Auristela, seorang gadis muda yang telah meraih beberapa prestasi sehingga di usianya yang menginjak 28 tahun sudah mampu menjabat sebagai sorang Hakim di kota tempatnya berada. Dengan dukungan dari orang yang disayangnya, gadis itu berhasil memenuhi impian Ibunya. Didampingi oleh asistennya Daffin, membuatnya mampu menyelesaikan semua perkara sebelum dia menjatuhkan hukuman kepada tersangka. Kasus demi kasus mereka selesaikan dengan tenang. Sehingga suatu hari, ada sebuah kasus yang membuat Stela harus mempertaruhkan namanya sebagai seorang hakim. Tujuannya menjadi seorang hakim untuk membalaskan dendam Ibunya yang telah dijatuhkan penjara seumur hidup karena tindak kejahatan yang telah ia lakukan. Ditambah ejekan temannya sehingga membuat gadis itu menjadi sosok pribadi yang keras, tetapi tidak angkuh. Namun, beriring berjalannya waktu. Didikan neneknya pun membuat dia menjadi pribadi yang wibawa dan selalu berdiri teguh pada kebenaran. Perlahan, dendamnya mulai terkikis dengan setiap pembelajaran hidup yang ia lalui. Meskipun begitu, keinginan Ibunya tidak pernah dia lupakan. Gadis itu berjanji akan menaklukan dunia, seperti yang ibunya impikan. Hingga, keinginannya untuk menjadi seorang hakim akhirnya terwujud. Karena sikap adilnya, disetiap ingin persidangan, dia selalu mencari kebenaran dari permasalahan yang ditanganinya. Hingga hari itu, dia harus bertemu dengan keluarga yang telah merubah kehidupannya. Di sini, Stela harus melawan hatinya sendiri. Apakah dia tetap akan berdiri teguh dengan pendiriannya, atau malah membalaskan dendam ibunya. Meskipun dia harus melanggar sumpahnya sendiri.
View More"Tidak! Anakku bukan pembunuh! Kalian jangan asal menuduh!" teriak ibu paruh baya yang menghalangi beberapa aparat kepolisian untuk membawa putrinya.
"Mohon bantuannya, Bu! Kami membawa anak Ibu karena adanya surat perintah. Jadi, tolong jangan buat kami bertindak kasar," ucap salah satu seorang yang berpakaian polisi.
"Tidak! Jangan bawa anakku, jangaaan!"
Tanpa menghiraukan teriakan Santi, polisi membawa wanita yang hanya diam membisu dengan tatapan yang kosong. Sedangkan, di balik kamar, seorang anak berusia sepuluh tahun menggigil ketakutan.
"Apapun yang terjadi dan kamu dengar, cukup diam di kamarmu. Kamu mengerti?"
"Ibuuuu, a-apa Ibu akan pergi?"
"Cukup dengarkan apa yang Ibu bilang, kamu mengerti?"
"I-iya, Bu," jawab anak itu menangis tersedu.
"Jangan menangis! Kamu harus ingat, hidup itu keras, maka kamu juga harus lebih keras. Jangan biarkan dunia menginjakmu, tetapi jadikanlah dunia budakmu." ucapan Lisa Ibunya masih terngiang di telinganya, sebelum para manusia kejam itu membawa pergi ibunya.
"Atas perbuatan yang telah dilakukan oleh saudari lisa, maka pengadilan memberikan hukuman mati." Tok tok tok, tiga ketukan palu telah merubah takdir seseorang.
Seseorang yang telah direnggut masa mudanya, membuatnya harus dewasa sebelum waktunya.
Setelah keputusan itu, semuanya berubah drastis. Kehidupan yang dirasakan Arini sekarang, harus berbanding terbalik dengan kehidupannya dulu bersama ibunya. Sekarang wanita yang dicintainya harus mendekam dipenjara untuk seumur hidup. Entahlah seumurannya sekarang dia sudah mengerti dengan hukum. Mengerti tidak mengerti, hanya saja bias dari hukuman itu berpengaruh besar untuk hidupnya."Rini sayang, ayo siap-siap. Nenek akan antar kamu kesekolah," ucap Santi membawakan tas Arini.Sudah berapa kali neneknya memanggil, gadis yang masih menduduki bangku kelas lima SD itu hanya diam membisu di kamarnya. Kejadian demi kejadian yang menimpanya beberapa hari ini seperti berputar ulang di kepalanya.
