Share

Bab 2. Ternoda

last update Last Updated: 2025-09-16 00:15:51

Silaunya sinar matahari pagi yang menerobos masuk melalui kaca jendela kamar, membuat Giselle pelan-pelan mulai membuka matanya.

Ia menggeliat dan belum menyadari dimana dirinya berada. Ia duduk bersandar di kepala ranjang, sambil menguap merasakan ngantuk dan kepala yang masih terasa sakit akibat kebanyakan minuman memabukkan semalam.

“Ah, sepertinya semalam aku kebanyakan minum, sampai pusingnya belum juga hilang," keluh Giselle, yang memijat keningnya.

Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar yang tidak ada siapapun kecuali dirinya. Ia baru sadar kalau kamar itu bukanlah kamarnya, ataupun kamar sahabatnya.

“Astaga, ini kamar siapa? Kalau Kiara bawa aku pulang ke rumahnya, ini bukan kamar dia?” Giselle kebingungan hingga turun dari tempat tidurnya dan mengambil ponselnya.

Ia mencoba menghubungi Kiara dan tidak lama kemudian panggilannya pun telah diangkat.

“Halo," jawab Kiara dari seberang telepon sana.

"Ki. Kamu dimana?” tanya Giselle, tanpa basa-basi.

“Aku baru balik, kamu dimana sih. Aku tunggu malah gak ada, sampai aku ketiduran di parkiran?” oceh Kiara, yang nada suaranya terdengar kesal.

“Perasaan semalam itu aku naik mobil kamu deh dan aku pikir kamu yang bawa aku kesini?”

“Haaa … apa? Aku bawa kamu? Yang ada kamu yang menghilang!” terdengar suara Kiara terkejut.

Giselle menggaruk kepalanya yang tak gatal dan semakin bingung dengan keberadaannya sekarang ini.

Sampai akhirnya ia melihat seorang pria dewasa telah keluar dari kamar mandi, hanya memakai handuk yang dililitkan di pinggangnya, membuatnya mematung.

“Halo … halo … halo, Gis ….” teriak Kiara dari seberang telepon memanggil manggil Giselle yang hanya diam saja.

Tak ada jawaban dari Giselle, karena sibuk memandang pria yang berjalan menuju kearahnya.

Giselle mundur ketika Axel sudah mendekat padanya dan tersenyum manis padanya, membuat jantungnya seketika berdegup kencang, antara cemas dan khawatir.

“Kau sudah bangun?” tanya Axel, yang menaikkan satu alisnya.

“I-iya, Om siapa? Kenapa ada disini?” Giselle gugup, tapi berusaha memberanikan diri bertanya siapa pria itu, tanpa mematikan ponselnya.

Ia memang suka dugem dan dekat dengan beberapa pria dewasa, tapi kalau satu kamar seperti sekarang ini sama sekali belum pernah dilakukannya.

“Aku Axel dan ini adalah apartemenku! Apa kau lupa semalam kamu masuk dalam mobilku dan bergelayut manja padaku? Bahkan di ranjang pun kau tampak li-ar.” Axel tersenyum menyeringai, sambil menaik turunkan kedua alisnya, menggoda.

Tubuh Giselle langsung lemas tak berdaya, mendengar penjelasan dari Axel. Hingga tak terasa air matanya menetes.

“Halo, Gis. Kamu bicara sama siapa dan kenapa kamu?” tanya Kiara, yang masih mendengar semua pembicaraan mereka melalui panggilan telepon.

“Om, jahat!” teriak Giselle, yang mengabaikan pertanyaan Kiara.

Ia berlari meninggalkan kamar dan keluar dari apartemen, masih dengan berderai air mata tanpa memperdulikan Axel yang tengah bengong melihatnya marah.

Axel menarik nafasnya dalam dan membuangnya kasar memandang Giselle yang sudah menghilang dari balik pintu kamarnya.

“Dasar ABG oon, mana mungkin bisa main kalau dianya aja ngorok.” Axel menggeleng-gelengkan kepalanya, merasa lucu.

Awalnya tadi Axel hanya iseng dan ingin tau bagaimana reaksinya, ketika mengetahui dirinya menidurinya. Namun tidak disangka justru hal itu dianggap serius.

