Home / Romansa / TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN / Bab 3. Aku Menginginkannya

Share

Bab 3. Aku Menginginkannya

last update Last Updated: 2025-09-16 00:28:09

Axel baru saja tiba di rumah, dilihat istrinya sudah menyambutnya dengan wajah dilipat, hanya karena semalaman dirinya tidak pulang.

“Sayang, kenapa wajahmu kelihatan kesal gitu? Apa kamu nggak suka suamimu pulang?” tanya Axel, yang tersenyum mentoel hidung istrinya.

“Suka, tapi aku kesal. Masa malam Minggu juga kamu ada pekerjaan, terus kapan ada waktu buat aku?” protes Alina, masih dengan wajah dilipat.

“Maaf, ini memang diluar dugaanku. Tadinya aku habis keluar bareng David mau langsung pulang dan malam mingguan bareng kamu, tapi malah ada kerjaan mendadak. Aku janji seharian ini waktuku hanya buat kamu.” Axel sebisa mungkin memberikan alasan yang masuk akal, supaya Alina tidak marah dan cemburu mengetahui dirinya bersama wanita lain.

“Tau ah, aku kesel sama kamu, Mas!” Alina melangkah meninggalkan Axel begitu saja, menuju kamar pribadinya.

Axel menarik nafasnya dan membuangnya kasar, kemudian ia mengejar Alina. Dalam kamar ia memeluk istrinya dari belakang.

“Maaf, lain kali aku usahakan nggak melakukan pekerjaan apapun lagi, saat libur kerja,” bisik Axel, lalu dengan lembut mengecup leher sang istri.

Sejenak Alina memejamkan matanya, sambil menarik nafas dalam, berusaha menghilangkan rasa kesalnya pada Axel, kemudian memutar tubuhnya memandangnya.

“Kamu serius?” tanya Alina tidak yakin.

“Iya,” jawab Axel berusaha meyakinkan.

“Oke, kali ini aku memaafkanmu.” Pada akhirnya Alina luluh.

“Thanks." Axel tersenyum dan langsung membopong istrinya dan membawanya menuju ranjang, kemudian merebahkan tubuh istrinya pelan.

“Mau apa?” tanya Alina curiga.

Axel tak menjawab dan justru tersenyum menggoda. Secepat kilat telah menciumnya dengan lembut.

Alina tidak menolak dan malah membalasnya, membuat Axel memperdalam ciumannya, sedangkan tangannya menjelajah kebagian yang paling disukai.

Namun saat ia hendak membuka pakaian istrinya, tiba-tiba ponsel istrinya berbunyi.

“Tunggu sebentar!” ujar Alina, yang memegang tangan Axel.

Axel menggelengkan kepalanya, berusaha mencegahnya. “Nggak usah diangkat."

“Kalau penting bagaimana? Kita lanjutkan nanti saja, oke?”

Axel berdecak kesal, tapi ia tidak bisa menolaknya. Dengan wajah kecewa ia pun bangun dari atas tubuh Alina dan merebahkan tubuhnya disampingnya.

Alina bergegas bangun dan mengambil ponselnya di atas nakas, ia melihat jika.itu merupakan panggilan dari teman arisannya. Dengan cepat ia pun mengangkatnya.

“Halo, Jeng. Ada apa?” tanya Alina, setelah berhasil mengangkat teleponnya.

“Astaga, Jeng Alin, apa kamu lupa kalau hari ini kita arisan?”

“Oh, sorry. Aku sedikit sibuk jadi lupa, tapi tenang aja, aku segera berangkat,” jawab Alina beralasan.

“Baiklah, kami tunggu!”

Panggilan telepon telah berakhir dan Alina bergegas memperbaiki pakaian dan make-up nya yang sudah berantakan akibat ulah suaminya.

Dirasa cukup rapi Alina menghampiri Axel yang masih tiduran di atas ranjang sambil memandang dirinya.

“Sayang, maaf. Aku harus pergi arisan dulu."

“Jadi ini gak dilanjut?” tanya Axel, yang langsung bangun dari tidurnya.

Alina menggelengkan kepala pelan. “Nanti malam aja, aku janji berapapun yang kamu mau, aku layani dan aku pastikan kamu puas.”

