Share

Dedemit

Penulis: Rafasya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-12 11:31:19

Aku masih diam mematung di kamar mandi, menatap punggung polos Firman yang berjalan menjauh.

Aku meringis saat kembali merasakan ingin buang air kecil. Aku segera menutup pintu kemudian buang air kecil dengan lega.

Setelah selesai buang air kecil aku kembali ke kamar, aku terkejut saat melihat Mas Hendra terbangun. "Mas, kenapa kau bangun?" sapaku.

Mas Hendra tersenyum, "Aku ketiduran, melihatmu yang tidur nyenyak membuatku ikut mengantuk."

Aku berjalan mendekat ke arahnya. "Apa kau butuh sesuatu? Biar aku ambilkan."

"Emm ya, aku baru ingat. Aku masih punya pekerjaan yang belum ku selesaikan." ujar Mas Hendra.

"Bisa kah kau pinjam laptop Firman di kamarnya. Laptopku tidak ada signal." sambungnya.

Aku terdiam. Apa? Kamar Firman? Jadi aku harus kembali ke sana. Ah menyebalkan. Belum rasa malu karena kejadian tadi menghilang. Dan sekarang aku harus ke kamar Firman.

"Win, kok melamun? Kau mau meminjamkan tidak. Kalo tidak ya tidak apa-apa. Biar Mas saja yang kesana." ujar Mas Hendra.

"Jangan. Biar aku saja. Tunggu sebentar ya." cegahku.

Mas Hendra mengangguk. Aku mulai berjalan ke luar kamar. Lalu mengetuk kamar yang bersebelahan dengan kamar kami.

Tak ada tanda-tanda Firman keluar membuat aku sedikit kebingungan. "Masuk, tidak ya." gumamku sambil menggigit bibir.

Aku memberanikan diri membuka knop pintu. Terlihat di atas ranjang ada Firman yang sedang berbaring dengan earphone di telinganya. Huh... Pantas saja sejak tadi dia tidak mendengarku, aku sudah berdiri lama sambil mengetuk pintu. Kakiku sampai pegal karenanya. Ish menyebalkan adik iparku ini.

Aku berjalan mendekat ke arahnya. Firman melihat kedatanganku. Dia langsung membuka earphone di telinganya. "Loh, Mbak Winda. Sejak kapan di sana?"

"Hem, aku kesini di suruh Mas Hendra, dia... Dia ingin meminjam laptopmu." terangku setengah menunduk.

"Ambilah," balasnya melirik ke atas meja di sebelah r@njang.

Aku mendekat dengan gugup mengambil laptop itu, saat menunduk aku melirik ke arah Firman. Kenapa dia terlihat biasa saja padahal aku telah melihat asetnya.

Aku menepuk dahiku sendiri saat pikiran kotor itu terlintas. "Akhh!" pekikku saat memukul terlalu keras.

"Kenapa Mbak?" tanya Firman kembali. Aku menggeleng. Kemudian berjalan menjauh. Belum sampai di pintu Firman memanggilku. "Mbak Winda, tunggu."

Firman mengambil sesuatu yang berada di lantai. Kemudian berjalan mendekatiku. Aku kebingungan saat dia tak kunjung bicara. Firman berjalan mendekat, semakin dekat. Aku malah takut Firman akan berbuat yang macam-macam.

Firman terus mendekat, tatapannya datar namun mata itu menatapku lekat. Aku mundur ke belakang. Dia semakin mendekat. Dengan satu tarikan dia meraih pinggangku. Laptop di tanganku hampir terjatuh karenanya.

"Firman, apa yang kau lakukan." pekikku, mendongak menatap matanya.

"Ssttt." Firman mendekatkan jari telunjuknya agar aku diam. "Jangan keras-keras Mbak. Nanti kak Hendra dengar." bisiknya.

Deg deg deg. Degup jantungku semakin cepat. Mungkin Firman juga bisa mendengarnya.

Firman meng?sap wajahku. Tak ada yang bisa kulakukan selain memejamkan mata. Teriakpun percuma, aku takut Mas Hendra mendengarnya. Tangan Firman meny?ntuh daun telingaku. Kemudian... "Sudah," katanya.

Aku menjadi gelagapan. "Apa, sudah?" tanyaku. Firman mengangguk, "Aku hanya memasangkan anting-antingmu yang terjatuh."

"Apa?" Cih kenapa harus seperti itu jika hanya memasangkan anting-anting, aku bisa sendiri. "Oh, terimakasih." Mungkin saat ini wajahku terlihat sangat kesal. Entah kenapa, aku merasa kecewa saat Firman tidak jadi melakukannya.

Aku berjalan menuju pintu, namun lagi-lagi Firman memanggilku. Dengan malas aku menoleh ke arahnya. "Apa?" kataku.

Firman mendekat kemudian mencondongkan wajahnya.

CUP!

Mataku langsung membulat, 'Maaf." katanya.

"Itu kan yang Mbak Winda inginkan?" pipiku memerah antara marah dan menahan malu.

Belum sempat menjawab, "Win..." teriakan Mas Hendra mengurungkan niatku

"Maaf Firman, aku harus segera pergi."

"Pergilah." Firman tersenyum.

Dengan langkah tergesa aku kembali ke kamar.

"Kau lama sekali Win?" tanya Mas Hendra sesampainya aku disana.

"Ma—maaf Mas, tadi aku mencari antingku yang terjatuh." kilahku. Padahal aku lama sebab ulah Firman barusan.

"Hem, pantas saja. Lalu kenapa wajahmu memerah?" tanya nya menatapku lekat.

Mataku langsung membulat, kemudian meny3ntuh pipiku. "Me—merah?"

"Iya, kenapa wajahmu memerah?"

Mataku bergerak liar mencari alasan. "Mungkin karena aku belum memakai krim malam."

"Krim malam?" Mas Hendra terlihat menautkan alis.

"Itu, Mas. Skinware, yang untuk mencerahkan wajah."

"Oh, baiklah. Sini kemarikan laptopnya."

"Ini Mas." ujarku menyerahkan laptop itu.

Aku menyentuh bibirku, kemudian mengulum senyum saat mengingat kejadian tadi. Namun senyumku langsung terhenti saat Mas Hendra memperhatikanku.

***

Hari ini aku begitu bersemangat untuk memasak menu kesukaan Mas Hendra dan juga..... Firman.

Baru hendak mengeksekusi bahan. Terdengar pintu rumahku di ketuk dengan kencang. Aku menghentikan aktifitasku. Bergegas menghampiri pintu.

KREK! pintu terbuka. Aku menghembuskan napas kasar melihat kakak iparku—Mbak Santi yang datang.

"Mana Hendra?" matanya bergerak liar melihat ke dalam.

"Biasakan kalo bertamu itu ngucap salam dulu, Mbak." tegurku.

"Alah! Gak usah sok ngajarin kamu. Mana adikku Hendra."

"Mas Hendra kan sedang bekerja, Mbak."

"Kalo begitu, dimana Firman?"

"Firman juga sama."

Mbak Santi terlihat menghela napas. Aku menatapnya yang terlihat sedikit gusar.

"Hem, kalo begitu.... kamu ada duit nggak Win. Mbak pinjam dong, dua ratus. Buat bayar kredit panci."

"Wah gak ada tuh Mbak. Maaf ya. Keuangan kan di pegang Mas Hendra semua."

"Alah, dasar kamu tuh ya! Bilang aja pelit. Salah memang Hendra memperistri kamu. Pantas saja belum di kasih anak. Lah wong pelit!" ketusnya.

Hati ku panas mendengar ucapan kakak iparku ini. "Jaga mulutmu, Mbak! Pantes aja rejekinya seret. Lah wong mulutnya kalo ngomong gak di saring dulu."

"Oalah! Ngajak ribut kamu!" Mbak Santi terlihat sedang mengambil ancang-ancang hendak menyerangku. Aku terbelalak dan langsung berteriak.

"Maliing.... Maliiiiiing!"

Mbak Santi terlihat gelagapan. Kemudian langsung lari terbirit-birit.

Ah syukurlah, dedemit yang satu itu sudah pergi. Aku bisa bernafas lega.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Skay Dejafu
bagus sekali ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • TERGODA IPAR   —SELESAI—

    Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu ... Aku dan anak-anak terus mencoba untuk menghibur Winda. Jangan sampai dia sedih dan terus memikirkan Farah. Ternyata, tidak ada usaha yang menghianati hasil. Winda yang tadinya menangisi Farah setiap malam. Kini sedikit berkurang. Hari ini adalah hari jadi pernikahan kami yg ke 6 tahun, tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Aku berencana mengajaknya liburan di bali sekaligus merayakan anniversary kami. Anak-anak sengaja kutitipkan pada Kak Santi selama aku liburan di bali.Kami sampai di resort Bali setelah sebelumnya naik pesawat selama 2 jam. Winda langsung merebahkan diri di kamar hotel. Aku tau dia pasti kelelahan.Setelah memasukan isi koper ke dalam lemari, aku langsung membuka tirai jendela. Terlihat deburan ombak yang sangat kencang di sertai dengan pemandangan yang sangat cantik. Aku sengaja memilih resort yang menghadap langsung dengan laut. Jadi, saat berdiri di jendela seperti yang kulakukan i

  • TERGODA IPAR   Mencoba Ikhlas

    “Bagaimana? Apa ada perkembangan?” itu suara Kak Santi. Aku segera menoleh ke arah nya. Kemudian menggeleng, “Belum, Winda masih belum sadar.” jawabku. Aku menatap ke arah ranjang di mana ada Winda yang tengah berbaring dengan luka perban di kepalanya. Kejadian dua hari yang lalu membuatnya tak berdaya di rumah sakit ini. “Anak-anak bagaimana, mereka sama siapa?” Aku menghela napas sejenak, “Bersama asisten rumah tangga kami.” “Kakak ke rumahmu ya, kasian keponakanku. Dua kali ibu mereka masuk rumah sakit.” Aku mengangguk,“Terima kasih, Kak.” “Ya sudah. Kakak pamit ingin menemui mereka. kamu jangan terus bersedih, doakan saja istrimu cepat pulih.“ “Oh iya, bagaimana dengan pelaku yang menyebabkan Winda begini?” “Aku sudah melaporkannya kepada pihak berwajib, biarkan mereka yang mengurusnya.” Kak Santi tersenyum, “Aku tau, adikku tau apa yang harus di lakukan.”

