Share

bab 6

"Bagus kalau begitu," ucap seseorang dari depan pintu.

Jannah mengangkat kepalanya dan melihat ke arah sumber suara, dengan cepat Jannah menyeka air matanya saat melihat orang yang ada di depan pintu. Orang itu adalah Abercio, atasannya.

Ratna langsung pamit keluar, dia biarkan Jannah bersama Abercio.

"Saya permisi, Pak." Ratna keluar dari ruangan Jannah.

Sedangkan Abercio, CEO tampan itu masih berdiri di depan pintu dengan mata yang lirik pandang ke arah Jannah.

Setelah Ratna pergi, Abercio masuk ke dalam ruangan itu dan mendekati meja kerja Jannah.

"Sepulang kerja nanti kamu bisa langsung bersiap-siap untuk keberangkatan ke Mekkah. Besok pagi jam 06.00 kamu sudah berangkat ke sana." Abercio berbicara dengan nada tegas dan raut wajah datar.

"Baik, Pak. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih," ucap Jannah sambil menundukkan kepalanya.

"Ya," jawab Abercio singkat dan meninggalkan ruangan kerja bawahannya itu.

Jannah pun kembali fokus dengan pekerjaannya, dia memiliki untuk menyibukkan diri dengan pekerjaan guna untuk melupakan Brandon.

*

*

"Pa, Ma, besok Jannah berangkat ke tanah suci." Jannah memberitahu kedua orang tuanya. Tentunya kedua orang tua Jannah sangat terkejut.

"Berangkat? Ke Mekkah?" tanya Ibunya Jannah dengan membulatkan matanya sempurna.

"Iya, Bu." Jannah menjawab disertai anggukkan kepala.

"Sayang, kamu ada tabungan?" Dena masih tidak percaya jikalau putrinya akan berangkat ke Mekkah, besok.

Jannah menghampiri kedua orang tuanya dan dia pun duduk di tengah-tengah di antara kedua orang tuanya itu. Dengan senyum manis Jannah pun memberitahu Ikshan dan Dena bahwa di mendapatkan tiket umroh gratis dan semuanya ditanggung oleh atasannya.

"Atasan Jannah yang kasih Jannah tiket gratis ke sana, dan semuanya diurus sama atasan Janna," terang Jannah meyakinkan kedua orang tuanya.

"Oh, dari atasan kamu toh? Pasti anak Ayah melakukan pekerjaan dengan baik, makanya dapat tiket gratis." Ikshan akhirnya buka suara setelah menjelaskan penjelasan Jannah.

"Iya, Ayah. Jannah berhasil buat proposal dan berhasil mendapatkan proyek besar untuk perusahaan tempat Jannah bekerja." Jannah sangat bangga dengan kemampuannya dan kerja kerasnya. Saat ini sakitnya sudah sedikit berkurang karena dengan adanya tiket gratis ke tanah suci membuatnya semakin percaya jikalau sang Maha Pencipta sangat sayang padanya.

sesudah memberitahu kedua orang tuanya Jannah pun bergegas ke kamarnya. Dia mulai berkemas-kemas barang-barang yang akan dia bawakan besok.

**

"Buruan, nanti kamu ketinggalan pesawat!" teriak Abercio dari dalam mobilnya.

"Iya, iya," jawab Jannah.

Ikshan mendorong koper Jannah menuju mobil Abercio.

Abercio keluar dari mobilnya, dia bantu mengangkat koper Jannah dan memasukan koper ke bagasi mobilnya.

Jannah berpamitan kepada kedua orang tuanya, setelah itu dia langsung masuk ke dalam mobil dan Abercio membawanya ke bandara.

Jannah sangat cantik dengan gamis muslimah berwarna hitam. Penampilan wanita itu sangat elegan dan anggun.

"Pak, saya mau beli pembalut dulu. Takutnya saya datang bulan saat di tanah suci nanti," kata Jannah.

"Emang kamu tidak hitung tanggal datang bulan kamu?" tanya Abercio dengan nada sedikit tinggi.

"Ya, tahu sih. Tapi, saya takut saja." Jannah baru saja beberapa hari lalu kedatangan tamu bulanan, tapu dia masih takut jika tamu bulanannya kembali datang.

"Kapan kamu dapat tamu bulanan?" Abercio bertanya seakan dia suami Jannah.

Jannah diam sejenak mengingat kembali tanggal datangnya tamu bulanannya.

"Empat hari yang lalu," ujar Jannah sambil tersenyum kikuk.

"Berarti tidak perlu." Abercio tidak menghentikan mobilnya, dia langsung melesat mobilnya menuju bandara.

Setibanya di bandara, Abercio keluarkan koper Jannah dari bagasi mobilnya dan mengantar Jannah sampai di ruang tunggu.

"Hati-hati." Abercio mengingatkan Jannah untuk berhati-hati selama di tanah suci.

"Kalau nyasar, lambaikan tangan ke kamera." Abercio seperti ingin bercanda dengan karyawannya itu.

"Iya, Pak. Terima kasih sudah antar saya sampai di sini. Padahal Bapak kan bisa minta sopir Bapak buat antar saya."

"Sopir saya masih tidur, kalau tunggu sampai dia bangun tidur nanti kamu yang ketinggalan pesawat. Mau kamu ketinggalan pesawat?" Pria dengan rahang tegas itu berbicara dengan menaikan intonasi suaranya dan raut wajahnya kembali garang.

"Terima kasih, Pak Bos." Jannah dengan malu-malu mengucap terima kasih dan ini mungkin sudah kesekian kalinya.

"Jangan terima kasih terus, kasih yang lain juga." Abercio berucap dengan suara pelan, tapi masih bisa didengar oleh Jannah.

"Bapak mau saya kasih apa? Bapak mau hadiah dari saya? Nanti, ya, Pak. Tunggu saya pulang dari tanah suci dulu," kata Jannah.

"Hmm." Abercio hanya berdehem saja.

Setelah menunggu beberapa menit, akhir pesawat yang akan terbang ke tanah suci pun sudah siap dan para penumpang langsung bergegas ke pesawat.

"Saya tunggu hadiah dari kamu, bukan makanan atau pun barang lainnya. Tapi, saya mau yang lain yang tidak bisa dimiliki oleh orang lain." Abercio berucap serius.

"Oke, tunggu saya pulang." Jannah juga menjawabnya dengan serius.

Jannah berjalan menuju pesawat dan Abercio kembali ke mobilnya.

"Aku akan minta hadiah yang tentunya orang lain tidak akan memiliki itu," ucap Abercio.

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status