Sejujurnya Alina merasa bersalah pada Axel, karena tidak bisa melayaninya, tapi ia tidak mungkin tiba-tiba saja membatalkan janjinya dalam waktu hitungan menit.

“Bisa tidak kita main sekali aja, setelah itu baru kamu pergi?” Axel mencoba bernegosiasi supaya hasratnya dapat tersalurkan.

“Sorry, aku sudah ditunggu sama mereka dan aku nggak enak kalau membuat mereka menunggu terlalu lama," tolak Alina.

“Ya udah, pergilah!” Dengan rasa kecewa akhirnya Axel membiarkan Alina pergi.

Alina tersenyum mengecup kening suaminya. Setelah itu, ia melangkah keluar dari kamarnya.

Kini di kamar itu hanya tinggal Axel seorang diri yang sudah merasakan jika juniornya telah bangun.

“Huh, sial! Tadi dia protes, karena aku nggak pulang semalaman. Sekarang giliran baru mau enak-enakan malah pergi gitu aja,” gerutu Axel, sambil turun dari tempat tidur.

Ia masuk dalam kamar mandi menyelesaikan urusannya dengan juniornya yang terlanjur bangun.

***

David baru saja selesai sarapan dan hendak bersantai mumpung hari libur, tapi ponselnya sudah berdering.

“Halo, selamat pagi, Tuan?” sapa David, setelah mengetahui jika yang menghubunginya adalah Axel.

“Pagi, sorry kalau aku ganggu waktu liburmu, tapi ada sesuatu yang ingin aku bicarakan sama kamu.”

“Memangnya ada hal penting apa yang ingin Anda bicarakan sama saya?”

“Aku nggak bisa bicara di telepon, tapi bisakah kamu ke rumah?”

“Bisa, Tuan. Lima belas menit lagi saya sampai.”

“Oke, aku tunggu kamu di ruang kerjaku!”

“Baik, Tuan.”

Panggilan telepon telah berakhir, semua rencana bersantainya gagal total dan David bergegas berganti dengan pakaian kerjanya.

Dirasa cukup rapi, ia segera meninggalkan rumah dan menjalankan mobilnya menuju kediaman sang atasan.

Sesampainya disana, ia langsung masuk menuju ruang kerja milik Axel di rumah mewah tersebut.

Tok, tok, tok.

David mengetuk pintu ruang kerja Axel dan setelah disuruh masuk barulah membuka pintunya. Kini mereka berdua sudah duduk berhadap-hadapan, dibatasi oleh meja kerja.

“Maaf, Tuan. Sebenarnya ada hal penting apa yang ingin Anda bicarakan?” tanya David, tanpa basa-basi.

“Tentang cewek itu.”

“Cewek?” David mengerutkan keningnya, mencoba mengingat siapa yang dimaksud Axel.

“Itu loh cewek kecil yang ada di apartemenku?” Axel berusaha menjelaskan siapa wanita yang dimaksud.

“Oh ….” David baru paham setelah Axel menyebut apartemen. “Memang kenapa sama cewek itu? Apa dia nggak mau pulang atau masih tidur sampai sekarang?”

“Dia udah kabur sebelum aku tau namanya.” Axel tidak menceritakan keusilannya yang membuat Giselle pergi.

“Bagus dong, itu artinya dia tidak lagi menyusahkan Anda.”

“Iya, tapi aku mau kamu mencari tau tentang dia!”

“Buat apa?” David mengerutkan keningnya heran sekaligus bingung.

“Aku menginginkannya!”

David terkejut atas apa yang dikatakan Axel dan menurutnya ini sangat tidak masuk akal. Tidak pernah tuannya itu menginginkan seorang wanita kecuali istrinya sendiri, tapi ini baru pertama kali melihat malah langsung terpikat.

“Apa sekarang ini Anda sedang bercanda?” tanya David memastikan.

Axel menggelengkan kepalanya. “Nggak.”

“Jadi Anda beneran terpesona pada pandangan pertama?”

“Nggak juga?” Axel menggelengkan kepalanya pelan.

“Lalu?” David merasa bingung dengan jawaban Axel.

