Home / Romansa / TEMAN TIDUR CEO / TERPAKSA MENJADI MILIKNYA

Share

TEMAN TIDUR CEO
TEMAN TIDUR CEO
Author: Catatan Ayra

TERPAKSA MENJADI MILIKNYA

Author: Catatan Ayra
last update Last Updated: 2025-03-23 01:01:06

Hujan turun deras malam itu, seolah langit pun menangisi nasib Grace . Dia berdiri di depan pintu rumah mewah milik Lucas, tangannya gemetar saat hendak mengetuk. Dingin malam merasuk ke dalam tulangnya, membasahi pakaiannya yang tipis dan menambah rasa putus asa yang telah lama menggerogoti hatinya.

Dia tidak ingin berada di sini. Tidak ingin menghadapi pria yang paling membencinya. Tapi apa lagi yang bisa dia lakukan? Rumah keluarganya sudah disita, rekeningnya diblokir, dan yang lebih menyakitkan, ayahnya kini terbaring koma tanpa ada harapan pulih jika tidak segera mendapatkan perawatan intensif.

Dengan napas tertahan, Grace akhirnya menekan bel pintu. Sekali. Dua kali. Beberapa detik kemudian, pintu terbuka, memperlihatkan sosok pria tinggi dengan tatapan sedingin es. Lucas.

Mata tajamnya menyapu tubuh Grace yang kuyup, tetapi tidak ada sedikit pun simpati dalam sorot matanya. Bibirnya melengkung dalam senyuman mengejek. "Grace Williams?"

Grace menelan ludah, berusaha menahan guncangan dalam suaranya. "Aku ingin bicara denganmu."

Lucas menyilangkan tangan di dadanya, matanya bersinar dengan rasa puas. "Sepertinya Nona Williams benar-benar sudah jatuh ke titik terendah kalau sampai datang mencariku."

Grace menggigit bibirnya, menghindari tatapan menghina itu. "Aku butuh bantuanmu."

Tawa rendah terdengar dari bibir Lucas. "Bantuan?" Dia melangkah ke samping, memberi isyarat agar Grace masuk. "Masuklah, lalu kita lihat bantuan seperti apa yang kau inginkan dariku."

Ruangan itu hangat, kontras dengan tubuh Grace yang masih menggigil. Dia berdiri di tengah ruangan, tangan mengepal erat di sisi tubuhnya. Lucas berjalan mendekatinya, langkahnya penuh ketenangan yang menakutkan.

"Jadi, apa yang bisa kulakukan untuk mantan putri kaya dari keluarga Williams?"

Grace menarik napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Aku butuh uang untuk biaya pengobatan ayah-ku."

Lucas menatapnya tanpa ekspresi, lalu tersenyum sinis. "Jadi kau datang ke sini, meminta uang dariku!"

Grace mengepalkan tangannya lebih erat. Dia tahu tentang konflik yang selama ini terjadi antara pria yang sedang berdiri di depannya ini, selalu bersinggungan dengan ayahnya. Lucas tidak akan melepaskan kesempatan untuk merendahkannya. "Jika kau mau, aku... bisa melakukan apa saja," kata Grace dengan suara bergetar.

Lucas menaikan satu alisnya. "Apa saja?"

Grace mengangguk, menahan air mata yang hampir tumpah. "Ya. Apa saja."

Tawa Lucas terdengar lagi, kali ini lebih dingin. "Jadi sekarang kau rela melakukan apa pun untuk-ku, Grace Williams?" Dia berjalan mendekat, berdiri hanya beberapa inci darinya. "Kalau begitu, katakan padaku, apa yang bisa kau tawarkan?"

Grace memejamkan mata sejenak sebelum membuka kembali. Dengan suara yang hampir tidak terdengar, dia berkata, "Diriku."

Keheningan menyelimuti ruangan. Lucas menatapnya lama, lalu mengulurkan tangan, mengangkat dagu Grace agar dia bisa menatapnya langsung. "Kau menawarkan dirimu sebagai ‘teman tidur’ demi uang?"

Wajah Grace memanas karena malu, tapi dia tidak bisa mundur sekarang. "Ya."

Grace tersenyum kecil, tetapi senyum itu sama sekali tidak mengandung kehangatan. "Menarik." Dia melepas dagu Grace, lalu berjalan menuju sofa dan duduk dengan santai. "Kau tahu, aku bisa saja menolak dan membiarkanmu berjuang sendiri. Tapi melihatmu seperti ini… rasanya terlalu sayang untuk disia-siakan."

Grace menahan napas. "Jadi… kau setuju?"

Lucas mengetukkan jemarinya ke lengan sofa, berpikir sejenak sebelum berkata, "Aku setuju. Tapi ada syarat."

Grace mengangkat wajahnya, berharap. "Apa syaratnya?"

