Share

Part 6 Alasan

last update Last Updated: 2022-06-15 11:06:21

TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKU

Part 6 

 

"Aku sudah diceraikan, statusku janda, Pak Angga," jawabku lantang kepada mantan suamiku.

 

"Dinda."

 

Tiba-tiba pak Ridwan muncul dari pintu memanggilku. Kami langsung terdiam melihat ke pintu. Pak Ridwan berdiri melihat kami.

 

"Iya, Pak," jawabku pelan. Rasanya tidak enak. Aku takut karirku anjlok karena mencampur adukkan urusan kerjaan dengan urusan pribadi. Mudah-mudahan aku tidak dipecat, baru juga kerja.

 

Pak Ridwam melangkah masuk. Kini posisinya tepat di sampingku melihat ke kak Angga.

 

"Pak Angga, tolong kirimkan semua bukti pengeluaran perusahaan ke kantor PT. Cahaya, Dinda bertugas memeriksanya."

 

"I-iya, Pak, nanti saya kirimkan," jawab kak Angga gugup. Lalu sepintas menatapku.

 

"Oke, ayo Dinda, kita balik," ajak pak Ridwan, lalu melangkah ke pintu. Aku mengiringinya di belakang. Saat kututup pintu dari luar, kulihat kak Angga masih menatapku.

 

***

 

Di mobil. Tak ada sepatah kata pun yang diucapkan pak Ridwan. Apakah ia tahu atau tidak urusan pribadiku, ia sama sekali tidak bertanya. Padahal sudah jelas ia dengar kata-kataku tadi. Mudah-mudahan ini tidak berpengaruh pada pekerjaanku. Semoga.

 

Bisa-bisanya ia menciumku dalam amarah. Dikiranya aku pelac*r hingga kata-kata 'dibayar' diucapkan. Sakit hatiku bertambah, hingga ingin rasanya kutampar wajahnya berulang kali. Aku sangat membenci mantan suamiku, sangat!

 

"Din, Din!"

 

"Oh, i-iya, Pak," jawabku terkejut. Kupalingkan muka ke pak Ridwan.

 

"Berapa nomor W*-mu? Aku lupa save."

 

"Oh, biar ku ping aja, Pak, nomor Bapak sudah ku save," jawabku secepatnya.

 

"Oke, aku ingin kerjaanmu maksimal, ini juga berpengaruh pada masa kontrak kerja."

 

"I-iya, Pak," jawabku pelan.

 

Tuh, 'kan ..., yang kutakutkan terjadi. Aku takut pak Ridwan salah nilai. Di mana-mana urusan kerja ya kerja. Ini semua gara-gara kak Angga. Huh! kok bisa-bisanya nasib mempertemukan kami dibidang yang sama setelah bercerai. 

 

***

 

"Aku pulang dulu ya, Sil," ucapku sambil bangkit mengambil tas.

 

"Besok jadi ikut 'kan, Din?"

 

"Males, aku lagi nggak semangat."

 

"Tunggu tunggu!" Silvi mendekat.

 

"Kenapa sih gara-gara mantan jadi galau, kamu cantik dan masih muda, mana tau ntar di acara alumi ketemu jodoh ke dua." 

 

"Nggak mau, aku nggak mau menikah lagi."

 

"Whaaaat? Jangan bilang gara-gara sebulan menikah lalu dicerai membuat seorang Dinda jadi nggak suka lelaki."

 

"Iya, aku benci lelaki, semuanya pembohong dan sok mmm." Kok aku jadi sedih. Kenapa aku salah pilih suami ....

 

"Udah udah, makanya kita cari hiburan. Pokoknya besok malam aku jemput." Silvi menepuk pundakku pelan.

 

***

 

"Kok pulang lesu, Din?" tanya kak Murni sambil menyapu. Aku baru memasuki rumah.

 

"Gara-gara Kak Angga, ternyata Bos kami sama, Kak," jawabku lalu duduk.