“Aku sebenarnya pengen punya keturunan, tapi kamu tau sendiri kalau aku dan Alin sulit memiliki keturunan. Apalagi sekarang dia sudah 30 tahun lebih dan sudah pasti kesuburannya menurun. Aku ingin cewek ABG itu mengandung benihku, aku yakin di usianya yang masih muda dia pasti sedang subur-suburnya." Axel berusaha menjelaskan apa yang selama ini diinginkannya.

David terperangah dan hampir saja tak percaya dengan pengakuan Axel barusan, tapi itulah kenyataannya.

“Jadi Anda mau menjadikan dia madu?”

“Tidak, aku cuma ingin dia hamil anakku, setelah itu aku akan mengasuh anak kami dan dia bisa bebas pergi.”

“Itu sama saja menyakitinya, Tuan. Saya yakin kalau dia tidak akan mau.” David sedikit tidak setuju dengan niat Axel.

“Kamu tenang aja, aku akan menjeratnya dengan cinta, sehingga dia tidak akan tau apa yang telah aku rencanakan ini.” Axel menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya.

“Menurut saya ini benar-benar gila, Tuan. Hati-hati bermain dengan cinta. Bisa saja Anda tidak bisa keluar dari permainan Anda sendiri dan Anda yang akan menderita,” ujar David memperingatkan.

“Aku nggak akan memakai perasaan, saat berhubungan sama dia. Lagian aku sangat mencintai Alin. Aku nggak mungkin bisa jatuh cinta sama cewek ABG seperti dia.” Axel masih merasa yakin akan cintanya pada Alina dan tidak akan mungkin bisa mencintai wanita lain termasuk Giselle sekalipun.

Baginya Giselle hanyalah sebuah alat pengantar kebahagiaannya bersama Alina dan tidak lebih dari itu.

“Lalu apa yang mau Anda katakan sama Nyonya kalau seandainya cewek itu sudah melahirkan anak Anda?”

“Ya aku bilang aja kalau aku mengadopsi bayi itu, sebagai pewaris semua yang aku miliki dan aku yakin kalau Alina pasti setuju, karena tidak mungkin kami tak memiliki pewaris," jawab Axel dengan entengnya, seraya tersenyum.

Sebagai asisten pribadi David sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi kecuali menyetujui apa yang diinginkan Axel. Terpenting dirinya sudah mengingatkan, jika apa yang akan dilakukan Axel itu hanya akan menjadi bumerang bagi diri sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 5. Pernyataan Cinta

    Kiara duduk di atas ranjang, memandang Giselle dengan sangat serius dan penuh rasa penasaran. Ia sudah tidak sabar ingin mengetahui cerita tentang kebersamaan sahabatnya dengan Axel tadi. “Gimana tadi? Ayo dong cerita sama aku, tentang kebersamaanmu sama om-om itu. Terus kalian pergi kemana aja? Apa dia mau tanggung jawab tentang kejadian malam itu atau tidak?” Sederek pertanyaan telah keluar dari bibir Kiara. “Huh, kebiasaan banget sih, coba kalau tanya itu satu-satu!” kesal Giselle, yang diberondong dengan sejumlah pertanyaan oleh Kiara. “Oke, kalian tadi pergi kemana?” tanya Kiara dengan gaya kemayu. “Cuma makan di restoran dan nggak kemana-mana," jawab Giselle, sambil senyum-senyum. “Terus dia ngomong apa? Apa dia mau tanggung jawab atas apa yang dilakukannya?” tanya Kiara, yang begitu kepo-nya. “Aku belum sempat ngebahas soal itu, otak ku tiba-tiba ngeblank, saat dia mengatakan cinta dan dia bilang suka sama aku, sejak pertama kali lihat aku di klub malam kemarin,"

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 4. Kembali Bertemu

    Di kantor, Axel begitu sibuk dengan pekerjaannya, tapi tiba-tiba saja pintu ruang kerjanya telah diketuk dari luar. Tok, tok, tok. “Masuk!” titah Axel, tanpa mengalihkan pandangannya dari laptopnya. Pintu terbuka dan tampaklah David masuk dan duduk dihadapan Axel tanpa disuruh terlebih dahulu. “Ada apa?” tanya Axel, yang sudah menghentikan pekerjaan. “Saya sudah mendapatkan semua informasi tentang gadis remaja yang Anda inginkan.” “Siapa dia?” tanya Axel, penuh rasa penasaran. “Namanya Giselle Anastasia, usia 18 tahun, masih sekolah SMA kelas lll, kedua orang tuanya pengusaha sukses, tapi mereka bercerai dan dia kadang tinggal di rumah ibunya, tapi sering di rumah ayahnya …..” David menceritakan semua tentang Giselle secara detail. “Jadi dia belum punya kekasih?” tanya Axel, setelah mendapatkan penjelasan dari David. “Belum.” “Oke, kalau begitu mulai hari ini aku akan mendekatinya.” Axel begitu antusias, saat mengetahui dirinya memiliki peluang besar untuk mendapa