Menatap sebuah foto yang berada di tangannya, air matanya kembali mengalir di pipi mungilnya. Terisak, memeluk kedua lutut memanggil nama ibu yang sekarang sudah berpisah jauh dengannya. Hal yang paling menyakitkan adalah merindukan seseorang yang kita tau di mana keberadaanya, tetapi tidak bisa untuk saling menyapa.
Tuk! Bunyi suara kontak lampu. Menghelas napas pelan, Nenek Arini menghampiri cucu semata wayangnya itu. Mengusap kepala sang cucu, neneknya berujar lirih, "Kamu harus kuat Sayang, kamu harus kuat." Memeluk Arini, neneknya pun ikut menangis.
Beban hidup yang harus mereka tanggung sangat terlalu berat. Nenek Arini tidak menyangka ini semua akan terjadi pada keluarga kecilnya. Putri yang hanya dia miliki satu-satunya harus mendekam di penjara karena kesalahan yang tidak sepenuhnya dia lakukan. Namun, mengapa tidak ada orang yang peduli pada mereka. Kenapa orang-orang langsung menjatuhkan hukuman pada putrinya?
"Nek?"
"Iya, Sayang, kenapa?" jawab nenek bertanya setelah menghapus air matanya."Aku tidak mau sekolah lagi," ujar Arini mengiba pada Neneknya."Loh, kenapa, Sayang?""Aku nggak kuat diejek teman-teman sekolah, Nek. Mereka bilang aku anak pembunuh, huhuhu." Seketika tubuh Santi menegang mendengar penuturan cucunya.
Kenapa? Kenapa dia tidak terpikirkan kesana? Kalau, cucunya akan jadi bahan ejekan teman-temannya. Sedangkan, dia tahu kalau para tetangga juga menudingnya sebagai ibu pembunuh.Hati Nenek Arini terenyuh pilu, mengapa harus anak sekecil cucunya yang harus mengalami ini semua. Bagaimana mungkin bisa, cucunya harus melewati ini semua. Jika memang benar anaknya melakukan kejahatan, kenapa harus keluarga yang menjadi korban bulian dari mulut orang-orang yang tidak tahu gimana kejadiannya.
Apa mereka tidak berpikir, jika yang mereka buli akan terkena beban mental. Apa mereka tidak berpikir kalau ini terjadi pada keluarga mereka sendiri. Itulah hukum alam yang sampai sekarang tidak akan pernah berubah sedikitpun. Mereka yang merasa dirinya selalu benar, lalu tanpa memikirkan perasaan orang lain dengan mudahnya menindas dengan kesalahan.
"Jika kamu tidak sekolah, bagaimana kamu akan belajar Sayang?" tanya Santi mengusap kepala Arini.
"Aku nggak mau sekolah, Nek! Gimana aku belajar kalau pikiranku dipenuhi dengan omongan jelek mereka tentang ibu," tutur Arini menatap sendu Nenek.
Benar! Bagaimana mungkin Arini bisa belajar kalau dia selalu diejek teman-temanya. Nenekpun diam memikirkan sesuatu yang harus dia pertimbangkan untuk masa depan cucunya seperti keinginan putrinya sebelum berpisah.
"Lakukan apapun untuk masa depan Arini, Bu. Aku sudah menyiapkan semuanya, tabunganku, depositoku, semuanya atas nama Arini. Ibu, berjanjilah untuk mendidiknya dengan keras. Jadikan dia seorang jaksa atau pengacara. Buatlah dia untuk menaklukan dunia," ujar Lisa pada Ibunya waktu di penjara.
"Lisa, kamu pasti akan bebas, Nak. Ibu akan jual semua aset-aset kita untuk menebusmu," tutur Ibunya menggenggam kedua tangan Lisa."Tidak, Bu! Ibu tidak tahu dengan siapa kita berurusan. Jangan buang uang hanya untuk sesuatu yang tidak jelas. Hal yang lebih penting sekarang, jadikan putriku orang sukses, Bu. Buat dia membalaskan dendam Ibunya ini," ujar Lisa kesal dengan nafas berburu. Namun, senyum puas terpampang jelas di wajahnya.
"Lisa."
"Satu lagi, Bu. Jangan pernah bawa Arini bertemu denganku. Tanamkan rasa dendam dihatinya, untuk membalas perbuatan mereka padaku, Bu. Berjanjilah!" dengan tatapan penuh benci, Lisa memohon pada Ibunya.
"Baiklah, jika itu yang kamu mau, Nak. Akan Ibu wujudkan, itulah janjiku padamu."
