Share

Part 2 Perhatian Gara

last update Last Updated: 2022-06-11 21:53:03

TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKU

Part 2 (Perhatian Gara)

 

"Dinda! Din!" teriak Ibu menyusulku ke halaman. 

 

Kuhentikan langkah karena ibu berdiri di depanku.

 

"Ada apa, Bu?"

 

"Ayo masuk, kamu tidak boleh pergi, ini pasti bisa diselesaikan baik-baik." Koperku di tarik agar masuk. Tapi kutahan.

 

"Tidak, Bu, tolong jangan minta aku maduk lagi ke rumah Ibu, aku dan Kak Angga sudah bercerai."

 

"Kalian bisa rujuk, toh belum talak tiga, masuklah, Nak." Ibu masih kukuh agar aku masuk.

 

Ini bukan masalah talak satu bisa rujuk kembali. Tapi masalah kepercayaan, kak Angga tidak menginkan aku lagi, bahkan hinaan 'wanita mur*han' dilontarkan dan sangat menusuk jantungku. Di tambah perlakuan kak Anggi yang masih merasa bersaing, padahal itu masa lalu saat kuliah dulu, mungkin itulah yang membuatnya tidak pernah menyukaiku.

 

"Bu, maaf, aku tidak bisa balik lagi ke rumah Ibu, Ibu jaga kesehatan, apa pun yang terjadi antara aku dan putra Ibu, tidak mengurangi tali silaturahmi kita."

 

"Tapi Din, ini masih bisa diperbaiki, ayo masuk."

 

"Maaf Bu, maaf sekali."

 

Mata ibu berkaca melepasku. Kulihat di teras ada kak Gara melihatku juga. Tidak ada kak Angga, menahan kepergianku pun tidak, tidak masalah, mungkin satu bulan ini adalah pelajaran hidupku agar lebih memilih pasangan yang bisa menghargai dan saling percaya. Aku tidak boleh menyesal.

 

***

 

"Loh, kok kamu bawa koper, Din? Trus Angga mana?"

 

Kak Murni menyambutku terkejut. Ia kakakku satu-satunya. Statusnya janda beranak satu, suaminya baru setahun meninggal.

 

"Tante Dinda datang!" sorak Mia menyambut lalu memelukku.

 

"Anak Tante cantik kali, pasti pakai lipstik mama ya?" Kulihat bibir Mia ada bekas lipstik. Centil, baru enam tahun ingin dandan seperti kak Murni. Tidak salah kak Murni sering mengeluh lipstinya barunya patah.

 

"Iya, Tante, aku mau cantik seperti Tante dan Mama," jawab Mia malu-malu.

 

Kuletakkan koper di kamarku dulu. Kamar sebelum aku menikah. Tidak ada yang berubah, bahkan foto wisudaku masih terpampang di dinding.

 

"Ada apa, Din? Kenapa balik ke rumah? Angga mana?"

 

Aku duduk di tepi ranjang. Untuk mulai bicara pun sulit. Yang ada kekesalan tak terbalas. Akan kubuktikan, aku sangat berterima kasih atas perceraian ini. 

 

"Cerita, Din." Lalu kak Murni duduk di sampingku. Matanya terus menatap menunggu aku bercerita.

 

"Aku sudah diceraikan, Kak," jawabku pelan menahan hati.

 

"Apa? Tapi kenapa?" Suara kak Murni terdengar keras. Wajar, terkejut karena aku baru menikah tapi sudah dicerai.

 

"Fotoku dulu bersama Kak Yuda ada di ponsel Kak Angga, Kak."

 

"Loh, kok bisa? Lagian kalian sudah putus, Angga tau itu foto dulu? Trus itu foto yang gimana?"

 

"Foto pipiku dicium Kak Yuda saat merayakan ulang tahunku dulu. Aku nggak tau dari mana ia dapat foto itu."

