TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 16 (Keributan tamu tak diundang)Apa aku tidak salah baca? Atau apakah pak Ridwan tidak salah kirim? Tapi namaku jelas tertulis. Tumben nanya aku sudah makan atau belum? Apakah ini mimpi?'Jangan GR dulu, Din, bisa jadi karena tidak enak sering menyuruhmu lembur,' bathinku tidak mau salah duga. Lagian aku juga lelah mencoba menarik perhatian pak Ridwan. Ini bukan diriku yang sebenarnya, ini semacam tantangan saja karena efek diceraikan. Aku merasa tertantang dan ingin membalas mantan suamiku."Dari siapa?" tanya kak Yuda karena aku terpana melihat layar ponsel."Ooh, dari Bos di kantor," jawabku lalu memasukkan ponsel ke dalam tas. Pesan pak Ridwan tidak kubalas."Sibuk?""Lumayan, Kak.""Jadi gimana?"Diam sejenak. Aku tidak bisa memutuskan cepat. Perceraian membuatku harus berpikir lagi tentang membangun rumah tangga. Aku harus memikirkan ini matang-matang. Takut salah pilih suami lagi."Jadi, Kak Yuda belum pernah menikah?" Rasa ingin tahu, se
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 17 (karma Anggi)Pov GaraAnggi keguguran. Ini semua salahku, ini juga karena aku tidak bisa mengendalikan rasa. Terlanjur sudah ...."Tenang, Gara, Anggi pasti baik-baik aja," ucap kak Murni mengerti dengan kegelisahanku."Ya, Kak," jawabku sambil melihat Dinda sekilas. Namun ia tidak menunjukkan perhatian padaku. Aku saja yang terlalu bawa perasaan."Ibu dan Angga sedang perjalan ke sini." ucap kak Murni."Terima kasih, Kak," jawabku. Mereka pasti menyalahkanku.Seandainya rasa hati ini bisa kuhilangkan, aku ingin rasa itu berlari semakin jauh tanpa meninggalkan jejak yang membuatku tertumpu padanya lagi. Berat, ia terlihat dekat tapi tak bisa kudekap, jangankan didekap, disentuh saja sulit. Aku benci rasa ini tak bisa hilang. Aku benci kenapa hanya dia, dia dan dia. Dinda ....Aku hanya bisa memandangnya. Dari dulu hingga sekarang, rasa itu selalu bersemayam di hatiku.Kami menunggu di luar ruangan, di mana Anggi sedang dikuret. Tadi darah sega
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 18 (Gara, Yuda)Selama ini aku diam mendengar mereka mengatakanku mur*han. Tapi ini sudah kesekian kali seakan kata-kata itu sudah melekat di lidah mereka. Bahkan di depan umum tak segannya mereka berucap. Kesabaranku ada batasnya. Jika selama ini aku diam, itu juga karena aku malu."Aku malu, Kak Murni," ucapku."Sekarang lupakan masa lalu, jika ingin mengurus surat cerai, cepat lakukan. Angga bukan lelaki yang baik, ia kasar dan egois."Sebentar saja kak Murni bisa menilai. Kak Angga mencaciku di depannya, wajar ia ikut kesal. Mana ada kakak yang ingin melihat adiknya dikasari, meskipun itu suami adiknya. Lah, ini hanya mantan suamiku."Ya, Kak, besok aku urus," jawabku sambil melangkah menuju kamar.Kututup pintu kamar lalu meletakkan tas di nakas, membaringkan tubuh di ranjang. Lelah, seharian kerja ditambah dengan kejadian hari ini. Kupejamkan mata berusaha ingin tidur.Ponselku berdering. Mata belum terlelap, segera kuambil ponsel dalam tas.