Dengan seringai menakutkan, Lisa meninggalkan Ibunya kembali ketahanan dimana pengadilan menjatuhkan hukuman padanya."Nenek," lamunan Nenek Arini buyar ketika cucunya membelai mesra pipinya. "Nenek, kenapa diam?" tanya Arini lagi.
"Tidak apa-apa Sayang. Nenek sudah memikirkan apa yang harus kita lakukan untuk masa depanmu," ucap Nenek mantap.
"Maksud, Nenek?"
"Sudah, kamu turuti saja kemauan Nenek, ya. Semua akan baik-baik saja, jika kamu menuruti perkataan nenek."
"Baiklah, Nek. Aku percaya sama Nenek," jawab gadis itu polos.Untuk keinginan putrinya, Nenek Arini tidak akan kesusahan. Karena mereka berasal dari kalangan orang berada. Mungkin dia tidak bisa membebaskan putrinya, karena bukti dan kesalahan mengarah tepat pada Lisa. Namun, dia bisa merubah nasib Arini untuk membalaskan dendam putrinya.
Setelah menyiapkan semua berkas mereka pun berkemas lalu meninggalkan rumah yang terlalu bangak kenangan manis dan pahit didalamnya. Menjual beberapa aset perusahaan karena banyak perusahan yang memilih memutuskan kontrak kerja sama. Nenek Arini mengambil keputusan yang tepat menurutnya. Meninggalkan kota yang telah membuat keluarganya hancur. Memindahkan sekolah Arini, bahkan merubah identitas mereka sehingga tidak ada satu pun yang mengenal mereka.
Itulah satu-satunya cara, agar cucunya terbebas dari masalah pelik yang mereka hadapi. Terkadang ada saatnya, lari dalam menghadapi masalah. Bukan berati lemah, atau takut. Hanya saja, dengan cara itulah mereka bisa bebas dan memulai kembali masa depan yang cerah, walaupun harus meninggalkan banyak kenangan dan orang yang disayang.
Nexk
Sweet RevengeSetelah memastikan kondisi Selvi membaik, Dafin bersiap-siap untuk bekerja. Libur seharian membuatnya jadi merindukan Stela. Hanya berkabar lewat ponsel, tidak membuat laki-laki itu bisa melepaskan rindu.Setelah berpamitan, Dafin mengendarai mobilnya menuju kantor. Pakaian rapi dengan rambut berminyak sisiran ala kekinian dia merasa dirinya sudah tampil serapi mungkin. Tidak lupa dia menyemprotkan farfum lembut kesukaan gadis pujaannya.Sayangnya, sampai sekarang Dafin belum berani untuk mengungkapkan perasaanya pada Stela. Dia takut, nanti perasaan mereka tidak sama dan menimbulkan kerenggangan antara hubungan baik mereka saat ini.Ponsel Dafin bergetar, terlihat ada pesan chat yang masuk. Membacanya, Dafin tersenyum sumringah lalu membelokkan mobilnya ke arah sebuah kafe.Tidak berapa lama, mobil itu sudah terparkir di tempatnya. Keluar dan berjalan menuju kafe, kemistri pemuda itu memang membuat kaum hawa terpikat. Farfum lembut y
Sweet RevengePart 9 MerinduSetelah nasi uduknya mendidih, Dafin mengangkatnya dan menyalin kedalam tempat nasinya yang terlihat unik. Seketika laki-laki itu teringat dengan Stela. Meraih ponsel yang berada di atas meja, jarinya mencari nomor Stela dan menyambungkan panggilan.Tidak berapa lama, panggilan via vidio call itupun tersambung. Memamerkan hasil masakannya, Dafin dengan bangga mengatakan kalau dia adalah koki terhebat. Alih-alih dapat pujian, laki-laki itu malah dapat ejekan dari wanita yang sekarang berada di ponselnya.Dafin yang menerima ejekan, bukannya marah tetapi malah juga ketawa. Sehingga tanpa dia sadari seorang gadis berdiri kaku di belakangnya. Dafin yang tidak sadar dengan kehadiran Selvi, masih tetap bercanda dengan Stela.Selvi melangkah pelan kembali ke kamar, dengan perasaan yang kecewa. Dia meremas kain seprai yang membentang kasurnya. Perasaanya kecewa ketika melihat Dafin terlihat akrab dengan wanita lai
