Yohan Admaja, Hakim senior yang hanya mengandalkab bukti dari penggugat dan terdakwa. Namun, namanya selalu menjadi trending topik dikalangan berkelas.

Tidak sedikit para CEO yang selalu meminta dia menjadi Hakim disetiap kasus yang mereka alami. Selalu berhasil, dan selalu dimenangkan oleh pihak penggugat, lalu menjatuhkan lawannya.

Kasus yang mereka tangani berbeda. Jika Hakim Yo, mengambil kasus tentang finansial. Stela lebih tertarik pada kasus kriminalitas. Itulah yang membuat daya tariknya berbeda dari kalangan perhukuman. Disaat seseorang tidak suka kekerasan, berbanding terbalik denganya yang selalu mengambil kasus masalah kekerasan.

"Apa kasusnya?" 

"Seorang anak muda yang tertangkap oleh aparat karena penyalah gunaan narkoba," jawab Dafin setelah mencari tahu kasus apa yang akan di sidang oleh Hakim Yo.

"Apa?! Kasus narkoba?" tanya Stela tidak percaya. Bagaimana mungkin Hakim Yo yang menangi kasus narkoba. Bukankah selama ini dia tidak suka dengan kasus seperti itu. 

"Iya, di sini tertera kalau anak itu ditangkap dengan narkoba di dalam mobilnya." Jelas Dafin masih membaca lembaran kertas di depannya.

"Cari tahu siapa anak itu." Perintah Stela.

"Adi Putra, seorang anak pemilik perusahaan tekstil ternama di kota ini. Memiliki beberapa cabang perusahaan yang sedang meningkat tahun ini," ujar Dafin menjelaskan.

"Heh, aku sudah tahu kenapa Hakim Yo yang menangani kasus ini," ucap Stela tersenyum miris.

"Atur janji dengan Hakim Yo sebelum sidang, kita akan adakan pertemuan." Perintah Stela pada Dafin.

"Untuk apa? Tidak usah ikut campur dengan dia, Bu Stela. Biarkan dia menangani kasus ini dengan caranya," tolak Dafin.

"Siapkan saja pertemuannya, aku ingin bicara empat mata denganya."

"Apa kamu bisa mendengarkanku sekali saja?" tanya Dafin membuat gadis itu mentapnya.

"Aku tidak ingin kamu kena masalah dengan ikut campur masalah Hakim Yo. Ini kasus dia, biarkan dia yang menanganinya. Kamu pasti tahu, tabiat dia. Jadi, tolong untuk kali ini saja jangan ikut campur dengan kasus ini. Aku mohon." Jelas Dafin meyakinkan Stela.

Stela yang melihat itu, mengurungkan kembali niatnya untuk bertemu dengan seniornya itu. Meskipun dia tahu, apa yang akan terjadi nanti. Namun, dia harus menghargai asistennya itu. Setidaknya menjaga perasaannya agar semua baik-baik saja.

Bersambung

Cuplikan Part 6

"Sudah ku bilang jangan temui dia. Kenapa kamu kerasa kepala sekali. Lihat, sekarang apa yang terjadi. Aaaah!" 

"Hidup itu tantangan, maka hanya kita sendiri yang mampu menghadapi setiap tantangan yang muncul. Sebelum itu, lawanlah dirimu dulu. Jika kamu bisa memenangkannya, maka apapun yang terjadi kamu akan bisa menaklukannya." Dengan penuh keyakinan gadis itu berujar tanpa beban.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status