 

"Hah? Kok bisa?" Kak Murni meletakkan sapu, lalu ikut duduk.

 

"Assalamualaikum."

 

"Waalaikumsalam," jawabku dan kak Murni serentak. 

 

Kupalingkan mata ke pintu. Ada kak Gara berdiri sambil menenteng kantong kresek hitam.

 

"Masuk, Kak," ucapku.

 

Lalu kak Gara masuk, dan duduk.

 

"Dari mana Din? Kok seperti pulang kerja?" Kak Gara melihat baju yang kupakai seperti baju orang kantoran.

 

"Iya Kak, aku baru bekerja," jawabku jujur.

 

"Oh, syukurlah, ini kubawakan batagor, kebetulan aku lewat." Kantong kresek di letakkan di meja.

 

"Oh, nggak usah repot, Kak, lagian ..., aku nggak enak ma kak Anggi, aku takut ini jadi masalah."

 

Kak Gara kok cari gara-gara, mirip namanya. Sudah jelas kubilang jangan ke sini. Masalahku saja belum selesai. Bukan aku tidak menghargai, tapi cara kak Gara membuatku tidak nyaman. 

 

"Jangan dipikirkan, aku pulang dulu," jawab kak Gara bangkit dari duduknya.

 

"Kak Murni, aku balik dulu." Kak Gara berpamitan.

 

"Oh, iya, Gar," jawab kak Murni seperti terpaksa senyum. 

 

Lalu kak Gara meninggalkan rumahku.

 

"Betul firasatku, Gara pasti ada maunya, pulang kerja bukannya menemui istri di rumah, ini malah singgah ke sini."

 

"Aku nggak nyaman, Kak. Lantaran ia perhatian, Kak Anggi cemburu, ujung-ujungnya rumah tanggaku hancur."

 

"Wajar sih Anggi cemburu, yang nggak wajar bikin rumah tanggamu hancur. Si Gara juga, ngapain perhatian segala, udah jelas punya istri."

 

"Sudah ah, batagornya Kakak dan Mia aja yang makan, perutku kenyang."

 

Kak Gara seperti jelangkung. Datang tak diundang, pergi tak diantar. Sangat tak diharapkan. 

 

Kunyalakan laptop dan membuka f******k. Masih senja, aku ingin cari hiburan lewat media sosial. Masalah perceraian tidak boleh membuatku galau atau sedih, hidup cuma sekali, kenapa dibikin susah.

 

"Hah? Kak Angga?" Gumamku terkejut melihat layar laptop.

 

Mataku membulat melihat foto kak Angga bersama seorang wanita. Ia dan wanita itu duduk seperti disebuah kafe. Pundak wanita itu dirangkulnya sambil tersenyum. Wanita itu adalah resepsionis di Pt. Abadi.

 

"Mau manas-manasin aku? Sory ya, aku nggak cemburu," gumamku menatap foto itu.

 

Surat cerai belum kuterima. Baru beberapa hari kami cerai. Kak Angga sudah menemukan penggantiku. Tak kupungkiri, rasa sakit hati karena tak dihargai. Pernikahan satu bulan seperti tak berharga, bahkan ia sangat mudah menceraikanku. 

 

"Jangan sedih Dinda, jangan bodoh, kamu bisa dapatkan lelaki yang lebih," ucapku mensugesti diri.

 

Aku harus menguasai perasaanku. Kesedihan hanya akan membuat wajah keriput dan cantik akan menjauh. Aku harus lebih cantik dan bahagia setelah dicerai. Akan kutunjukkan, aku bukan wanita cengeng.

 

Ponselku berdering. Ada W* dari Silvi, segera kubaca.

 

[siap-siap, aku sudah di depan rumahmu]

 

Hah? Silvi di depan rumah. Kulihat jam dinding, masih jam setengah delapan malam. Aku bangkit dari ranjang.

 

"Hey, tumben malam-malam mampir?" ucapku berdiri di ambang pintu. 

 

"Yok," ajak Silvi masih duduk di motor menyala.

