Share

bab 5

"Selamat, Bu Jannah. Anda mendapatkan tiket umroh gratis." Linda selaku asisten Abercio menyerahkan tiket gratis untuk Jannah.

"Tiket umroh gratis? Untuk saya?" Jannah begitu terkejut dengan tiket gratis untuknya itu.

"Iya, Bu. Ini adalah hadiah CEO untuk Ibu karena Ibu sudah mengerjakan proposal dan atas berkat proposal dari Ibu, perusahaan kita dapat bekerja sama dengan klien dari perusahaan Makmur Jaya," terang Linda.

Jannah hanya bisa manggut-manggut dan menerima tiket tersebut. Tidak terasa air matanya mengalir membasahi pipinya. Entahlah Jannah merasa terharu dengan hadiah dari atasannya sehingga dia meneteskan air mata.

"Terima kasih," ucap Jannah dengan suara lirih.

Berangkat ke tanah suci adalah salah satu keinginannya dan hari ini dia mendapatkan tiket gratis dan itu yang sangat dia butuhkan saat ini, di butuh ketenangan dan dengan dia ingin lebih mendekatkan diri dengan sang Maha Pencipta.

Jannah menyeka air matanya, kemudian dia melangkah keluar dari ruangannya dan dia melangkah menuju ruangan CEO.

Tok tok tok

"Masuk!" Suara bariton Abercio dari dalam ruangan.

Mendapat izin dari sang pemilik ruangan, Jannah pun membuka pintu dan mengucapkan salam.

"Ada apa?" Dengan nada dingin dan tanpa melihat ke arah Jannah, CEO dingin itu langsung melemparkan pertanyaan.

"Saya, saya mau mengucapkan terima kasih," ucap Jannah gugup dan juga malu-malu.

"Untuk?" Abercio menaikkan kedua alisnya dan menatap wanita di depannya sembari mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja kerjanya.

"Tiket umroh gratisnya," jawab Jannah.

Abercio tidak menjawab, tetapi dia hanya bentukkan mulutnya seperti huruf o.

Setelah itu Jannah pun berpamitan dan kembali ke ruangannya. Jannah yang baru saja merasakan bahagia, seketika rasa bahagia itu sirna saat dia melihat Brandon yang datang ke perusahaan tempat kerjanya.

"Hai, Jannah?" Brandon menyapa Jannah.

"Saya sudah menandatangani surat perceraian kita, jadi silahkan Anda pergi dari sini." Jannah tidak ingin berlama-lama berbicara dengan pria itu.

Jannah melangkah kakinya hendak masuk ke dalam ruangan, tetapi tangannya ditahan oleh Brandon.

"Aku ingin bicara serius sama kamu," kata Brandon dengan tangannya yang mencekal erat pergelangan tangan Jannah.

"Aku sudah tahu apa yang ingin kamu bicarakan, dan aku tidak ingin mendengarnya lagi." Jannah mengibas tangan Brandon, tetapi lelaki itu enggan untuk melepaskan tangannya.

"Lepasin tangan aku!" bentak Jannah dan berusaha untuk melepaskan tangan Brandon, tetapi tetap tidak bisa.

"Ikut aku!" Brandon menarik paksa tangan Jannah menuju lift. Brandon ingin membatalkan perceraiannya dengan Jannah, karena saat ini Egi, ayahnya sudah mempersiapkan dan aka menyerahkan perusahaan pada Jannah.

Jannah terus berontak dia tidak ingin ikut bersama Brandon ataupun mendengar perkataan pria itu. Karena Jannah sudah tahu dari kedua orang tuanya bahwa Brandon membatalkan perceraian mereka.

"Lepasin tangan aku, Brandon!" pekik Jannah.

Mendengar suara Jannah, para karyawan langsung berlari ke arah lift dan mereka begitu terkejut saat melihat Jannah ditarik paksa oleh Brandon. Tidak hanya para karyawan, tetapi Abercio juga keluar dari ruangannya dan pria itu langsung menghampiri Brandon dan Jannah.

"Lepasin dia!" Abercio menarik tangan Jannah dari genggaman Brandon dan Abercio berhasil melepaskan tangan karyawannya dari genggam Brandon dan Abercio juga menarik tangan Jannah untuk berlindung dibelakangnya.

"Dia istri saya dan saya berhak untuk membawanya pergi!" kata Brandon yang tidak kalah sengit.

"Aku bukan istri kamu lagi!" Jannah membantah ucapan Brandon.

"Kamu pergi atau saya panggilkan satpam?" Abercio menaikan intonasi suara dan mata elangnya menatap tajam Brandon. Sedangkan tangannya masih pegang tangan Jannah.

Dua pria itu saling menatap dengan tatapan sengit.

"Awas kamu, Jannah!" ancam Brandon dan dia pun langsung pergi.

Jannah menghela nafas panjang dan dia langsung bersandar pada dinding. Dia kembali merasakan sakit hati dengan perlakuan Brandon.

Abercio memberi kode pada asisten meminta sang asisten untuk membawa Jannah ke ruangannya.

Dengan sigap Linda pun langsung menghampiri Jannah dan memapah Jannah ke ruangan wanita itu dan Abercio kembali ke ruangannya.

Melihat Jannah yang mendapatkan pembelaan dari atasan mereka para karyawan lain ikut bahagia.

"Jannah beruntung banget dapat perhatian dari Pak Aber, padahal selama ini Pak Aber selalu marah-marah pada Jannah. Tapi, hari ini Jannah mendapatkan perhatian manis dari beliau," ucap salah satu karyawan.

"Dari pada nanti kita ditegur sama Pak Aber, lebih baik kita kembali ke ruangan masing-masing."

"Ayo, bubar!"

Mereka semua pun langsung bubar dan kembali ke ruangan mereka masing-masing.

Jannah menangis sesenggukan di dalam ruangan kerjanya.

Ratna masuk ke dalam ruangan dan menenangkan temannya itu.

"Sudah, Jan. Jangan nangis lagi." Ratna mengusap punggung Jannah dan memeluk temannya itu dengan sangat erat.

"Aku benci sama Brandon, Rat. Dia selalu mempermalukan aku di depan orang banyak." Jannah merasa malu.

"Jangan nangis lagi dan jangan jadi wanita yang lemah. Sudah saatnya kamu bangkit dan kamu tunjukan pada pria brengsek itu kalau kamu bisa bangkit," ucap Ratna.

Jannah menganggukkan kepalanya dan dan mengusap air matanya.

"Iya, aku harus bangkit." Jannah berucap dengan suara tegas.

"Bagus kalau begitu," ucap seseorang dari depan pintu.

Bersambung ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status