Lucas menyandarkan punggungnya, matanya bersinar penuh permainan. "Kau akan tinggal di sini. Menjadi milik-ku. Aku akan memberimu uang, tapi sebagai gantinya, kau harus selalu ada setiap kali aku membutuhkannya."

Grace mengepalkan tangannya. Dia tahu ini akan sulit, tapi dia tidak punya pilihan lain. Jika ini satu-satunya cara agar ayahnya bisa mendapatkan pengobatan, maka dia akan melakukannya.

"Aku setuju," katanya akhirnya.

Lucas tersenyum puas. "Bagus."

Dia bangkit dari sofa, berjalan mendekati Grace, lalu menyingkap sehelai rambut basah dari wajahnya. "Mulai hari ini, kau milik-ku, Grace Williams"

Malam ini,, setelah kesepakatan dibuat, Grace merasa seperti mulai berjalan di atas tali tipis di antara kehancuran dan harapan. Lucas tidak berkata apa-apa lagi setelah menyatakan kepemilikannya atas dirinya. Dia hanya memanggil seorang pelayan dan memintanya mengantar gadis itu ke salah satu kamar di lantai atas.

“Keringkan dirimu dan istirahatlah. Mulai besok, kau akan menjalani peranmu,” kata Lucas sebelum berbalik pergi, seakan urusan ini hanyalah transaksi bisnis baginya.

Grace hanya bisa menunduk, menerima perintah itu tanpa protes. Kamar yang disediakan Lucas begitu luas dan mewah, kontras dengan perasaan hampa yang kini memenuhi hatinya. Dia berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya yang tampak pucat dan lelah.

Bodoh, pikirnya sendiri. Aku benar-benar sudah menjual diri demi uang. Dia menarik napas dalam, berusaha mengendalikan emosinya. Tidak ada gunanya menyesali keputusan ini. Dia harus bertahan. Ini semua demi ayahnya.

Setelah berganti pakaian yang diberikan oleh pelayan, Grace berbaring di ranjang empuk itu. Namun, meskipun tubuhnya lelah, pikirannya terus bekerja. Wajah Lucas terlintas dalam benaknya tatapan dinginnya, senyuman sinisnya, dan kata-katanya yang penuh ejekan.

Dia tahu, mulai sekarang, hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Keesokan paginya, Grace terbangun lebih awal. Pagi di Kediaman keluarga Smith yang begitu sunyi, berbeda dengan rumahnya dulu yang selalu dipenuhi suara tawa keluarganya.

Ketika dia turun ke ruang makan, Lucas sudah duduk di meja, membaca koran sambil menyeruput kopi hitam. Dia tampak begitu tenang, seolah tidak ada yang terjadi semalam.

Grace ragu-ragu sebelum akhirnya berjalan mendekat. Lucas melirik sekilas ke arahnya sebelum melipat koran dan meletakkannya di atas meja. “Duduk.”

Grace menurut, duduk di kursi di seberangnya.Seorang pelayan datang dan menyajikan sarapan. Namun, sebelum dia bisa menyentuh makanannya, Lucas berbicara.

“Mulai hari ini, aku punya beberapa aturan untukmu.”

Grace mengangkat wajahnya, bersiap mendengar apa pun syarat yang akan diberikan Lucas “Pertama, kau harus selalu ada kapan pun aku menginginkanmu.” Suaranya datar, tanpa emosi.

“Kedua, kau tidak boleh mencampuri urusanku, tidak peduli apa pun yang kau dengar atau lihat di rumah ini.”

Grace menelan ludah, mencoba mencerna kata-kata Lucas. “Ketiga…” Lucas menatapnya lama sebelum akhirnya berkata dengan nada lebih dingin, “Jangan pernah berharap lebih. Ini hanya transaksi. Tidak ada cinta, tidak ada perasaan.”

Kata-kata itu seperti pisau yang menusuk tepat ke hati Grace. Dia tahu sejak awal bahwa Lucas tidak akan pernah melihatnya sebagai lebih dari sekadar alat untuk memuaskan egonya. Tapi mendengar kata-kata itu langsung dari mulutnya… tetap saja menyakitkan.

“Aku mengerti,” jawab Grace pelan.

Lucas menyeringai, puas dengan jawabannya. “Bagus.”

Dia lalu berdiri dan mengambil jasnya. “Aku ada urusan hari ini. Kau bisa melakukan apa pun, asal tetap berada di rumah ini.”

Grace hanya mengangguk, tidak berani menatapnya terlalu lama. Saat Lucas melangkah pergi, Grace menghela napas panjang.