 

Sebenarnya aku yakin ini perbuatan kak Anggi. Saat merayakan ulang tahunku dulu, kak Anggi dan kak Gara juga sudah pacaran dan mereka ikut merayakan. Tapi saat itu kak Anggi terlihat baik.

 

"Sudahlah, nasi sudah jadi bubur, tak usah sedih, toh kamu masih muda dan bisa cari penggantinya. Kamu masih cantik, Kakak yakin, tidak butuh waktu lama mencari pengganti Angga."

 

Kak Murni menyemangatiku. Mungkin benar, tidak butuh waktu mencari pengganti kak Angga, yang lama itu memilih lelaki yang tepat. 

 

***

 

Malam ini aku berkurung diri di kamar. Bukan meratapi, tapi rasa kesal yang tak terbalas. Sakit hati mengingat ucapan kak Angga dan raut senyum sinis kak Anggi. Jika tahu ini jadinya, tak akan kuterima pinangan kak Angga. Penyesalan, meskipun kuingkari tetap juga ini tak merubah kenyataan.

 

Kubuka laptop. Aku akan cari lowongan kerja, aku harus cari uang untuk biaya hidupku. Dulu, saat aku memutuskan menikah, aku memilih berhenti kerja karena ingin fokus ke rumah tanggaku. Tapi sekarang, tak mungkin kuharap dari kak Murni, ia juga seorang janda yang hidup dari membuka laundry di depan rumah.

 

Setelah memasukan lamaran online di beberapa perusahaan, untuk menghilangkan jenuh, kubuka f******k. Tapi ..., 'Akhirnya benalu pergi juga' status kak Anggi. Apakah ini tujuannya untukku? mendadak hatiku bertambah sakit. Hanya aku yang ke luar dari rumah ibunya tadi pagi.

 

Tok tok tok!

 

"Din! Dinda!"

 

Terdengar kak Murni mengetuk pintu kamarku.

 

"Ya, Kak," sahutku lalu melangkah membuka pintu.

 

"Ada Gara mencarimu," ucap kak Murni yang membuatku terkejut.

 

Kak Gara? Kenapa ia mencariku? 

 

"Sama siapa Kak?"

 

"Sendiri."

 

Kenapa rasanya aneh. Kak Gara datang malam-malam begini. Tapi untuk apa? Kenapa bukan kak Angga yang datang?

 

***

 

"Kak Gara, ada apa ya, Kak?" tanyaku duduk di ruang tamu. Posisi kami di kursi saling berhadapan.

 

"Gimana kabarmu Din?" 

 

"Alhamdulillah, baik, Kak. Aku nggak apa-apa kok," jawabku di sela senyum. Aku tak ingin orang menilaiku terpurik atas perceraian ini.

 

"Syukurlah. Tolong maafkan Anggi, Din."

 

"Maaf untuk apa, Kak?"

 

"Karena ikut berpihak ke Angga mengusirmu."

 

"Kak Anggi tidak salah, toh kak Angga adiknya, ya wajar kalau dibela," jawabku tenang.

 

"Trus, sekarang kamu gimana?"

 

"Ya aku kembali ke sini, Kak. Hanya rumah ini tujuanku."

 

Rasanya aneh kak Gara bertanya tentang aku. Perhatian dan sorot matanya pernah kulihat saat dulu waktu kami masih kuliah, saat itu ia seniorku.

 

"Ohh, mm, aku senang melihatmu baik-baik aja ...."

 

"Tentu aja kamu senang! Jadi ini alasanmu pamit ke luar rumah? Atau jangan-jangan kalian juga bermain di belakangku!"

 

Aku dan kak Gara terperanjat. Tiba-tiba kak Angga muncul di pintu menyambung perkataan kak Gara. Matanya melotot sambil menunjuk kami. 

 

Bersambung ....