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 19 (di luar dugaan)Pagi-pagi bikin ribut saja mantan suamiku. Aku sudah dicerai tapi sikapnya seolah aku masih istri sah. Lah ini kak Gara ngapain juga berkunjung. Hidupku sudah ribet, eeeh ditambah lagi. Kata kak Murni harus lebih tegas."Kalau Dinda sudah dicerai, ia berhak menentukan pendamping hidupnya, lagian keputusan bukan ditanganmu," ucap kak Yuda melihat kak Angga."Aku tidak butuh pendapatmu!" sanggah kak Angga angkuh.Kenapa mereka semua di depan rumahku. Seperti demo saja. Aku harus buat demo ini bubar. Malu dilihat tetangga jika terjadi keributan lagi."Kak Angga, tolong jangan campuri hidupku lagi, kamu sudah menceraikanku. Dan aku tidak ingin rujuk," ucapku tagas. "Tapi Din, ini hanya salah paham, kita bisa perbaiki," jawab kak Angga. Ternyata ia terlambat sadar."Ini bukan masalah salah paham di antara kita, tapi sikapmu yang tak bisa kuterima."Kak Angga terdiam dan tetap menatapku. Lalu aku berpaling ke kak Gara."Kak Gara, se
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 20 (di luar dugaan 2)"Din, aku masih cinta, aku tak sanggup melihatmu bersama lelaki lain, mari kita bangun rumah tangga kita lagi." Kak Angga menatapku dekat. Suara ketokan tak dihiraukan. Justru aku takut ada yang melihat dan berprasangka buruk. Aku masih butuh kerja.Tok tok tok tok tok tok!Suara ketokan ke dua kali. Ini semakin membuatku panik. Bagaimana jika pak Ridwan tahu?"Tolong biarkan aku ke luar, aku tak ingin orang melihat kita di sini.""Jawab dulu, apa kamu bersedia untuk rujuk?""Aku sudah jelaskan, dan keputusanku masih sama, apa yang terjadi saat hari kamu menceraikanku dan mengusirku dari rumah Ibumu, saat itu aku tak akan mau kembali. Sudah cukup hinaan yang kudapatkan di depan umum." Aku tak akan meneteskan air mata berucap. Luka ini belum sembuh. Jika kali ini permohonannya mengeluarkan air mata, itu ulah dari mulutnya."Cepat buka pintunya! Kalau tidak aku akan berteriak di luar kalau kalian bermesum di toilet!"Debi. Itu
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 21(komentar FB)Tak bisa berucap. Intinya aku terkejut dengan pernyataan pak Ridwan. Bahkan selama ini ia tak memperlihatkan ketertarikkan alias kaku."Oh, jadi Bapak berniat memperistri mantan istri saya?" Kak Angga memperjelas ucapannya. Terdengar sedikit arogan tapi berusaha disembunyikan."Iya, itu pun kalau Dinda menerima lamaran saya, Pak Angga," jawab pak Ridwan. Tapi ia tak menoleh padaku.Terdiam sejenak. Muka kak Angga berpaling sebentar padaku. "Oh, baiklah, lagian saya juga ingin mencari pengganti Dinda, kalau begitu saya permisi dulu, Pak.""Tidak jadi ada perlu dengan Dinda, Pak Angga?""Nanti saja, Pak, lagian sudah malam.""Oke, saya juga mau balik, Pak Angga.""Kalau gitu saya duluan Pak Ridwan, tadi sudah janjian bawa seorang gadis ke rumah Ibu.""Oke Pak Angga, semoga lancar rencananya."Kak Angga berlalu pergi. Terlihat kekecewaan di wajahnya. Tapi ia tetap tak mau kalah tentang ingin mencari penggantiku. Lagi-lagi hal yang ku
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 22 (kenapa hidupku kamu yang atur?)"Sholat dulu, Din, jangan diperbudak dengan kegiatan dunia, akhirat dilupakan," ucap kak Murni saat aku duduk depan laptop menyelesaikan pekerjaan kantor yang kubawa pulang."Ya, Kak," jawabku tetap sibuk dengan laptop.Pekerjaanku menumpuk. Pak Ridwan buka cabang baru di luar daerah, dan dua hari lagi opening. Aku juga harus menyelesaikan laporan proyek besar yang sedang jalan. "Sholat dulu, Din," ucap kak Murni sekali lagi."Iya Kakaaak."Kuhela nafas panjang. Kulihat kak Murni berdiri berkacak pinggang menungguku bangkit agar salat. Aku tersenyum lebar, itu lah kak Murni, ia pengganti ibuku. Jika aku mendekati salah jalan, ia lah mengingatkan tanpa bosan."Jangan tatap aku gitu, Kak. Iya aku mau whuduk nih," ucapku sambil berdiri dan melangkah ke kamar mandi.Jika tak ada kak Murni, entah siapa yang mengingatkanku. Apa lagi jika aku mengalami kekacauan setelah dicerai. Bertingkah aneh dan aku merasa malu jik
TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 23(mendadak dilamar)Minggu pagi cerah, secerah hati dan semangatku agar bisa seharian tidur di rumah. Setelah menjalani kerja dengan teramat sibuk, maka hari minggu adalah hari yang kutunggu-tunggu. Mudah-mudahan tidak ada lagi tamu tak diundang. Semoga."Buka FB ah," ucapku sambil menghidupkan laptop.Ini yang aku suka, nonton video lucu yang lewat di branda facebook-ku. Tertawa menghibur diri adalah trik agar awet muda dan jauh dari keriput. Begitulah sebuah artikel yang kubaca. Tidak percaya, tanya mbah geogle.Oh Tuhan, banyak sekali pemberitahuan tentang statusku kemarin. Itu status membalas Anggi. Saking kesalnya, laptop kumatikan.Kubaca komentar yang masuk.Komentar kak Gara. [Segala sesuatu ada sebab dan akibat, pikirkan apa yang diucapkan dan yang dilakukan sebelum bertindak]Komentar Anggi. [Jika suami tergoda janda bekas adik ipar, apa boleh diperbuat, aku iklas karena mungkin dia bukan lelaki yang terbaik untukku]Wow, pasangan manta