 

"Kemana?"

 

"Cari makan malam."

 

Apa salahnya ikut Silvi. Ini salah satu cara menghibur diri. Berkurung diri di kamar hanya akan membuat bosan. Salah satu yang harus kulakukan adalah menghibur diri sendiri.

 

Selamat tinggal masa lalu ....

 

***

 

Semangat pagi. Kujinjing tas lalu berangkat kerja. Seperti biasa, ojek langgananku sudah menunggu. Naik angkot pasti terjebak macet. Aku harus tepat waktu.

 

Akhirnya aku sampai di depan kantor. Turun dari ojek, aku melangkah masuk.

 

"Dinda!"

 

Terdengar suara kak Angga memanggilku. Kupalingkan ke belakang. Ada kak Angga berdiri dekat mobilnya parkir di tepi jalan. Di dalam mobil kulihat ada wanita duduk, ia wanita di foto f******k yang kulihat semalam. Sepertinya kaca mobil dibiarkan terbuka agar aku bisa melihatnya.

 

"Ya," jawabku.

 

Kak Angga melangkah mendekat. 

 

"Ini bukti pengeluaran dan rekening koran yang kamu minta." Kak Angga menyodorkan tiga buah map file plastik.

 

"Oke, terima kasih," jawabku menerimanya.

 

"Aku sengaja mengantarkan sendiri, ingin lihat kabarmu juga, ternyata berangkat kerja naik ojek."

 

Jadi aku sudah ditunggu dari tadi? Aku mengerti, kak Angga pasti sengaja membawa resepsionisnya untuk memanas-manasi aku. 

 

'Pikir Dinda, jangan terlihat kalah,' bathinku.

 

"Iya, Pak, terima kasih atas perhatiannya, sehingga pagi-pagi Bapak sendiri yang ngantarkan map file," jawabku berusaha santai. 

 

"Kebetulan aku lewat setelah jemput Debi." Kak Angga menujuk ke mobilnya.

 

Tuh, 'kan, ia pasti punya tujuan. Benar dugaanku.

 

"Oh, ada lagi, Pak?"

 

"Kami baru saja jadian, Debi wanita baik, aku nyaman di sisinya."

 

Siapa juga yang nanya. Apa sih mau mantan suamiku? Pagi-pagi pamer pacar baru, mau buat aku cemburu dan sakit hati? Tidak akan! Dinda bukan seperti itu ya. Tak satu kumbang di dunia.

 

"Aku nggak nanya, itu urusan Anda, Pak," jawabku memasang senyum lebar.

 

"Tentu aja bukan urusanmu, kita sudah pisah."

 

"Ya." Aku mengangguk.

 

"Debi mungkin bisa menyesuaikan diri dengan Ibuku."

 

"Tolong sampaikan salamku pada Ibu, Kak." Kali ini kupanggil 'Kak' seperti biasa.

 

"Kamu rindu rumah Ibuku?"

 

"Aku rindu Ibu," jawabku.

 

"Jujur lah, aku masih mau mendengarnya kok, lagian aku dan Debi masih tahap pacaran. Ia wanita setia dan sangat mengerti aku," cerita kak Angga memuji resepsionisnya. Mendadak aku merasa tersindir.

 

"Boleh aku minta sesuatu?"

 

"Aku tau pasti kamu minta rujuk, aku pikir dulu, Debi wanita yang perlu diperhitungkan, mungkin besok kuberi jawaban," ucap kak Angga percaya diri.

 

Huh! Kok bisa ya, aku menerima kak Angga dulunya? Bodohnya aku. Satu bulan pernikahan tak membuatku mengenal sifat aslinya. Yang dulu terlihat sangat baik, tapi sekarang ....

 

"Bukan, Kak."

 

"Trus apa? Mau minta maaf?"

 

"Bukan itu, aku minta surat resmi cerai secepatnya," jawabku di sela senyum.

 

Bersambung ....

