Home / Romansa / TERGODA CINTA DUDA DINGIN / 05. Frustasi Di Hari Pertama

Share

05. Frustasi Di Hari Pertama

last update Last Updated: 2024-10-10 22:39:34

“Beb, ini sih namanya bunuh diri."

Naura memutar bola mata sembari mengotak-atik ponsel di tangan saat perias yang sedang menata rambutnya berkomentar.

"Elo kan gak suka banget sama anak kecil. Udah deh dari pada elo yang pusing nantinya mending angkat bendera putih aja dari sekarang."

"Kamu lebay deh, Don. Masa gue harus kalah sebelum berperang sih. No Way!!"

Doni Amirah, lelaki berjari lentik di salon langganannya yang bisa menyulap itik buruk rupa menjadi secantik cinderella itu sangat tahu bagaimana tidak sukanya dia dengan anak-anak.

Pagi-pagi buta, Naura sudah ada di depan salon Doni padahal jam operasionalnya itu masih beberapa jam lagi hingga membuat Doni marah-marah. Dihari pertamanya bekerja, Naura ingin penampilannya sempurna supaya mudah mempengaruhi anak-anak.

"Ihh dibilangin juga ih. Gue gak bisa bayangin itu nanti anak-anak bakal lihat wajah monster lo yang galaknya gak ketulungan. Kasihan aja sih sama mereka yang harus berhadapan dengan guru modelan lo gini."

“Makanya elo buat dong wajah gue ini secantik Princess Disney supaya mereka itu nurut sama gue!”

“Etdah, sekalipun wajah kayak princess tapi kalau sifat lo lebih mirip medusa ya nggak mempan dong.”

“Sialan!” umpat Naura.”Gue nggak separah itu!”

“Lebih parah malah,” balas Doni.

"Ini juga terpaksa harus gue lakuin, Don. Bilangnya sih supaya gue bisa memperbaiki image anak-anak di kepala gue ini supaya nanti gue bisa kembali negosiasi sama Wisnu."

"Ah itu laki juga ya nyebelin." Doni mengatur rambut panjangnya agar lebih bergelombang bawahnya supaya dia bisa tampil cetar mengalahkan syahrono di hari pertamanya ke sekolah. "Seharusnya dia tetap mendampingi elo dan mencari jalan keluar yang terbaik berdua." Naura manyun mendengarnya. Kenyataan kalau Wisnu malah menghindarinya membuatnya kesal setengah mati. "Atau jangan-jangan dia memang sudah memprediksi kalau lo akan mempermasalahkan soal anak supaya kalian bisa putus dan dia bisa cari wanita lain yang modelannya seperti Metta itu, saingan lo."

Naura melotot ke arah Doni melalui kaca. "Elo jangan ngomong sembarangan ah. Gak mungkin Wisnu langsung berpaling ke wanita lain.”

"Gue kan cuma kasih pendapat."

"Pendapat lo gak mutu."

Doni mencibir, memberikan semprotan hair spray sebagai sentuhan terakhir dan tersenyum lebar membuat Naura langsung memperhatikan rambutnya yang sudah cetar.

"Good. Biarpun harus perang dan gue gak tahu apa yang akan terjadi nanti tapi gue kudu selalu tampil cantik."

"Elo mah memang sudah cantik. Ya udah sana deh pergi. Elo ganggu ritual pagi gue aja sih.” Naura memutar bola mata. ”Gue cuma bisa bilang, semoga elo beruntung gak kena darah tinggi setelah masa tiga bulan ini terlewati."

Naura tertawa seraya berdiri. "Gue harus bisa bertahan. Anak-anak itu harus nurut sama perintah gue."

"Elo kira mereka robot yang bisa diatur-atur. Yang ada sih elo yang harus menyesuaikan diri."

"Bodo amat gimana caranya nanti. Ah udahlah. Gue udah telat jadi dadah bye bye."

Naura memberikan ciuman jauhnya dan Doni langsung menangkap dan memberikan ciuman balasan lalu keluar dari salon menuju ke mobilnya. Naura terpaksa memakai mobil kesayangannya yang jarang dia pakai karena mobil miliknya yang berhasil dia derek ada di bengkel.

