Home / Romansa / TERLAHIR KEMBALI: ISTRI NAKAL SANG CEO / PEMBALASAN DIBALIK SENYUMAN

Share

PEMBALASAN DIBALIK SENYUMAN

Author: Kak Upe
last update Huling Na-update: 2025-12-10 08:28:57

Untuk beberapa menit, Zenia hanya diam. Ia memegang cangkir teh hangat itu seolah-olah sedang menenangkan dirinya, padahal ia sedang menakar kata-katanya. Lidya dan kakaknya berhenti tertawa hanya untuk memastikan apakah perempuan kampungan ini sedang bersiap menangis atau membela diri.

Tapi setelah menunggu, tidak ada air mata.

dan tidak ada pula suara yang pecah.Hanya keheningan yang pelan-pelan berubah menjadi sesuatu yang membuat Lidya tidak nyaman.

Zenia meletakkan cangkir itu kembali ke meja. Tangannya halus, gerakannya lembut. Mata yang tadi tertunduk kini terangkat perlahan, bukan menantang, tapi juga bukan sebuah cerminan keminderan.

“Aku memang hanya gadis desa,” ucapnya dengan nada serendah kapas, “dan ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di kota setelah lima belas tahun lamanya.”

Semua orang dalam ruangan menoleh.

“Tapi…” Zenia menoleh pada ayah dan ibu mertuanya, bibirnya melengkung sedikit, “paling tidak, aku masih ingat mendiang ibuku pernah mengatakan… jika orang tua sedang berbicara, maka anak harus mendengarkan.”

Ia berhenti sejenak, wajahnya memancar lembut dan kepolosan. “Begitu, kan Ma? Pa?”

Ayah mertua Zenia sedikit terangkat alisnya, tidak menyangka dialamatkan dengan cara sehalus itu. Ibu mertuanya menatap Zenia dengan cara berbeda—lebih hati-hati, dan terlihat lebih mempertimbangkan.

Zenia berdiri pelan, mengambil teh panas yang tadi diletakkan pelayan di meja, lalu mendekat pada kedua mertuanya. Gerakannya rapi, penuh tata krama.

“Hati-hati, Ma… ini masih panas,” ujarnya pelan sambil memberikan cangkir itu pada ibu mertua. “Ini Pa. Jangan sampai tangan Pa terkena panas.”

Nada lembut itu… kejujuran di matanya… sopan santun yang tidak dipaksakan… membuat seluruh ruangan berubah tenang.

Untuk sesaat, Lidya benar-benar kehilangan kata.

Belum pernah ada yang berbicara begitu sopan di depannya kecuali orang tuannya. Hal ini sekaligus membuatnya merasa seolah menjadi pihak yang tidak beradab. Tanpa sadar mengepal tangannya karena kesal. Dia yang dari keluarga beradab malah terlihat sangat tidak beradab karena sikap sopan Dan penuh Krama si gadis kampung.

Zenia kembali duduk di kursinya. Senyumnya tipis dan hangat— tapi di balik senyum itu, Isabella sedang tersenyum jauh lebih lebar.

“Walaupun aku dari desa,” lanjut Zenia sambil menunduk sedikit, “aku diajarkan untuk menjaga nama baik keluargaku. Dan sejak aku menikah, nama keluarga Alberto… berarti pakaian yang menutupi tubuhku.”

Ia mengangkat wajah dan tersenyum kecil. “Akan kujaga baik-baik.”

Ayah mertua mengangguk kecil.

Ibu mertua memandang Zenia lebih lama dari sebelumnya. Ada sesuatu yang berubah: sedikit rasa hormat, sedikit kelegaan.

Namun suasana itu tidak berlangsung lama.

“Alah, banyak omong.” Lidya menjentikkan lidah, wajahnya sinis. “Bagaimana kau bisa menjaga nama baik kakakku? Lihat dirimu. Penampilanmu saja tidak layak menjadi menantu keluarga Alberto.”

Ia menyisir Zenia dari ujung rambut hingga alas sepatu lusuh itu.

“Kalau aku berjalan bersamamu,” lanjutnya sambil menyilangkan tangan, “orang-orang akan mengira kau adalah pembantuku.”

Adik laki-laki Kenzo tertawa kecil, mendukung saudarinya.

Zenia tidak langsung membalas. Ia memejamkan mata sesaat, menahan gelombang emosi Isabella asli yang dulu begitu gampang pecah. Kini ia harus menjadi lebih dari sekadar gadis itu.

Ketika ia membuka mata, tatapannya berubah. Lembut… tapi menusuk.

“Aku tahu penampilanku tidak bagus hari ini, Ma, Pa,” ucapnya lirih, namun cukup keras untuk Lidya dengar. “Maklum saja… keluargaku tidak pernah memperhatikanku. Dan kehadiran ku di rumah ini pun aku sadari sebagai sebuah transaksi jual beli. Tapi aku tidak keberatan selama itu dapat mewujudkan baktiku pada keluarga ku.”