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 3. Aku Menginginkannya

    Axel baru saja tiba di rumah, dilihat istrinya sudah menyambutnya dengan wajah dilipat, hanya karena semalaman dirinya tidak pulang. “Sayang, kenapa wajahmu kelihatan kesal gitu? Apa kamu nggak suka suamimu pulang?” tanya Axel, yang tersenyum mentoel hidung istrinya. “Suka, tapi aku kesal. Masa malam Minggu juga kamu ada pekerjaan, terus kapan ada waktu buat aku?” protes Alina, masih dengan wajah dilipat. “Maaf, ini memang diluar dugaanku. Tadinya aku habis keluar bareng David mau langsung pulang dan malam mingguan bareng kamu, tapi malah ada kerjaan mendadak. Aku janji seharian ini waktuku hanya buat kamu.” Axel sebisa mungkin memberikan alasan yang masuk akal, supaya Alina tidak marah dan cemburu mengetahui dirinya bersama wanita lain. “Tau ah, aku kesel sama kamu, Mas!” Alina melangkah meninggalkan Axel begitu saja, menuju kamar pribadinya. Axel menarik nafasnya dan membuangnya kasar, kemudian ia mengejar Alina. Dalam kamar ia memeluk istrinya dari belakang. “Maaf, lai

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 2. Ternoda

    Silaunya sinar matahari pagi yang menerobos masuk melalui kaca jendela kamar, membuat Giselle pelan-pelan mulai membuka matanya. Ia menggeliat dan belum menyadari dimana dirinya berada. Ia duduk bersandar di kepala ranjang, sambil menguap merasakan ngantuk dan kepala yang masih terasa sakit akibat kebanyakan minuman memabukkan semalam. “Ah, sepertinya semalam aku kebanyakan minum, sampai pusingnya belum juga hilang," keluh Giselle, yang memijat keningnya. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar yang tidak ada siapapun kecuali dirinya. Ia baru sadar kalau kamar itu bukanlah kamarnya, ataupun kamar sahabatnya. “Astaga, ini kamar siapa? Kalau Kiara bawa aku pulang ke rumahnya, ini bukan kamar dia?” Giselle kebingungan hingga turun dari tempat tidurnya dan mengambil ponselnya. Ia mencoba menghubungi Kiara dan tidak lama kemudian panggilannya pun telah diangkat. “Halo," jawab Kiara dari seberang telepon sana. "Ki. Kamu dimana?” tanya Giselle, tanpa basa-basi. “A

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 1 Salah Masuk

    Axel keluar dari mobil mewahnya dan dengan gagahnya masuk dalam sebuah klub malam diikuti oleh asisten pribadinya dari belakang. Ini merupakan hal yang biasa baginya, saat ia sudah mulai jenuh dengan semua kesibukannya sebagai seorang pimpinan perusahaan terbesar di kota tersebut. Dengan menyilangkan kakinya, ia duduk di sofa ruang VIP, sambil menikmati minuman memabukkan dan suara musik DJ yang memecah keheningan klub malam tersebut. Seorang wanita malam telah datang menghampirinya dan mencoba menggodanya. Namun nampaknya Axel kurang nyaman dengan kehadiran wanita tersebut. hingga ia menyuruh asisten pribadinya agar membawanya jauh-jauh dari dirinya. “David, singkirkan wanita ini dariku!” titah Axel yang sedikit sedikit menggeser duduknya. David pun mengangguk. “Baik, Tuan.” David beranjak dari duduknya dan sedikit menarik tangan wanita itu dengan perasaan heran, karena biasanya tuanya itu senang bermain-main dengan wanita malam. Mau tidak mau wanita itupun mengikuti D

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status