"Gak ada dalam kamus seorang Naura mengalami kekalahan untuk hal beginian." Naura mencengkram kemudi mobilnya.

"Oke, i'm ready for this."

***

Naura bergidik melihat banyaknya bocah-bocah troublemaker yang seperti siap untuk mengajaknya pergi ke medan perang. Berusaha keras untuk tidak melarikan diri dari tatapan-tatapan polos yang berdiri bergerombol di depannya memperhatikan penampilannya dari atas sampai bawah.

Tampangnya sih polos tapi Naura sudah bisa membayangkan di kepalanya drama apa saja yang akan terjadi dan itu pasti akan membuat Naura seperti terkena serangan badai. Sialnya, setelah berdiri di hadapan mereka semua seperti ini, Naura malah tidak yakin apa dia bisa menghadapi semuanya sendiri karena menghadapi keponakannya saja dia bisa berubah menjadi hulk dalam sekejap.

Tahan..tahan..tahan..

Mereka anak orang bukan anak nyamuk.

"Halo sayangku semuanya."

Naura kaget dengan salam nyaring dari ibu Dahlia yang berdiri di sebelahnya.

"Halo ibuuuuuuuu," balas mereka.

Ibu Dahlia melambai-lambai, menoleh ke arahnya dan memperkenalkannya dengan seorang wanita muda berkepang yang sedang hamil besar yang tersenyum melihatnya.

"Naura, kenalkan ini Putri yang mengajar kelas ini."

"Halo Putri." Naura mengulurkan tangan yang langsung disambut Putri. Selama tiga bulan ini, Naura yang akan menggantikan Putri yang cuti hamil.

"Halo. Semoga betah ya," balasnya seakan memberi semangat. Yeah,semoga saja.

"Anak-anak senang nggak nyanyi-nyanyinya?" tanya Ibu Dahlia.

"Senaaaaanggg Buuuuu. Laaaggiiiiiiiiiiii potong bebeeeeknyaaaaaaa."

Ada yang menjawab tapi ada juga yang cuek. Naura hanya diam tanpa berniat menyapa mereka tapi tatapan dari Ibu Dahlia juga Putri membuatnya kagok. Dia berdeham dan menyapa semua anak-anak itu tanpa ekspresi dan intonasi datar.

"Hai semua." Singkat , jelas dan padat.

Anak-anak itu sama sekali tidak ada yang menjawab hanya diam memperhatikannya begitu juga Ibu Dahlia dan Putri.

Naura nyengir, "Maklumin Bu hari pertama."

“Di sini ada lima belas siswa dan siswi tapi ada satu siswa yang sedang izin selama seminggu,” Ibu Dahlia memberi info.

“Izin kemana,Bu?” tanya Naura.

“Diajak PapInya keluar negeri ada urusan.”

“Oh.” Naura mengangguk. Enak banget ya.

Tiba-tiba ponsel di saku celananya berbunyi dan Si Ibu langsung mengangkatnya. "Oh begitu. Oke baiklah, Saya akan segera ke sana."

Naura melihat anak-anak itu menelengkan kepala memperhatikan dan dia membalasnya dengan melotot membuat beberapa anak perempuan bergerak mundur.

"Naura—" Naura langsung menoleh, pasang senyum bisnisnya. "Saya tinggal sebentar di sini sama mereka ya. Saya dan Putri mau ke ruangan dulu ada yang mau diurus. Sekalian kamu berkenalan dan berinteraksi dengan mereka."

"Hah? Sendirian?"

Mampus!!

"Iya, memangnya kenapa?"

"Eh, gak apa-apa Bu."

"Oke, kami tinggal sebentar ya."

Naura mengangguk saat Ibu Dahlia melambai ke anak-anak itu dan meninggalkannya di sana sendirian.

"Uwuwuwuwuwuwu, ibu guluuu baluuuuu." Seorang anak cowok yang sejak awal dia perhatikan tidak bisa diam di tempatnya mendekat dan berputar-putar di sekelilingnya.