Dia sudah membuat pilihan. Dan sekarang, dia harus menjalani konsekuensinya. Sepanjang hari, Grace menghabiskan waktunya di kamar. Dia mencoba mencari tahu perkembangan kondisi ayahnya melalui telepon, tetapi dokter hanya mengatakan bahwa tanpa dana tambahan, perawatan intensif tidak bisa dilanjutkan.

Hatinya semakin berat. Menjelang malam, Lucas belum kembali, dan Grace mulai merasa gelisah. Dia berjalan ke balkon, menatap langit malam yang gelap. Apakah hidupnya akan selalu seperti ini? Terjebak dalam kesepakatan yang dingin tanpa jalan keluar?

Tepat saat pikirannya dipenuhi pertanyaan, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. “Sedang memikirkan apa?”

Suara Lucas membuat tubuh Grace menegang. Dia berbalik, melihat pria itu berdiri di depan pintu balkon dengan ekspresi sulit ditebak. Grace menggeleng pelan. “Tidak ada.”

Lucas berjalan mendekat, dan tanpa peringatan, dia mengangkat dagu Grace, membuat gadis itu menatap langsung ke matanya. “Kau mulai menyesal?” tanyanya pelan, tetapi ada nada mengejek dalam suaranya.

Grace menelan ludah, berusaha tetap tenang. “Aku tahu apa yang aku lakukan. Aku tidak menyesal.”

Lucas menatapnya lama, lalu tersenyum tipis. “Bagus.”

Dia lalu menarik Grace mendekat, membisikkan sesuatu di telinganya. “Karena mulai malam ini, peranmu benar-benar dimulai.”

Jantung Grace berdebar kencang. Dia tahu, hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
awal yg blom bisa terbaca...heeee
goodnovel comment avatar
Nova Silvia
aku save dl,,istirahatkan mata
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • TEMAN TIDUR CEO   AKU AKAN MENEMUKANMU!

    Alex melpaskan ciuman brutalnya, ketika Vivian melenguh menahan sakit. “Apakah aku menyakitimu?”Grace mengelenkan kepalanya, wajahnya bersemu merah, dia pun menjawab. “Sakit, tapi aku suka!”Alex tersenyum sambil mengusap puncak kepala Vivian. “Tunggu kau sembuh, ok!”Alex menarik napas panjang, seolah mencoba menahan gejolak yang baru saja meledak di dadanya. Dia menunduk, menempelkan dahinya ke dahi Vivian, mengunci tatapan mereka dalam keheningan yang hangat. Helaan napas mereka menyatu, satu irama, meski tubuh Vivian masih bergetar karena sensasi yang baru saja dia alami.“Vivian...” gumam Alex lirih, suaranya berat dan penuh makna. “Aku tak akan menyentuhmu lagi, sampai kau benar-benar pulih. Aku ingin kau tahu, ini bukan tentang nafsu… tapi tentang rasa. Aku tak mau menyakitimu.”Vivian mengangguk pelan. Tatapannya tak lepas dari wajah Alex, lelaki yang kini telah berhasil meruntuhkan pertahanan dirinya. “Aku percaya padamu,” bisiknya, seraya berkata dalam hati, “Seluruh tubuhk

  • TEMAN TIDUR CEO   KAKAK TAMPAN

    “Ada kakak tampan mencarimu!” kata salah satu anak dengan nada riang.“Kakak tampan!” kata Grace sembari berpikir jika itu pasti Stefan, dia pun langsung bersemangat seperti anak-anak itu.Setiap kali Stefan datang ke desa ini, dia selalu membawa makanan enak dan unik yang pasti akan selalu disukai oleh anak-anak di Desa Aerva. Pria itu langsung melempar senyuman kepada Grace, dia langsung menurunkan gadis kecil yang sedang dia gendong.“Kau membawa banyak hadiah ya?” kata Grace.Stefan tersenyum, kedua matanya berbinar ketika melihat Grace tersenyum. “Bukan hanya untuk mereka, aku juga membawa hadiah untukmu!”Sekretaris Han, membawakan sebuah keranjang rotan, “Nona ini adalah kain terbaik yang bisa nona tenun menjadi gaun gaun yang cantik!”Grace mengulurkan tangannya, merasakan kelembutan kain itu. Dia pun memandang penuh haru kepada Stefan. “Terima kasih!” kata Grace.Tuan dan Nyonya Wang pun ikut menyambut kedatangan Stefan, “Kalian kapan menikah sudah selama ini bertunangan!”Gr

  • TEMAN TIDUR CEO   KAK GRACE!