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Melani Pramosa
masaan lucu cerita, kan waktu di bilang wanita murahan seharusnya dinda kan bisa jawab "kalau aku wanita murahan tapi keperawananku kan kau ambil pas malam pengantin".
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Ekstra Part

    Ekstra partPov YudaSebelum Ridwan menjemput Dinda di desa.Kuputuskan bertemu pak Ridwan. Mungkin ia masih marah dengan kejadian semalam. Tak peduli jika ia memukulku lagi. Yang kuinginkan, ia bisa membuat Dinda bahagia. Hanya itu."Pak Yuda mau ke mana?""Bu Bunga, aku ingin bertemu Pak Ridwan." Aku bangkit dari sofa. Semalam aku diajak ke rumahnya. Semua hanya ingin mengobatiku."Tapi Pak Yuda masih sakit, gimana kalau ia memukul lagi dan ....""Jangan khawatir, Bu. Aku bisa hadapi.""Pak Yuda." Tiba-tiba tanganku ditahan."Bu Bunga kenapa?" Air mata itu mengkhawatirkan aku. Astaga, apakah Bunga punya perasasn padaku?Bunga wanita cantik dan baik. Lelaki mana yang bisa menolaknya. Ia juga cerdas sama seperti Dinda. Hanya saja, ia bukan Dinda. Dinda wanita sederhana serta mandiri. Itulah kelebihannya dari Bunga. Tentu yang lebih penting tentang rasa."Bu Bunga, kenapa?" tanyaku lagi. Kenapa aku merasa tak tega melihatnya menangis untuku."Kenapa? Apakah Dinda sepenting itu bagimu?"

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 51 Tamat

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 51 ( TAMAT )Desa ini sangat indah, bangunan rumah mulai banyak. Teringat waktu kecil, setiap liburan pasti ke desa ini. Tapi itu hanya kenangan. Kulihat dekat sungai. Ada sedang pembangunan jembatan. Ramainya para pekerja membuat jalan ini tidak terlihat sepi.Rumah nenek sangat sederhana. Dulu rumah ini masih berdinding papan. Orang tuaku berhasil merehap rumah ini sehingga layak huni dan kokoh. Lantai pun sudah dikeramik. Rumah kecil dengan halaman yang luas. Sekeliling rumah banyak bermacam pohon buah-buhan sebelum menginjakkan kaki di perkebunan teh yang sangat luas.Kubuka pintu rumah. Rumah ini sudah lama tak berpenghuni semenjak nenek meninggal setahun yang lewat. Perabotan rumah dan tempat tidur sudah ditutup kain putih agar debu tak menempel.Kuletakkan tas di kamar. Lalu aku mulai membersihkan rumah ini. Harus sedikit ekstra tenaga karena baru juga sampai. Untung kak Murni sudah persiapkan bahan makanan hingga untuk tiga hari ke depan,

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 50 Di Waktu Yang Salah

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 50 ( di waktu yang salah )Kak Yuda langsung berdiri saat pak Ridwan mendekati kami. Kuseka air mata agar pak Ridwan tak melihatku menangis. Bodohnya aku menangis jika merasa tak dihargai."Ini belum terlanjur, Dinda," ucapku di hati berusaha mensugesti diri."Dinda dan Pak Yuda, ngapain di sini?" tanya pak Ridwan melihatku, lalu memalingkan muka ke kak Yuda."Mmm ini, Pak Ridwan a ...." Belum sempat kak Yuda melanjutkan jawabannya, terdengar seseorang memanggil. "Ridwan! Ridwan!" Ternyata Gina memangil sambil melangkah mendekat. "Kamu ke mana aja? pesta dansanya akan dimulai, ayok." Gina menarik tangan pak Ridwan. Sangat terlihat ia berusaha mendapatkan kembali mantan suaminya.Dibanding Gina, aku tak ada apa-apanya masalah harta, ia dari keluarga pengusaha sukses, sedangkan aku hanya anak yatim piatu meskipun sudah tamat S1. Cari kerja pun dari usaha sendiri tanpa ada keluarga yang membantu. Melihat kejadian ini, kak Yuda langsung melihatku.