"—eh," ucap Naura yang kepalanya mengikuti pergerakannya yang bikin pusing.

Anak cowok itu tersenyum lebar menampilkan deretan giginya yang sudah lengkap.

"Jangan mutar-mutar begitu. Duduk!!" Ucapnya seraya menunjuk lantai.

"Gak maaaauuuu. Hhahahahhahaha." Anak itu malah bersembunyi di balik punggungnya dan saat dia menoleh ke belakang anak itu langsung berseru lantang. "BAAAAAA!"

Ya Tuhan, beri hamba kesabaran tingkat dewa khayangan.

"Ibu guluuuuu cantiiikkkkk."

Beberapa anak perempuan bergerombol mendekatinya dan menengadahkan kepala memperhatikan. Ada yang menarik-narik blazernya, rambutnya dan ada yang duduk di kakinya.

"Kalian ini bisa dibilangin gak?" ucapnya ketus. "Eh, jangan pegang-pegang ya. Ini rambut sudah mampir salon tadi pagi nanti kusut."

"Elisa maaau punya lambut beginiiii." Salah satu anak perempuan yang memiliki rambut pendek merengek di depannya.

"Ya sana panjangin dulu itu rambutmu."

Anak itu hanya mengerjapkan matanya.

"Nguinggg..nguingggg..nguinggg awaass ada tayoo mauu lewaaaaattt," ucap anak cowok yang lainnya ke arahnya membuatnya reflek langsung memekik mundur membuat anak-anak perempuan itu kaget. "Bu guluuuu ayoooo naikk tayoooo."

Naura bergerak dengan cepat menghindari anak itu yang membawa mainan bus kecilnya di tangan dan bergerak mengikutinya.

"Uwuwuwuwuwu." Benar-benar anak yang tidak bisa diam. "Tayoo mau lewaaaaattt. Miciiiiiii."

"Hust, kamu mainnya jauh-jauh sana jangan ngikutin!"

"Wuwuwuwuwuwu." Anak itu tetap saja mengejarnya dan dikasih tahu nggak bisa. Naura bergerak berputar -putar di sana sampai tanpa sengaja kakinya menginjak boneka milik salah satu anak perempuan yang ada di sana dan— BUKKK!!

"Adooooowwwww, pinggangku."

Naura terjatuh dengan tidak elegannya dan anak cowok yang mengejarnya tadi langsung tertawa terpingkal-pingkal.

"Aaaaahh Ibuuuu duyuuuuu jattoooohhhh. Kapooooooook."

Sialan memang dikapokin anak kecil. Naura mengusap pantatnya seraya meluruskan kaki dan memperhatikan semua anak-anak itu bergerombol di sekitarnya.

"HUAAAAAAAAA, bonekaaaaaaa balbieeee Riskaaaa kepalanya lepaaaaaasss." Anak perempuan itu menangis di depannya.

Naura melihat boneka barbie yang tadi diinjaknya sudah tercerai berai kepalanya.

"Aduuhhh ituu buang ajaaa, jelek," Naura menendang kepala si Barbie menjauh dari kakinya membuat Riska yang melihatnya tambah menangis dan merangkak untuk sampai ke tempatnya dan menarik rambutnya.

"Aaaaaaaaaa bonekaaaa balbieeeekuuuuu."

"Aduhh, sana minggir."

Anak-anak itu mengerumuninya dan anak cowok yang membawa bus tayo di tangannya itu mendorong-dorong kakinya dengan bus miliknya.

"Minggillll sanaa minggilll."

"Hei kalian jauh-jauh." Naura mendorong pelan beberapa anak yang begitu dekat dengannya. "Hei, jangan tarik-tarik rambut." Naura mencoba melepaskan rambut hitam bergelombangnya dari cengkraman si anak yang menangis tadi. "Kalian minggir semuanya."

"Huuaaaaaaaa." Sekarang ada tiga anak yang menangis dan itu membuat Naura semakin pusing.

"Tayooooo mau lewaaaaaat. Awas Bu guluuuuuu."