“Kalau dia reaksinya seperti itu apa mungkin dia nggak pernah digerayangi sama pria-pria hidung belakang ya? Secara kan dia kelihatan badung banget. Ah mungkin dia cuma akting biar aku merasa bersalah. Aku harus tetap pada tujuanku dan kau tidak bisa lari dariku. Mau dia masih perawan atau tidak, aku tak peduli!” gumam Axel.

Ia melangkah menuju lemari pakaian dan segera memakai bajunya, karena harus secepatnya pulang.

Dari apartemen Axel, Giselle tidak langsung pulang, melainkan menuju rumah Kiara.

Sepanjang perjalanan Giselle hanya menangis memikirkan dirinya yang tidak lagi suci, akibat pria yang tidak dikenalnya. Sampai akhirnya taksi yang ditumpangi sudah berbelok ke rumah Kiara dan berhenti.

“Maaf, Nona. Kita sudah sampai!” ujar sopir taksi setelah sekian lama menunggunya turun, tapi tidak juga bergeming dari duduknya.

Giselle hanya mengangguk, sambil mengusap air matanya dan membayarnya, setelah itu ia turun dari taksi. Melangkah menuju pintu rumah sang sahabat.

Tangannya mengambang di udara, merasa ragu untuk mengetuk pintu rumah Kiara. Ia butuh teman berbagi cerita, tapi merasa malu, karena ini merupakan hal yang sensitif.

Ia menarik nafasnya dalam dan membuangnya kasar, berusaha meyakinkan diri kalau sahabatnya bisa memegang rahasia, karena sekarang ini ia butuh teman berbagi cerita.

Sebelum ia mengetuknya, pintu sudah terbuka dan tampaklah Kiara yang menatap dirinya penuh selidik.

“Ayo masuk!” ajak Kiara, sambil memegang lengan Giselle.

“Iya.”

Keduanya masuk dalam rumah dan Kiara membawanya menuju kamarnya agar bebas berbicara dengan sahabatnya tanpa ada yang mendengar.

“Kenapa? Aku dengar tadi ada cowok yang bicara sama kamu dan kamu juga berteriak. Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Kiara mengintrogasi sang sahabat, sambil duduk di atas ranjang.

Giselle tidak langsung menjawab dan justru memeluk sahabatnya dengan meneteskan air matanya.

“Aku nggak tau siapa om-om itu, tapi dia bilang namanya Axel,” lirih Giselle.

“Kok bisa kamu sama dia dan malah ninggalin aku di parkiran? Kamu tau nggak aku sampai ketiduran dan panik pas liat kamu nggak ada?” tanya Kiara yang mengusap-usap punggung Giselle.

“Aku udah katakan kalau aku nggak tau, dia bilang aku masuk dalam mobilnya, selain itu aku juga nggak sadar kalau dia ….” Giselle menghentikan kata-katanya, merasa ragu untuk menceritakan apa yang terjadi pada dirinya.

Kiara melepaskan pelukannya dan menatap Giselle dengan mengerutkan dahinya penuh rasa penasaran.

“Dia kenapa?” tanya Kiara, sedikit menegang.

“Dia udah obok-obok aku, Huaaaa ….” Giselle mengencangkan tangisnya mengingat apa yang dikatakan Axel tadi.

“Maksudnya gimana?” Kiara gagal paham dengan apa yang dimaksud Giselle.

“Masak gitu aja gak tau, bego banget sih kamu!” kesal Giselle, masih dengan menangis.

“Ya mana aku tau? Coba yang jelas, apa yang diobok-obok?” Kiara semakin bingung, karena benar-benar tidak mengerti maksud dari apa yang dikatakan sahabatnya.

“Dia udah ambil kesucian aku!” Giselle mengambil selimut dan membuang ingusnya yang berleleran

Srot … srot … srot ….

Kiara terkejut atas pengakuan Giselle hingga matanya membulat sempurna dan hampir terlepas dari tempatnya.

“Kok bisa?” tanya Kiara, yang semakin tegang.

“Ya mana aku tau? Kejadian itu aja aku sama sekali nggak ingat.”