    Pondok kayu itu tampak seolah tumbuh bersama alam. Ukirannya sederhana, namun penuh jiwa. Kayu-kayunya tua namun terawat, mengeluarkan aroma khas pinus yang hangat dan menenangkan. Jendela-jendela besar menghadap ke arah danau kecil yang airnya bening, memantulkan langit biru dan gerak pelan awan seperti cermin alam.Atap pondok itu terbuat dari jerami yang dianyam rapi, memberi nuansa pedesaan yang begitu otentik. Di sekitar pondok, tumbuh bunga-bunga liar berwarna-warni yang seolah ditanam langsung oleh tangan alam.Burung-burung kecil beterbangan bebas, dan suara gemericik air dari mata air kecil di dekatnya menciptakan irama alami yang menenangkan hati.Grace berdiri terpaku di pondok itu, seakan waktu berhenti sejenak hanya untuknya. Matanya membulat kagum, senyum kecil perlahan terbit di wajahnya. Hatinya berdesir, seperti disentuh lembut oleh keajaiban yang tak terduga."Indah sekali... seperti rumah dalam mimpi," bisiknya nyaris tak terdengar.Grcae melangkah mendekat, tangann

  • TEMAN TIDUR CEO   SIAPA KAMU?

    Hanya alam hitungan menit, beberapa orang berpakaian medis memenuhi ruangan. Mereka pun tampak lega, bahkan ada yang tersenyum haru. Tapi Lucas, hanya memandangi mereka dengan wajah kosong dan limbung.“Kami akan memeriksa kondisi Tuan,” ujar salah satu dari dua dokter terbaik yang ada di rumah sakit itu , penuh dengan kelegaan haru.Lucas mengerutkan kening.Nama itu ‘Lucas’ terdengar asing di telinganya. Bibirnya terbuka, kering dan nyaris tak bersuara.“Siapa… Lucas?” tanyanya pelan, suaranya serak dan lemah menatap aneh kepada semua yang ada di sana.Semua yang ada di ruangan saling berpandangan. Dokter menarik napas dalam dan mendekat. “Kau, adalah Lucas. Nama lengkapmu Lucas Smith. Baru saja mengalami kecelakaan dua bulan lalu dan... koma sejak saat itu.”Lucas hanya menatap, matanya hampa. Tidak ada kilasan kenangan, tidak ada potongan wajah, tidak ada suara yang terasa akrab di dalam kepalanya. Semua kosong.“Aku… tidak ingat…” gumamnya, panik mulai merayap di balik suara tena

  • TEMAN TIDUR CEO   SIAPA AKU?

    Grace sama sekali tidak mengenal pria yang sedang menatapanya itu. “T-terima kasih!” imbuhnya dengan sedikit canggung.“Nona kau masih lemah, sebaiknya istrirahat dengan baik di sini!” kata wanita paruh baya itu sambil menyelimuti Grace.“K-kau…!” kata Grace terbata.“Kau bisa memanggilnya Bibi Ava! Dan aku, kau bisa memanggilku Stefan!” kata pria itu memperkenalkan diri.Dua pelayan datang masuk ke kamar Grace, membawakan troli dorong sarapan pagi untuknya. Stefan keluar tanpa berkata. Grace termenung memikirkan tentang apa yang bari saja terjadi. Tentang dirinya yang baru saja kehilangan segalanya, dan kini dia berada di rumah ini, seakan semesta sedang bersabda kepadanya, “Aku berikan tempat baru, hidup baru!”“Nona!” panggilan Bibi Ava membuyarkan lamunan Grace.“Makanlah sup abalone ini, baik untuk memulihkan Kesehatan!”Bibi Ava mulau menyuapi sesuap demi sesuap. Grace dengan patuh menghabiskan semua makanan yang disediakan untuknya. Pada saat ini, di ruang kerja Stefan. Sebua

  • TEMAN TIDUR CEO   APA KAU YANG MENYELAMATKANKU?

    Pada saat ini Sienna benar-benar mengambil kesempatan. Ketika dia mengetahui Lucas sudah kembali pulang tanpanya, dia juga langsung mengurus kepulangannya. Siapa sangka, begitu tiba malam mendapatkan kabar buruk sekaligus sebuah kesempatan emas.Rencana yang Ibu Seri rancang sudah bagus. Tapi, Sienna enggan menunggu, dia ingin agar Grace dan anaknya menghilang selamanya dari kehidupan Lucas.Menjelang tengah malam. Grace masih terjaga, dia merasa ada yang aneh dan janggal. Mengikuti Firasatnya, dia mencabut selang infusnya, menyelimuti bantal, memposisikan seakaan ada yang tidur di ranjang. Lalu dia memilih bersembunyi di balik tirai sambil memeluk Vas kaca tebal. Menunggu beberapa saat, benar saja ada yang mengendap masuk diam ke kamarnya.Grace mengintip, si penyelinap itu terlihat sedang menyuntikan sesuatu ke infusan. “Apa dia ingin meracuniku!” pikirnya.Tiba-tiba si penyelinap perlahan terlihat ingin menarik selimut itu, Grace dengan cepat keluar dari tirai dan menghantam kepala

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status