Share

Part 2 Perhatian Gara

TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKU

Part 2 (Perhatian Gara)

 

"Dinda! Din!" teriak Ibu menyusulku ke halaman. 

 

Kuhentikan langkah karena ibu berdiri di depanku.

 

"Ada apa, Bu?"

 

"Ayo masuk, kamu tidak boleh pergi, ini pasti bisa diselesaikan baik-baik." Koperku di tarik agar masuk. Tapi kutahan.

 

"Tidak, Bu, tolong jangan minta aku maduk lagi ke rumah Ibu, aku dan Kak Angga sudah bercerai."

 

"Kalian bisa rujuk, toh belum talak tiga, masuklah, Nak." Ibu masih kukuh agar aku masuk.

 

Ini bukan masalah talak satu bisa rujuk kembali. Tapi masalah kepercayaan, kak Angga tidak menginkan aku lagi, bahkan hinaan 'wanita mur*han' dilontarkan dan sangat menusuk jantungku. Di tambah perlakuan kak Anggi yang masih merasa bersaing, padahal itu masa lalu saat kuliah dulu, mungkin itulah yang membuatnya tidak pernah menyukaiku.

 

"Bu, maaf, aku tidak bisa balik lagi ke rumah Ibu, Ibu jaga kesehatan, apa pun yang terjadi antara aku dan putra Ibu, tidak mengurangi tali silaturahmi kita."

 

"Tapi Din, ini masih bisa diperbaiki, ayo masuk."

 

"Maaf Bu, maaf sekali."

 

Mata ibu berkaca melepasku. Kulihat di teras ada kak Gara melihatku juga. Tidak ada kak Angga, menahan kepergianku pun tidak, tidak masalah, mungkin satu bulan ini adalah pelajaran hidupku agar lebih memilih pasangan yang bisa menghargai dan saling percaya. Aku tidak boleh menyesal.

 

***

 

"Loh, kok kamu bawa koper, Din? Trus Angga mana?"

 

Kak Murni menyambutku terkejut. Ia kakakku satu-satunya. Statusnya janda beranak satu, suaminya baru setahun meninggal.

 

"Tante Dinda datang!" sorak Mia menyambut lalu memelukku.

 

"Anak Tante cantik kali, pasti pakai lipstik mama ya?" Kulihat bibir Mia ada bekas lipstik. Centil, baru enam tahun ingin dandan seperti kak Murni. Tidak salah kak Murni sering mengeluh lipstinya barunya patah.

 

"Iya, Tante, aku mau cantik seperti Tante dan Mama," jawab Mia malu-malu.

 

Kuletakkan koper di kamarku dulu. Kamar sebelum aku menikah. Tidak ada yang berubah, bahkan foto wisudaku masih terpampang di dinding.

 

"Ada apa, Din? Kenapa balik ke rumah? Angga mana?"

 

Aku duduk di tepi ranjang. Untuk mulai bicara pun sulit. Yang ada kekesalan tak terbalas. Akan kubuktikan, aku sangat berterima kasih atas perceraian ini. 

 

"Cerita, Din." Lalu kak Murni duduk di sampingku. Matanya terus menatap menunggu aku bercerita.

 

"Aku sudah diceraikan, Kak," jawabku pelan menahan hati.

 

"Apa? Tapi kenapa?" Suara kak Murni terdengar keras. Wajar, terkejut karena aku baru menikah tapi sudah dicerai.

 

"Fotoku dulu bersama Kak Yuda ada di ponsel Kak Angga, Kak."

 

"Loh, kok bisa? Lagian kalian sudah putus, Angga tau itu foto dulu? Trus itu foto yang gimana?"

 

"Foto pipiku dicium Kak Yuda saat merayakan ulang tahunku dulu. Aku nggak tau dari mana ia dapat foto itu."