“Astaga, astaga, bisa-bisa kecebong dia tumbuh di rahimmu tuh!” Kiara menjadi panik sendiri, membuat Giselle semakin merasa takut.

“Nggak! Aku nggak mau hamil anaknya om-om itu!” teriak Giselle, yang kembali menangis sejadi-jadinya.

“Tenang dong, kamu jangan nangis, sebentar aku ambil obat kontrasepsi dulu di ruang kerja Mama.”

Kiara memang anak seorang dokter spesialis kandungan, sehingga di rumahnya ada berbagai jenis alat kontrasepsi dan juga obat-obatan lainnya.

Dengan cepat Kiara keluar dari kamarnya menuju ruang kerja ibunya dan berharap kalau ibunya tidak menyadari, jika alat kontrasepsi berbentuk pil hilang satu.

Kini ia sudah kembali lagi ke kamar dan menyuruh Giselle segera meminumnya. Supaya tidak hamil.

“Cepat minum itu sesuai petunjuk, semoga kecebong-kecebong itu belum tumbuh di rahim kamu!" Printah Kiara, yang menyodorkan alat kontrasepsi.

“Tapi inikan sebelum melakukan anu?" Giselle menerimanya dengan ragu.

“Itu yang biasa, ini yang khusus darurat, biasanya Mama memberikan ini sama cewek yang diperkaos!” ujar Kiara menjelaskan.

“Memang ada yang kayak gitu?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 23 Menyusun Sandiwara

    Sepulang sekolah, Giselle langsung pergi ke apartemen milik Axel dan tidak memintanya untuk menjemputnya. Disanalah ia baru memintanya agar segera datang menemuinya.Sambil menunggu Axel datang, Giselle terus saja kepikiran tentang perkataan Kiara. Awalnya ia tidak mau mengambil pusing tentang hal itu, tapi lama-lama menganggu pikirannya dan akhirnya memutuskan buat menanyakan siapa wanita yang dilihat Kiara di mall kemarin.Lima belas menit kemudian, pintu apartemen telah terbuka, tampaklah Axel masuk dengan bibir yang menyunggingkan senyum manisnya memandang Giselle yang sedang duduk di sofa.“Baby, kamu kenapa tumben banget nggak mau di jemput dan pengen aku datang kesini?” tanya Axel, yang telah membelai lembut kepala Giselle.“Maaf, aku telah menganggu pekerjaanmu, tapi ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu dan ini penting supaya aku tidak kepikiran.”Axel mengerutkan keningnya menatap Giselle, sambil d

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 22. Takut Kehilangan

    Di dalam kelas, sambil menunggu guru masuk dalam ruangan, mereka semua ngobrol bersama teman-temannya masing-masing, termasuk Giselle dan Kiara.Mereka berdua ngobrol dengan santai, sampai akhirnya Kiara mengingat sesuatu yang dilihatnya kemarin sore saat berada di mall.Sesaat ia ragu untuk mengatakan semua itu, tapi sebagai sahabat ia tidak bisa diam saja.“Oh, iya. Kamu kan udah pacaran sama Om Axel nih, apa kamu pernah dikenalkan sama keluarganya atau kakaknya gitu?” tanya Kiara, yang menyipitkan matanya penuh selidik.Giselle merasa aneh karena tiba-tiba saja sahabatnya itu menanyakan hal tersebut padanya. “Memangnya kenapa?”“Nggak ada apa-apa, cuma penasaran aja,” jawab Kiara yang tersenyum tipis.“Aku memang belum pernah diperkenalkan sama orang tuanya, tapi dia pernah bilang anak tunggal.” Kiara mengangguk pelan dan kembali merasa ragu untuk memberitahu kalau kemarin sore diri