Lidya langsung terdiam. Ibu mertua Zenia mengerutkan kening. sementara Ayah mertuanya, pura-pura tidak mendengarkan apa yang baru saja Zenia katakan karena itu sama saja menyentilmya secara tidak langsung. ia hanya meletakkan cangkir pelan, pura-pura fokus pada Zenia yang sedang berbicara.

Zenia melanjutkan, suaranya rapuh, namun dengan ketenangan seorang aktris yang sedang memainkan peran terbaiknya.

“Tapi walaupun begitu, aku tidak membenci keluarga ini. Aku malah kagum. Kagum bagaimana Ma dan Pa melindungi putra dan putri Ma dan Pa. Tidak seperti keluarga ku,.." ucap nya terhenti kembali dengan sorot kesedihan di matanya.

"Bagaimana pun adik ipar berbuat salah di luar sana, Ma dan Pa pasti akan selalu memperhatikan adik ipar. Adik ipar sungguh beruntung.” sambung Zenia kemudian sambil melihat ke arah Lidya.

Lidya menegang. “Apa maksudmu?”

Zenia tersenyum kecil—senyum yang, bagi orang yang jeli, bukan senyum polos.

“Aku hanya mengatakan fakta,” jawabnya lembut. “Adik ipar mendapatkan perhatian, kasih sayang, semua kemewahan dari Ma dan Pa.”

Ia menatap Lidya, dan di matanya ada rasa iri yang terlihat wajar.

“Aku iri sekali… hidupmu sangat nyaman.”

Lidya tersentak—tidak siap disebut sebagai seseorang yang terlalu dimanjakan.

Zenia menambahkan pelan, seolah tidak sengaja mengungkit:

“Dan… apa benar kau memperpanjang masa kuliahmu, Lidya? Aku dengar dari teman-teman teman adik tiriku, kalau putri keluarga Alberto terpaksa mengajukan penambahan semester karena sampai dua belas semester ini belum selesai. Memangnya jika mahasiswa bisa di-DO ya jika lalai kuliah seperti dirimu?”

Sunyi.

Mata ibu mertua membelalak.

Ayah mertua menoleh tajam pada putrinya.

“Kamu masih belum selesai kuliah?!” suara ibu mertua meninggi, tak percaya. “Bukankah kamu bilang semuanya baik-baik saja? Kau bilang tidak ada masalah!”

“Ma… aku… dosennya… aku bisa jelaskan—”

“Menjelaskan apa?!”

Kali ini ayah mertua berbicara, nadanya keras dan penuh kecewa. “Kamu janji tidak akan mempermalukan keluarga. Ternyata kamu bahkan tidak menyelesaikan tugasmu.”

Lidya terdiam. Bibirnya bergetar.

Dan untuk pertama kalinya sejak Zenia masuk rumah itu, Lidya kehilangan kesombongannya.

Ia tidak bisa melawan.

Karena setiap yang Zenia katakan barusan… benar.

Ibu mertua terus memarahi Lidya, dan ayah mertua duduk sambil menekan pelipis, kepalanya pening oleh kenyataan yang ia baru tahu.

Sementara itu Zenia—yang baru beberapa menit lalu disebut kampungan— duduk manis, menyesap teh hangatnya sambil menjaga ekspresinya tetap polos.

Isabela dalam diri Zenia tersenyum dalam bayangan pikirannya.

Tebakan tepat.

Tendangan balik yang sungguh rapi.

Dan semua tanpa perlu suara tinggi, ataupun drama dari seorang yang terkucilkan

Hanya kata lembut yang mengenai tepat di titik lemah.

Adik laki-laki Kenzo pun terdiam. Raut sombongnya ikut memudar. Ia tidak menyangka gadis desa itu bisa membalik keadaan secepat ini—tanpa menyerang, tanpa membentak, hanya dengan logika yang tajam.

Zenia meletakkan cangkir.

Tatapannya lembut, tapi matanya—sedikit saja—memancarkan sesuatu yang membuat Lidya ingin mundur selangkah.

“Maafkan aku kalau kata-kataku menyinggung,” ucap Zenia. “Aku hanya ingin belajar menjadi bagian keluarga ini.”

Ayah dan ibu mertua memandangnya lagi, dan kini ada sesuatu yang berbeda:

bukan simpati, bukan kasihan…

tetapi pengakuan bahwa gadis ini tidak sesederhana yang mereka kira.

Lidya menelan ludah, mencoba mengumpulkan muka.

“Dasar… manipulatif…” gumamnya pelan, namun suara itu terlalu kecil untuk dibalas Zenia.

Zenia hanya tersenyum samar.

"Manipulatif? Mungkin. Tapi siapa yang memulai? Gumannya dalam hati sembari menunduk sopan pada kedua mertuanya.

Kenzo, yang menonton dari layar ponselnya, menahan diri agar tidak tersenyum.

Ia tidak menduga gadis itu memiliki lidah yang begitu halus tapi mematikan.