 

Sebenarnya aku yakin ini perbuatan kak Anggi. Saat merayakan ulang tahunku dulu, kak Anggi dan kak Gara juga sudah pacaran dan mereka ikut merayakan. Tapi saat itu kak Anggi terlihat baik.

 

"Sudahlah, nasi sudah jadi bubur, tak usah sedih, toh kamu masih muda dan bisa cari penggantinya. Kamu masih cantik, Kakak yakin, tidak butuh waktu lama mencari pengganti Angga."

 

Kak Murni menyemangatiku. Mungkin benar, tidak butuh waktu mencari pengganti kak Angga, yang lama itu memilih lelaki yang tepat. 

 

***

 

Malam ini aku berkurung diri di kamar. Bukan meratapi, tapi rasa kesal yang tak terbalas. Sakit hati mengingat ucapan kak Angga dan raut senyum sinis kak Anggi. Jika tahu ini jadinya, tak akan kuterima pinangan kak Angga. Penyesalan, meskipun kuingkari tetap juga ini tak merubah kenyataan.

 

Kubuka laptop. Aku akan cari lowongan kerja, aku harus cari uang untuk biaya hidupku. Dulu, saat aku memutuskan menikah, aku memilih berhenti kerja karena ingin fokus ke rumah tanggaku. Tapi sekarang, tak mungkin kuharap dari kak Murni, ia juga seorang janda yang hidup dari membuka laundry di depan rumah.

 

Setelah memasukan lamaran online di beberapa perusahaan, untuk menghilangkan jenuh, kubuka f******k. Tapi ..., 'Akhirnya benalu pergi juga' status kak Anggi. Apakah ini tujuannya untukku? mendadak hatiku bertambah sakit. Hanya aku yang ke luar dari rumah ibunya tadi pagi.

 

Tok tok tok!

 

"Din! Dinda!"

 

Terdengar kak Murni mengetuk pintu kamarku.

 

"Ya, Kak," sahutku lalu melangkah membuka pintu.

 

"Ada Gara mencarimu," ucap kak Murni yang membuatku terkejut.

 

Kak Gara? Kenapa ia mencariku? 

 

"Sama siapa Kak?"

 

"Sendiri."

 

Kenapa rasanya aneh. Kak Gara datang malam-malam begini. Tapi untuk apa? Kenapa bukan kak Angga yang datang?

 

***

 

"Kak Gara, ada apa ya, Kak?" tanyaku duduk di ruang tamu. Posisi kami di kursi saling berhadapan.

 

"Gimana kabarmu Din?" 

 

"Alhamdulillah, baik, Kak. Aku nggak apa-apa kok," jawabku di sela senyum. Aku tak ingin orang menilaiku terpurik atas perceraian ini.

 

"Syukurlah. Tolong maafkan Anggi, Din."

 

"Maaf untuk apa, Kak?"

 

"Karena ikut berpihak ke Angga mengusirmu."

 

"Kak Anggi tidak salah, toh kak Angga adiknya, ya wajar kalau dibela," jawabku tenang.

 

"Trus, sekarang kamu gimana?"

 

"Ya aku kembali ke sini, Kak. Hanya rumah ini tujuanku."

 

Rasanya aneh kak Gara bertanya tentang aku. Perhatian dan sorot matanya pernah kulihat saat dulu waktu kami masih kuliah, saat itu ia seniorku.

 

"Ohh, mm, aku senang melihatmu baik-baik aja ...."

 

"Tentu aja kamu senang! Jadi ini alasanmu pamit ke luar rumah? Atau jangan-jangan kalian juga bermain di belakangku!"

 

Aku dan kak Gara terperanjat. Tiba-tiba kak Angga muncul di pintu menyambung perkataan kak Gara. Matanya melotot sambil menunjuk kami. 

 

Bersambung ....

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Melani Pramosa
masaan lucu cerita, kan waktu di bilang wanita murahan seharusnya dinda kan bisa jawab "kalau aku wanita murahan tapi keperawananku kan kau ambil pas malam pengantin".
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status