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Melsa Samosir
kok buka ceritanya di gabung dengan cerita yang lain,ini aplikasi kok aneh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Ekstra Part

    Ekstra partPov YudaSebelum Ridwan menjemput Dinda di desa.Kuputuskan bertemu pak Ridwan. Mungkin ia masih marah dengan kejadian semalam. Tak peduli jika ia memukulku lagi. Yang kuinginkan, ia bisa membuat Dinda bahagia. Hanya itu."Pak Yuda mau ke mana?""Bu Bunga, aku ingin bertemu Pak Ridwan." Aku bangkit dari sofa. Semalam aku diajak ke rumahnya. Semua hanya ingin mengobatiku."Tapi Pak Yuda masih sakit, gimana kalau ia memukul lagi dan ....""Jangan khawatir, Bu. Aku bisa hadapi.""Pak Yuda." Tiba-tiba tanganku ditahan."Bu Bunga kenapa?" Air mata itu mengkhawatirkan aku. Astaga, apakah Bunga punya perasasn padaku?Bunga wanita cantik dan baik. Lelaki mana yang bisa menolaknya. Ia juga cerdas sama seperti Dinda. Hanya saja, ia bukan Dinda. Dinda wanita sederhana serta mandiri. Itulah kelebihannya dari Bunga. Tentu yang lebih penting tentang rasa."Bu Bunga, kenapa?" tanyaku lagi. Kenapa aku merasa tak tega melihatnya menangis untuku."Kenapa? Apakah Dinda sepenting itu bagimu?"

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 51 Tamat

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 51 ( TAMAT )Desa ini sangat indah, bangunan rumah mulai banyak. Teringat waktu kecil, setiap liburan pasti ke desa ini. Tapi itu hanya kenangan. Kulihat dekat sungai. Ada sedang pembangunan jembatan. Ramainya para pekerja membuat jalan ini tidak terlihat sepi.Rumah nenek sangat sederhana. Dulu rumah ini masih berdinding papan. Orang tuaku berhasil merehap rumah ini sehingga layak huni dan kokoh. Lantai pun sudah dikeramik. Rumah kecil dengan halaman yang luas. Sekeliling rumah banyak bermacam pohon buah-buhan sebelum menginjakkan kaki di perkebunan teh yang sangat luas.Kubuka pintu rumah. Rumah ini sudah lama tak berpenghuni semenjak nenek meninggal setahun yang lewat. Perabotan rumah dan tempat tidur sudah ditutup kain putih agar debu tak menempel.Kuletakkan tas di kamar. Lalu aku mulai membersihkan rumah ini. Harus sedikit ekstra tenaga karena baru juga sampai. Untung kak Murni sudah persiapkan bahan makanan hingga untuk tiga hari ke depan,

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 50 Di Waktu Yang Salah

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 50 ( di waktu yang salah )Kak Yuda langsung berdiri saat pak Ridwan mendekati kami. Kuseka air mata agar pak Ridwan tak melihatku menangis. Bodohnya aku menangis jika merasa tak dihargai."Ini belum terlanjur, Dinda," ucapku di hati berusaha mensugesti diri."Dinda dan Pak Yuda, ngapain di sini?" tanya pak Ridwan melihatku, lalu memalingkan muka ke kak Yuda."Mmm ini, Pak Ridwan a ...." Belum sempat kak Yuda melanjutkan jawabannya, terdengar seseorang memanggil. "Ridwan! Ridwan!" Ternyata Gina memangil sambil melangkah mendekat. "Kamu ke mana aja? pesta dansanya akan dimulai, ayok." Gina menarik tangan pak Ridwan. Sangat terlihat ia berusaha mendapatkan kembali mantan suaminya.Dibanding Gina, aku tak ada apa-apanya masalah harta, ia dari keluarga pengusaha sukses, sedangkan aku hanya anak yatim piatu meskipun sudah tamat S1. Cari kerja pun dari usaha sendiri tanpa ada keluarga yang membantu. Melihat kejadian ini, kak Yuda langsung melihatku.