"Minggir!!" ucapnya seraya membuang mainan itu menjauh membuat anak cowok itu diam lalu kemudian marah dan mendekat lalu mengambil telapak tangannya dan mengigitnya.

"Aaaaarrrgghhhhhh." Naura memekik.

"Memang enaaaaak akuuuu gigiiiitttt. Weeeeeee." Anak cowok itu memeletkan lidahnya dan berlari pergi sambil terrtawa-tawa.

Naura mengacak rambutnya yang sudah berantakan dan memekik. "AKKHHHHHHH!!"

Frustasi. Kesal. Marah.

Anak-anak memang makhluk yang menyebalkan!!

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   70. Bahagia Selamanya

    “Gak nyangka kalau Papa bisa melihat Naura seperti ini.” Arjuna yang sedang memeluk Alvaro yang namplok di dadanya menoleh ke samping, dimana Papa mertuanya Restu duduk, memandangi anak bungsunya yang saat ini sedang duduk di atas hamparan karpet di area kebun belakang rumah bersama para keponakannya. Minggu ini jadwalnya cucu-cucu keluarga Widjaja berkumpul untuk memeriahkan rumah yang biasanya hanya diisi oleh Papa Restu dan istrinya. Di sisi lain, kakak iparnya dan Mama mertuanya sedang memanggang daging juga ayam dan membiarkan Naura yang menjaga semua keponakannya. Arjuna yang duduk di kursi seraya meluruskan kakinya membiarkan Alvaro menarik-narik bajunya dengan mata yang mulai sipit kerena mengantuk sementara saudaranya masih asik bermain. Didekapnya erat pungung anaknya dan mengelusnya supaya anaknya itu bisa tidur. “Kalau bukan karena kamu, Papa speechless bisa melihat hal seperti ini mengingat begitu kerasnya Naura menghindari yang namanya anak-anak sampai dia be

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   69. Rencana Holiday

    Satu tahun kemudian,Rumah, menjadi tempat yang paling Arjuna rindukan saat berada jauh dari sana. Jadi, setelah semua urusannya di Vancouver beres, dia menolak ajakan kawan-kawannya bertahan sehari untuk mengelilingi kota sebelum kembali ke Indonesia. Dia hanya ingin cepat-cepat pulang dan berkumpul bersama keluarganya.Berada dua minggu di sana membuatnya tidak tenang, meskipun setiap ada kesempatan, Arjuna selalu melakukan panggilan video call untuk menyalurkan rindu pada keluarganya tercinta.Arjuna memandangi layar ponsel, di mana ada senyuman Naura juga si kembar di sana. Seketika perasaan rindu itu seperti tidak bisa dibendung lagi, berharap kalau saat dia sampai nanti, mereka semua masih terjaga untuk menyambutnya.Arjuna mencoba untuk melakukan panggilan ke istrinya tapi suara deringnya hanya berlalu begitu saja.“Apa dia sudah tidur?” gumamnya.Dilihatnya jam tangannya dan menghela napas panjang seraya menyandarkan punggung di kursi mobil taksi yang dinaikinya. Pantas s

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   68. Akhir Kisah

    Setelah mengalami proses hukum dan sidang yang panjang, Wisnu dijatuhi hukuman karena bersalah telah melakukan tindakan kriminal dan dijatuhi hukuman selama lima belas tahun penjara. Suaminya nampak belum puas tapi setidaknya dia sudah mendapatkan keadilan seperti yang dia inginkan.Minggu sore ini, mereka hanya berdua di rumah, duduk di sofa panjang menoton film Filipina romantis. Naura memeluk popcorn jagung di tangannya sementara Arjuna memeluknya dari belakang, melingkupi perutnya yang besar.“Fransisca sedang menjalani rehabilitasi akibat kecanduannya akan obat-obatan.”Naura menoleh, “Aku gak nyangka dia wanita yang seperti itu.”“Selama aku mengenalnya dulu, dia tidak pernah menunjukkan gejala pecandu obat jadi aku pikir, kalau dia baru-baru saja memakainya.” Naura mengangguk, sibuk memandangi wajah tampan James Reid di film This Time yang sudah dia tonton ratusan kali. “Aku harap dia dapat ganjarannya karena berniat menabrakmu hari itu.”“Dia mabuk.” Naura menoleh. “Dia s