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 49 Kenapa Dia Yang ...

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 49 (kenapa dia yang menghapus air mataku?)Jadi wanita bersama kak Yuda keponakan pak Ismail. Pantas mereka sangat akrab, pak Ismail saja bersikap baik ke kak Yuda. Meskipun hanya sekali melihat, tapi aku bisa merasakan itu. "Aku Bunga." Wanita bernama Bunga itu mengulurkan tangan padaku. "Dinda," ucapku menyambut tangannya. Kami saling melempar senyum. Ada sesuatu yang kurasakan, namun sulit kugambarkan perasaan apa itu. Lalu Bunga juga bersalaman dengan pak Ridwan bentuk mereka berkenalan. Dan setelah itu kami duduk. Aku duduk di samping pak Ridwan dengan kursi yang berhadapan dengan kursi Bunga yang berdampingan dengan kursi kak Yuda."Kita seperti double date, ya," ucap pak Ridwan sambil membentangkan tangan kanannya di sandaran kursiku."Pak Ridwan bisa aja, lagian makan bakso di sini sangat menyenangkan, kebetulan saya suka melihat keramaian sana," tanggapan kak Yuda sambil menunjuk ke arah taman, banyak anak-anak berlari bermain. Wajah m

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 48 Wanita Bersama Kak Yuda

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 48 ( wanita bersama kak Yuda )Tanganku dilepas. Dari sorot mata pak Ridwan, seolah ia tak percaya dengan ucapanku. Lebih tepatnya terpengaruh dengan ucapan mantan suamiku yang muncul tiba-tiba. "Terserah kalau kamu tidak percaya," ucapku melangkah terus ke tepi jalan. "Tunggu, Din!" ucap pak Ridwan.Aku tak peduli dan terus melangkah."Dinda!" Tiba-tiba kak Angga berlari mendekat. Tanganku ditahan."Lepaskan aku!" Kutarik tangaku agar terlepas. Aku berhasil."Tunggu, Din, aku bukan ingin menyakitimu, sungguh, aku tak ada niat buruk.""Dinda!" Pak Ridwan memanggil sambil melangkah mendekat."Ikut denganku, Ibu ingin bertemu.""Tolong jangan ganggu hidupku, aku mohon." Kusatukan kedua telapak tangan memohon."Kamu mau apa lagi ke sini!" Tiba-tiba pak Ridwan menujuk kak Annga dengan mata melotot."Hey, santai, emang kamu siapa melarangku? Di sini uang dan kekuasaanmu tak berlaku, Dinda belum resmi menjadi Istrimu, jadi aku masih punya hak untuk i

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 47 Sikap dan Kepercayaan

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 47 (sikap dan kepercayaan)Aku terdiam menatap pak Ridwan. Bukan karena merasa bangga ia punya rasa cemburu padaku. Seorang pak Ridwan lelaki yang hampir mendekati sempurna bagiku, tapi ..., kenapa bersikap seperti posesif. Mudah-mudahan aku salah."Kenapa harus memecat Pak Boby, Mas? Yang salah kan aku?" Kutekan nada suara agar pak Ridwan tidak semakin marah."Kenapa sih kamu bela dia?" Pak Ridwan melihatku sekilas."Ini bukan membela tapi ...." Tak kuasa melanjutkan kata-kataku. Kupalingkan mata ke luar jendela kaca mobil lalu menyeka air mata. Tentu aku terkejut dengan suara lantang pak Ridwan.Tiba-tiba mobil dihentikan di tepi jalan yang agak sepi. Pak Ridwan menghela nafas besar. Terdengar nafasnya meskipun aku belum mengalihkan pandangan ke dia."Maafkan aku, tolong jangan menangis, Din." Suara pak Ridwan melunak.Tapi aku tetap memalingkan mata ke luar jendela."Aku hanya cemburu, itu karena aku takut kehilanganmu, apakah aku salah?"Aku t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status