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 49 Kenapa Dia Yang ...

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 49 (kenapa dia yang menghapus air mataku?)Jadi wanita bersama kak Yuda keponakan pak Ismail. Pantas mereka sangat akrab, pak Ismail saja bersikap baik ke kak Yuda. Meskipun hanya sekali melihat, tapi aku bisa merasakan itu. "Aku Bunga." Wanita bernama Bunga itu mengulurkan tangan padaku. "Dinda," ucapku menyambut tangannya. Kami saling melempar senyum. Ada sesuatu yang kurasakan, namun sulit kugambarkan perasaan apa itu. Lalu Bunga juga bersalaman dengan pak Ridwan bentuk mereka berkenalan. Dan setelah itu kami duduk. Aku duduk di samping pak Ridwan dengan kursi yang berhadapan dengan kursi Bunga yang berdampingan dengan kursi kak Yuda."Kita seperti double date, ya," ucap pak Ridwan sambil membentangkan tangan kanannya di sandaran kursiku."Pak Ridwan bisa aja, lagian makan bakso di sini sangat menyenangkan, kebetulan saya suka melihat keramaian sana," tanggapan kak Yuda sambil menunjuk ke arah taman, banyak anak-anak berlari bermain. Wajah m

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 48 Wanita Bersama Kak Yuda

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 48 ( wanita bersama kak Yuda )Tanganku dilepas. Dari sorot mata pak Ridwan, seolah ia tak percaya dengan ucapanku. Lebih tepatnya terpengaruh dengan ucapan mantan suamiku yang muncul tiba-tiba. "Terserah kalau kamu tidak percaya," ucapku melangkah terus ke tepi jalan. "Tunggu, Din!" ucap pak Ridwan.Aku tak peduli dan terus melangkah."Dinda!" Tiba-tiba kak Angga berlari mendekat. Tanganku ditahan."Lepaskan aku!" Kutarik tangaku agar terlepas. Aku berhasil."Tunggu, Din, aku bukan ingin menyakitimu, sungguh, aku tak ada niat buruk.""Dinda!" Pak Ridwan memanggil sambil melangkah mendekat."Ikut denganku, Ibu ingin bertemu.""Tolong jangan ganggu hidupku, aku mohon." Kusatukan kedua telapak tangan memohon."Kamu mau apa lagi ke sini!" Tiba-tiba pak Ridwan menujuk kak Annga dengan mata melotot."Hey, santai, emang kamu siapa melarangku? Di sini uang dan kekuasaanmu tak berlaku, Dinda belum resmi menjadi Istrimu, jadi aku masih punya hak untuk i

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 47 Sikap dan Kepercayaan

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 47 (sikap dan kepercayaan)Aku terdiam menatap pak Ridwan. Bukan karena merasa bangga ia punya rasa cemburu padaku. Seorang pak Ridwan lelaki yang hampir mendekati sempurna bagiku, tapi ..., kenapa bersikap seperti posesif. Mudah-mudahan aku salah."Kenapa harus memecat Pak Boby, Mas? Yang salah kan aku?" Kutekan nada suara agar pak Ridwan tidak semakin marah."Kenapa sih kamu bela dia?" Pak Ridwan melihatku sekilas."Ini bukan membela tapi ...." Tak kuasa melanjutkan kata-kataku. Kupalingkan mata ke luar jendela kaca mobil lalu menyeka air mata. Tentu aku terkejut dengan suara lantang pak Ridwan.Tiba-tiba mobil dihentikan di tepi jalan yang agak sepi. Pak Ridwan menghela nafas besar. Terdengar nafasnya meskipun aku belum mengalihkan pandangan ke dia."Maafkan aku, tolong jangan menangis, Din." Suara pak Ridwan melunak.Tapi aku tetap memalingkan mata ke luar jendela."Aku hanya cemburu, itu karena aku takut kehilanganmu, apakah aku salah?"Aku t