"Tumben berantakan sekali," ejek Stela ketika melihat Dafin datang ke kantor dengan muka lusuh. "Mana telat juga, hahaha." Tawa gadis itu membuncah melihat seorang Dafin yang biasanya selalu rapi dan disiplin sekarang seperti seseorang yang tidak terurus.Dafin hanya mendecak pelan mendapat cemoohan dari Stela. Laki-laki itu sedikit kewalahan karena sikap sepupunya. Rumah yang berantakan pas dia pulang dari rumah RW. Ditambah dengan teriakan gadis itu ketika dia berada di dapur. Alhasil, Dafin tidak bisa tidur semalaman gara-gara Selvi.Mau marah, tapi tidak bisa. Gadis yang tinggal bersamanya sekarang sudah dia anggap adik sendiri, karena waktu dia berumur 15 tahun Dafin sudah serumah dengan sepupunya.Berada dalam asuhan paman, membuat laki-laki itu tahu arti kehidupan. Meskipun tinggal dengan keluarga sendiri, tetapi tidak senyaman tinggal bersama orang tua kandung. Dafin di didik menjadi laki-laki yang keras dan teguh. Sehingga membuatnya mampu
Sweet RevengeDalam keheningan mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Di sebuah danau yang sangat indah dipandang, dengan cahaya matahari pagi yang memantul dengan indahnya menimbulkan warna pelangi.Sebuah mobil X-Pander terparkir di tepi danau. Stela hanya terdiam duduk di sebelah laki-laki yang berpakaian jas hitam dan celana dasar. Memandang layar pipih ditangannya, Dafin berdecak lalu mengusap kasar wajahnya.Sedangkan gadis di sampingnya terlihat biasa saja, seolah-olah tidak ada kejadian. Memandang Stela, Dafin mengatupkan rahangnya seperti menahan emosi."Kenapa kamu tidak mendengarkan perkataanku?" tanya Dafin pelan.Gadis itu hanya diam membisu menghadap kedepan. Entah pemandangan di luar sana membius Stela, atau memang gadis itu enggan menjawab pertanyaan dari Dafin.Melihat Stela hanya diam, Dafin seperti payah menahan emosinya. Kenapa perempuan yang dikenalnya ini sangat keras kepala. Jika saja dia sama-sama laki-lak
Sekitar pukul delapan, Stela terlihat bermenung di dalam kamarnya. Memikirkan akan hasil persidangan besok, membuatnya menjadi tidak tenang. Namun ucapan Dafin juga membuatnya jadi dilema. Semuanya jadi serba salah, antara keinginan hatinya atau ucapan lelaki itu."Hmmm." Gumam gadis itu memandang ke arah jalanan. Kamarnya yang terletak di lantai atas, membuatnya dengan leluasa memandang ke luar. Rumah dengan gaya minimalis itu sengaja dibuat tingkat dua oleh Stela.Rumah yang selalu dia idamkan sejak kecil, sekarang sudah terwujud dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Satu persatu impiannya mulai terwujud, membuat Ibunya bahagia dan segala keinginan wanita yang dicintainya itu selalu dia usahakan.Memandang layar pipih ditangannya, stela menghela nafas pelan. Gadis itu benar-benar terlihat kuatir. Menyalakan layar ponsel, jemari lentiknya mengeser nomor kontak seseorang, menekan beberapa deretan huruf, dia mengirimkan pesan kepada nomor
Sweet Revenge Part 5"Aaaak." Stela berteriak kesakitan ketika rambutnya dijambak oleh seseorang."Berani sekali kau menjatuhkan hukuman kepada anakku. Kau pikir dengan siapa kau berhadapaan hah!""Aaaak." Stela semakin meringis kesakitan ketika rambutnya semakin kuat dijambak."Rasakan kau, berani bermain-main denganku, hum." Dengan emosi Tati Ibunya Sari semakin menjambak rambut Stela. Orang yang telah Stela jatuhi hukuman penjara selama empat tahun lamanya."Hei, apa-apan ini!" teriak Dafin yang melihat kejadian di dekat mobilnya."Satpam-satpaaaam!" lagi Dafin berteriak memanggil satpam.Dua orang satpam datang kearah sumber arah suara. Lalu melepaskan ibu Tati dan menjauhinya dari Stela."Apa-apaan ini hah? Kamu bisa dijatuhi hukuman karena tindak kekerasan." Teriak Dafin dengan penuh emosi. Segera pemuda itu memeluk Stela yang rambutnya berantakan."Bawa dia, Pak." Perintah Dafin kepada kedua Bapak Satpam.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments