Share

3. Pasangan Sempurna

“Ikutlah.. wait” Jean buru-buru masuk kembali ke rumah. Tak lama kemudian ia kembali dengan tas ranselnya yang penuh.

Nadia tersenyum lebar. Wajahnya masih terlihat sayu akibat terlalu lama menangis, namun ia nampak lebih baik dengan senyum lebarnya. Ia merasa senang ketika menatap Jean. Betapa beruntungnya aku, batinnya ketika menatap wajah pacarnya. Jean memang benar-benar tampan, bisa dibilang ketampanannya nyaris tidak masuk akal di kehidupan nyata. Lebay sih, tapi itulah yang ada di pikiran Nadia. 

Wajah putih bersih, hidung mancung, mata sayu sempurna, dagu lancip dengan proporsi wajah yang alami membuat Jean nampak seperti aktor Korea. Waktu pertama kali bertemu dengan Jean, Nadia mengira Jean merupakan anak blasteran. Namun faktanya Jean mengaku kedua orangtuanya pure Indonesia. Nadia penasaran sekali akan wajah orangtua Jean, dan berharap bisa bertemu dengan mereka suatu saat nanti. Hanya saja Jean selalu menutupi masalah keluarganya.

Nadia tidak pernah tanya kenapa karena ia sendiripun merasakan bagaimana memiliki keluarga yang termasuk toxic. Ibu dan Bapaknya bercerai dan tidak pernah akur sekalipun. Selama Nadia hidup, ia tidak pernah melihat mereka berdua akur. Tidak pernah sekalipun mereka duduk bersama dalam satu tempat tanpa bertengkar adu mulut layaknya seorang remaja putus cinta.

***

Nadia bangun lebih pagi, ia memandangi wajah Jean yang masih tertidur. Kepalanya pusing, namun ia senang karena ada Jean disampingnya. Ia memandangi kamar hotel yang lumayan mewah.

 Jean tadi malam memutuskan untuk membawa Nadia menginap di hotel bintang 4, karena ia tidak begitu menyukai motel yang baginya kurang nyaman. Selain itu, ia ingin memanjakan Nadia sehingga ia bisa sedikit menenangkan diri. 

Nadia mengecup kening Jean dengan penuh sayang, dan mengelus pipinya yang halus. Terkadang ia iri akan bentuk fisik Jean, tanpa menggunakan skincare kulitnya tidak pernah mengalami masalah berarti. Tetap terlihat cerah meskipun hanya dibersihkan dengan facial wash. Ia sudah berungkali menasihati Jean untuk memakai sunscreen, bahkan sudah membelikan sunscreen yang harganya cukup mahal untuknya. Namun Jean terkadang masih malas menggunakannya. Nadia mengerucutkan bibirnya ketika teringat hal tersebut. 

Ketika ia membuat teh hangat, tiba-tiba Jean terbangun. Nadia segera mendanginya dan mengecup bibirnya dengan hangat. 

“Ih bau” Jean menghindar. Ia tidak suka dicium ketika ia baru bangun tidur. Sebenarnya bukan tidak suka, tapi ia takut mulutnya bau di pagi hari.

“Biarin, aku suka. Pacarku kok” Sahut Nadia ceria. Ia kembali mengecup bibir Jean, dan kali ini Jean membalas kecupan bibirnya singkat. Dengan mata berbinar, mereka berpelukan. Rasanya segala masalah terasa sirna ketika mereka sedang bersama.

Udara dingin di ruangan ber AC benar-benar mendukung mereka untuk bermesraan. Jean menarik tubuh Nadia, sehingga kini Nadia berada di atasnya. Dengan senyum nakal, ia memasukkan tangannya pada baju Nadia, menyentuh kulit pacarnya yang halus. Nadia memejamkan matanya, menikmati setiap sentuhan yang diberikan padanya. Mereka cukup beruntung menemukan satu sama lain, yang sama-sama memiliki pikiran dan prinsip yang sama mengenai seks.

 Bagi mereka, seks merupakan sesuatu yang indah, bentuk pengekspresian kasih sayang yang paling tinggi. Hal yang biasa dilakukan oleh orang-orang yang sudah cukup umur, tentu saja dengan consent masing-masing. Mereka berdua setuju bahwa seks adalah tanggung jawab bersama, sehingga tidak masuk akal jika keperawanan dijadikan sebagai kehormatan wanita.

Nadia mendesah tipis ketika tangan Jean bermain-main di area payudaranya. Tarikan nafasnya tersendat menikmati segala sentuhan dari pacarnya. Ditengah momen indah tersebut, tiba-tiba HP Nadia berbunyi nyaring.

“F*ck” umpat mereka bersamaan. Nadia buru-buru turun dari tubuh Jean dan meraih HP nya. Ia agak menyesal tidak mematikan HP nya, namun panik ketika melihat panggilan dari ibunya. Ia menunjukkan HP nya pada Jean. 

“Aku harus jawab gak??” tanya Nadia histeris. Ia benar-benar belum siap untuk mengobrol dengan ibunya. Ia masih marah, meskipun sebenarnya rasa khawatirnya lebih besar. Ia tidak pernah meninggalkan rumah dalam keadaan marah sebelumnya, jadi ia yakin bahwa Sani saat ini sedang mencemaskannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status