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 46 Cemburu

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 46 (Cemburu)Ada rasa lega setelah meninggalkan kantor pak Ismail. Bukan karena pak Ismailnya, tapi karena kak Yuda yang menyulitkanku berucap. Seandainya aku jujur ke pak Ridwan dengan statusku mantan kak Yuda, apakah ia bisa mengerti?Aku takut ini jadi salah paham karena dari awal kebohongan ini tak sengaja hadir. Dan akhirnya berlanjut hingga beberapa kali pertemuan. Pertemuan kali ini diketahu pak Ismail, tak sengaja, semua serta tak disengaja."Hey, kenapa diam aja? Aku masih di sini loh, Din," ucap pak Ridwan membubarkan lumunanku."Iya, aku tau Mas Bos," jawabku berusaha santai ketahuan memikirkan sesuatu."Mikirin apa?""Nggak ada." Bingung mau jawab apa."Jangan bohong.""Mm siapa yang bohong?" Aku balik tanya."Lagi melamun mikirin apa?" Pak Ridwan tetap menyetir."Nggak ada.""Ya udah kalau nggak mau cerita, kita ke PT abadi dulu ya?""Apa? Harus ya?" tanyaku balik karena enggan ingin ke sana. Tentu aku malas bertemu kak Angga. Semenja

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 45 Diketahui Pak Ismail

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 45 (diketahui pak Ismail)Pov YudaKenapa rasanya sesak. Depan mata, kulihat wanita yang dicintai bersama lelaki lain. Sampai saat ini ia terus bersemayam di hati, pikiran dan bahkan bayangannya hadir di setiap malam. Dinda, Dinda ....Tatkala hati ini berbisik. Dekap aku dalam tatapan cinta meskipun dirimu sudah memilih yang lain. Tapi bibirmu diam dan bahkan mata itu berpaling. Bodohnya aku masih merasakan tak rela melihat tanganmu digenggamnya. Aku tahu, kamu hanya sebuah kenangan yang selalu mengikutiku. Entah sampai kapan.Dinda ...."Pak Yuda minta pendapat saya?" Reaksi wajah Dinda sedikit tegang. Apakah ia merasa kesulitan menjawab pertanyaanku. Tentu wanita yang dimaksud adalah dia. "Iya, Din, gimana pendapatmu jika kesempatan sedikit itu dimanfaatkan Pak Yuda merebut wanita yang dicintainya." Kali ini pak Ridwan yang ikut menjelaskan."Saya ..., saya juga bingung harus jawab apa. Mungkin Pak Ismail punya pendapat," ucap Dinda melihat ke

  • TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKAN AKU   Part 44 Situasi Sulit

    TERIMA KASIH TELAH MENCERAIKANKUPart 44 (situasi sulit)Pesan WA kak Yuda hanya kubaca tanpa dibalas. Jika aku terus berkomunikasi, ini menyulitkanku karena pasti ada-ada saja yang membuat kenangan kembali hadir. Aku sudah memutuskan harus setia. Pak Ridwan hampir sempurna di mataku, ya ..., di mataku.***[Sudah siap, Din?]Barusan kubaca pesan WA dari pak Ridwan, ops salah, mas Ridwan.[Siap apa, Mas?]Pesannya rancu hingga maksudnya tak nyambung dengan pikiranku.[Berangkat]Kubalas lagi.[Berangkat kerja?][Bukan, berangkat menemaniku di kantor]Rio Dewanto KW ada-ada saja. Menemani di kantor? Apa ia serius memecatku? Oh tidak.[Kerja?]Tanyaku lagi.[Bukan, menemaniku di kantor][Serius Mas Bos memecatku?] Kusertai dengan emoticon sedih.[Kamu itu calon istri Bos, kok sedih dipecat?][Aku cinta pekerjaanku, Mas Bos][Pekerjaan aja? Sama aku gimana?][Masih pagi, jangan bercanda, Mas Bos][Pagi itu membawa berkah, Sayangku]Kok mas bos terlihat lebay. Tapi aku harus membiasakan d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status