  • TERGODA IPAR   Tolong, panggilkan ambulans!

    POV Firman Aku baru saja sampai di kantor. Berbarengan dengan aku masuk ke dalam loby, tiba-tiba saja ponselku berbunyi. Aku segera mengangkatnya karena itu berasa dari rumah. Aku sangat takut terjadi sesuatu di rumah. Apalagi itu menyangkut Winda. Kondisi nya masih belum stabil. “Halo, Bibik. Ada apa?” “Halo, Pak. Ibu ... Ibu ....” “Ada apa? Bicara yang jelas?! Winda kenapa?” bertubi-tubi pertanyaan kulontarkan, aku benar-benar merasa khawatir. “Ada apa dengan Winda?” “Tadi Ibu pamit keluar sebentar katanya, dia membawa tas.” Ah, aku meraup wajah kasar. “Sudah kuduga, dia pasti akan berpergian. Harusnya aku tetap di rumah.” Aku menyesal. Kupikir memang benar Winda hanya per

  • TERGODA IPAR   Tas biru

    Pagi hari .... Firman membuka matanya perlahan. Kepala yang semalam terasa berat, kini menghilang perlahan. Meskipun dia demam tinggi semalam, tapi dia ingat semalam Winda mengompres dirinya. Firman pikir Winda percaya pada ucapan seseorang yang mengatakan dirinya adalah penyebab kematian Hendra—kakaknya sendiri. Ternyata wanita itu masih perduli padanya. Firman mengulum senyum. Dia menoleh ke samping. Kosong! Winda tidak ada di sana. Entah semalam istrinya itu tidur di mana dia tidak tau. Sebab, setelah minum obat matanya terasa berat. Dia tertidur dan baru bangun sekarang. Firman menyibak selimut yang menutupi tubuhnya. Dia harus segera pergi ke kantor. Hari ini ada jadwal meeting pagi. Sebagai manager yang disiplin tentu saja Firman tidak ingin telat. Meskipun tubunya masih terasa tidak enak. Namun, semangatnya tidak berkurang sedikitpun. Ada wajah Fira dan Farhan, yang menjadi semangatnya ketika rasa malas itu datang. D

  • TERGODA IPAR   Merasa Khawatir

    Setelah itu Winda mendekat ke arah Firman duduk di sampingnya, dia menatap muka wajah yang tengah terlelap. Wajah yang sangat teduh, tiba-tiba saja jantungnya berdetak kencang saat menatapnya. Winda menyentuh dadanya sendiri. Deg Deg Deg!Benar, jantungnya berdebar-debar. Padahal Firman Tengah tertidur.“Perasaan apa ini? Apakah aku jatuh cinta pada Firman?”“Ah, sudahlah. Jika memang iya, bukankah tidak apa-apa. Toh, dia suamiku.” Winda mengulum senyum.Senyum di wajah Winda pudar saat melihat bibir Firman bergetar.“A—aku tidak melakukan apapun, Win. Tidak ...” gumam Firman dengan mata yang masih terpejam.Winda langsung menyentuh keningnya.“Sshh, panas!”“Ternyata Firman demam, pantas saja dia tidak turun untuk makan malam.”Winda segera bangun dari ranjang. Kemudian keluar dari kamar. Dia mengambil sesuatu kemudian kembali lagi ke dalam kamar. Sambil membawa bak berisi air hangat dan juga

  • TERGODA IPAR   Berdebat

    Firman pulang setengah jam kemudian. Setelah menyelesaikan permasalahannya di kantor. Dia segera memarkirkan mobilnya ke garasi. Sebelumnya, dia sudah mendapatkan kabar dari asisten rumah tangganya bahwa Winda sudah pulang.Dengan tergesa dia segera masuk ke dalam rumah. Terlihat Winda tengah duduk di sofa, dengan tangan bersedekap dada. Pandangannya tajam lurus ke depan.Firman tersenyum kemudian berjalan perlahan ke arah nya.“Sayang kamu dari mana saja,” ujarnya saat sudah dekat. Firman duduk di samping Winda. Jarak di antara mereka hanya satu jengkal saja.Winda melirik tajam ke arah Firman. Pria di sampingnya tanpa aba-aba langsung merangkul pundak nya.“Sejak tadi aku mencarimu. Kamu membuatku khawatir, tapi syukurlah kamu sudah pulang.”“Sayang ...”“Berhenti memanggilku dengan sebutan sayang, Firman!” Winda menepis kasar tangan Firman.“Ka—kamu kenapa?”“Aku sudah tau apa yang telah kamu lakukan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status