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 21. Akal Bulus Axel

    Kali ini Axel tidak menyetir mobilnya sendiri, sehingga ia bisa leluasa memeluk Giselle yang tengah menyandarkan kepalanya di bahunya.“Baby, maaf kalau hari ini kita hanya bisa makan siang dan tidak bisa menghabiskan waktu bersama seperti biasanya, soalnya Papa aku memintaku segera pulang. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan,” ucap Axel, yang membelai lembut kepala Giselle.“Tidak apa-apa, Sayang. Aku juga pengen istirahat, rasanya badanku capek semua setelah pulang dari bandung kemarin,” jawab Giselle, yang semakin mengeratkan pelukannya.“Oke, kita makan siang dulu setelah itu kamu pulang dan istirahat.”“Ya.”Kali ini Axel berbohong dengan Giselle, karena akan cepat pulang supaya bisa mematahkan kecurigaan dan dugaan Alina tentang  perselingkuhannya.Dengan demikian Alina berhenti mencurigainya dan hubungannya dengan Giselle tetap aman. Bukan karena ia takut kehilangan A

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 20. Mulai Mengetahui

    Setelah kepergian David, Alina kembali ke kamarnya. Meskipun ia merasa sakit hati atas kabar perselingkuhan suaminya, tapi ia masih menyiapkan baju ganti buat suaminya seperti biasanya.Sepuluh menit kemudian, Axel keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk yang dililitkan di pinggangnya.“Mas, kamu malam ini mau makan apa?” tanya Alina, duduk di sofa tunggal yang ada dalam kamarnya.“Aku ikut apa yang kamu inginkan,” jawab Axel, sambil memakai bajunya.Alina mengangguk dan tidak berbicara apapun lagi, ia masih berpikir bagaimana caranya mengetahui wanita simpanan suaminya itu.‘Oke, daripada pusing-pusing mendingan aku ikuti saja kemanapun dia pergi. Setelah aku tau siapa dia, awas aja. Bakal aku labrak tuh anak ingusan yang berani-beraninya menggoda suamiku!’ batin Alina dengan tekad yang kuat, sedangkan kedua tangannya mengepal.Selesai ganti baju, Axel menghampiri Alina dan duduk disampi

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 19. Cepat Atau Lambat Aku Pasti Mengetahui

    Memikirkan apa yang dikatakan teman-teman arisannya, membuat Alina merasa kecewa. Suami yang dibanggakan dan dicintai kini dibicarakan oleh banyak orang, karena hubungannya dengan seorang gadis remaja.“Apa aku cari informasi dari David aja ya, tentang semua kebenaran ini? Eh, tapi kalaupun dia tau pasti tidak akan membocorkannya padaku dan aku yakin itu,” gumam Alina bimbang.Sebelumnya ia tidak pernah membayangkan kalau suaminya akan mengkhianati cintanya dan mencari wanita lain. Namun kini ia mendapatkan kabar kalau suaminya memiliki wanita idaman lain.Sebagai wanita ia paham kalau dirinya bukanlah wanita yang sempurna, karena belum bisa memberikan keturunan, tapi ia juga tidak mau diselingkuhi seperti ini. “Aku harus cari tau siapa wanita simpanannya. Setelah itu, baru aku akan pikirkan langkah selanjutnya,” gumam Alina dengan mengepalkan tangannya menahan amarahnya.Ia turun dari ranjang dan mencari sesuatu

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 18. Mendengar Kabar Axel Selingkuh

    Di dalam mobil, Raka sibuk membaca koran, sambil menunggu Giselle pulang sekolah, namun kegiatan itu terhenti saat ponselnya berbunyi.Ia segera mengambilnya dan melihat siapa yang menghubunginya. Ia tersenyum, ketika mengetahui kalau ibunya lah yang menghubunginya. Dengan segera ia pun mengangkatnya.“Halo, Ibu. Ada apa?” tanya Raka, setelah berhasil mengangkat teleponnya.“Halo, Raka. Kau lihat ini!” ucap laki-laki yang menelponnya memakai ponsel ibunya dan mengalihkan panggilannya menjadi video call.Dengan cepat Raka menerima peralihan dari panggilan suara menjadi video call. Ia terkejut dengan mata membulat sempurna, melihat ibu dan adiknya disekap di gudang belakang rumahnya dengan tangan terikat ke belakang.“Hai, kalian siapa? Lepaskan ibu dan adikku!” teriak Raka.“Kalau kau mau mereka berdua selamat, temui aku disini!” kata pria bertopeng itu.“Oke, aku kesana sekarang juga da

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status