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   67. Rasa Syukur Tak Terbendung

    Hal pertama yang dirasakannya saat dia sadar hanyalah kepalanya yang terasa sakit. Naura mengerjapkan mata, menatap langit-langit yang putih bersih, aroma rumah sakit kembali tercium. Merasa heran kenapa dia yang hanya pingsan malah kembali berakhir tergeletak di sini. Kalau dipikir-pikir, akhir-akhir ini dia sering sekali terbangun di rumah sakit. “Ini sebenarnya kenapa?” Samar-samar Naura mendengar suara suaminya di tempat yang agak jauh. “Aku yang dioperasi kenapa malah Naura yang gak sadar-sadar?” “Kami juga tidak tahu Pak Arjuna. Bu Naura tidak mengalami luka serius, kondisinya stabil dan kami hanya memberikan dia obat tidur dosis kecil untuk mengistirahatkan tubuhnya selama bapak di operasi.” “Tapi sudah tiga hari dia belum sadar? Apa dia koma?” “Tidak. Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya belum bangun. Kami akan segera memeriksanya lagi.” “Sebaiknya begitu karena aku tidak mau dia kenapa-napa—“ Nada suara suaminya tegas. “Juga anak-anakku di sana.” N

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   66. Mengadopsi ?

    Makan malam keluarga kali ini lengkap dan ramai. Diadakan di salah satu restoran milik keluarganya di area outdoor dengan angin yang berhembus sepoi-sepoi. Naura duduk memperhatikan keponakan-keponakannya yang bermain disekitarnya sambil mengaduk-aduk nasi di piring untuk mereka. Masih aja lebih suka minta disuapin terutama si kembar dan juga Keylan. “Tan-tan, kata Mama, kita mau jalan-jalan ke Disneyland nanti.” “Oh ya—“ Naura menyuapi para bocil yang dulu sering dia sebut troublemakers. “Asyik dong. Tante gak diajak?” “Tante kan sudah besar jadi gak boleh main ke tempat mainan anak kecil.” Naura pura-pura merengut, “Ih kalau gitu nanti Tante nangis aja deh.” “IHH JANGANNN—“ teriak si kembar bersamaan. “Nanti minta diajak sama Mama aja ya.” Lalu mereka berlari mendekati Arabella dan menariknya untuk mendekatinya dengan wajah mengeryit. “Apaan sih ini?” “Tan-Tan mau ikut kita ke Disneyland Ma,” ucap Kesha. “Ajak Tan-Tan ya biar dia gak nangis terus,” tambah Kaisar. N

  • TERGODA CINTA DUDA DINGIN   65. Keinginan Seorang Istri

    Mungkin ini karma yang harus dia tanggung karena di awal-awal dulu, dia tidak mensyukuri berkah yang Tuhan berikan untuknya berupa kedatangan bayi kembar di dalam rahimnya. Terkesan tidak menginginkan meskipun pada akhirnya pelan-pelan, dia malah menikmati momen-momennya sebagai seorang calon Ibu.Tapi sekarang dia seperti merasakan kosong. Seminggu sejak keluar dari rumah sakit, Naura terus memegangi perutnya berharap kalau mereka masih ada di sana, bertumbuh dan menunggu momen untuk lahir ke dunia.Naura berusaha keras mencoba untuk mengikhlaskan tapi yang tertinggal hanyalah sebuah penyesalan yang tidak tahu kapan akan bisa dia lepaskan.Orang-orang disekelilingnya terutama keluarganya tidak lagi menyinggung tentang kehamilannya yang dulu, begitu juga dengan suaminya. Ada perbedaan yang begitu nyata dia rasakan, bahkan sikap suaminya yang terlihat begitu hati-hati saat berbicara dengannya.Satu hal yang tidak tertahankan harus dia lihat setiap hari hanyalah, tatapan suaminya ya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status