Ia tidak tahu siapa Zenia sebenarnya…

tapi ia tahu satu hal: Wanita ini bukan mainan yang bisa diinjak begitu saja.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • TERLAHIR KEMBALI: ISTRI NAKAL SANG CEO   GODAAN SI LINGERIE HITAM

    "Nyonya muda, mari saya bantu nyonya berpakaian sebelum masuk ke kamar tuan muda Kenzo." Ucap salah seorang pelayan yang memang ditugaskan untuk membersihkan tubuh Zenia sebelum masuk ke kamar Kenzo.Karena merasa tidak ada yang salah dengan semua itu, Zenia pun menurut begitu saja tanpa tahu apa yang telah disiapkan oleh ibu Kenzo untuk ia kenakan malam pertamanya dan Kenzo."Apa mereka bercanda?" Teriak Zenia dalam hati saat mendapati pakaian yang harus dikenakannya sangat jauh dari apa yang dia pikirkan.Tapi setelah berpikir beberapa saat, Zenia pikir ini juga tidak terlalu buruk. Sebab sebelumnya dia mendengar bahwa junior Kenzo tidak bereaksi setelah kecelakaan maut yang membuat kaki Kenzo lumpuh. Bahkan sebelum kematiannya saat masih menjadi Isabella Manik, kabar itu sudah merebak di kota Athena. Jadi mau pakai baju atau telanjang sekalipun, tidak akan berbahaya sama sekali. Tidak akan ada terjadi apapun antara dirinya dan Kenzo."Baiklah,. Jika memang harus mengenakan ini. Aka

  • TERLAHIR KEMBALI: ISTRI NAKAL SANG CEO   BUKAN GADIS LEMAH

    Rasa canggung memenuhi ruangan sesaat. Lidya menggertakkan gigi, napasnya pendek. Ia tampak siap meledak. Matanya menyorot tajam ke arah Zenia, bibirnya mengeras.“Tunggu,” tiba-tiba suara laki-laki muda memotong, lebih berat dari biasanya. Rafi Alberto melangkah maju, menyandarkan diri pada meja, menatap Zenia dengan senyum yang berusaha meyakinkan. “Ma, Pa, jangan buru-buru. Tentang urusan Lidya di kampus, aku yang akan urus. Besok aku berangkat ke kampus, dan aku jamin… hari ini juga, ijazahnya akan keluar.”Kata-kata itu diucapkan dengan nada percaya diri yang dibuat-buat. Ia ingin menutup muka adiknya, menambal harga diri keluarga. Tapi ada yang di matanya tak sempat ia tutupi: sedikit panik. Itu terlihat ketika tangannya mengepal sekilas di belakang punggung.Zenia mengangguk pelan, seolah memberi ruang. Ia tidak bergairah menjerat Rafi. Ia menunggu.Rafi melangkah lebih dekat, suaranya berubah menjadi meyakinkan. “Aku yang akan bicara dengan pihak kampus. Aku yang akan urus adm

  • TERLAHIR KEMBALI: ISTRI NAKAL SANG CEO   PEMBALASAN DIBALIK SENYUMAN

    Untuk beberapa menit, Zenia hanya diam. Ia memegang cangkir teh hangat itu seolah-olah sedang menenangkan dirinya, padahal ia sedang menakar kata-katanya. Lidya dan kakaknya berhenti tertawa hanya untuk memastikan apakah perempuan kampungan ini sedang bersiap menangis atau membela diri.Tapi setelah menunggu, tidak ada air mata.dan tidak ada pula suara yang pecah.Hanya keheningan yang pelan-pelan berubah menjadi sesuatu yang membuat Lidya tidak nyaman.Zenia meletakkan cangkir itu kembali ke meja. Tangannya halus, gerakannya lembut. Mata yang tadi tertunduk kini terangkat perlahan, bukan menantang, tapi juga bukan sebuah cerminan keminderan.“Aku memang hanya gadis desa,” ucapnya dengan nada serendah kapas, “dan ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di kota setelah lima belas tahun lamanya.”Semua orang dalam ruangan menoleh.“Tapi…” Zenia menoleh pada ayah dan ibu mertuanya, bibirnya melengkung sedikit, “paling tidak, aku masih ingat mendiang ibuku pernah mengatakan… jika orang

  • TERLAHIR KEMBALI: ISTRI NAKAL SANG CEO   DIBUANG BAGAI SAMPAH

    Matahari pagi menempel di pagar besi keluarga Alberto seperti lampu yang tak mau padam. Di ujung jalan, sebuah mobil berhenti. Zenia membuka pintu, menurunkan sebuah koper usang dan satu bungkus plastik. Di atasnya hanya selembar kertas resmi, surat nikah dan kartu identitas yang basah sedikit karena hujan semalam.Tidak ada pelukan perpisahan.Tidak ada air mata yang diusap oleh tangan yang sayang.Hanya tiga orang yang menatap dari dalam mobil, lalu pergi meninggalkan Zenia di tepi jalan seperti sesuatu yang tidak lagi berguna.Zenia berdiri dengan tubuh yang gemetar walaupun bukan inginnya- mungkin ini adalah sisa ketakutan si pemilik asli tubuh walau sudah tidak berada di sana lagi.Zenia menatap penampilannya sejanak. Bajunya kusam, rambutnya masih lembap dari perjalanan panjang. "Ya Tuhan! Bagaimana dia bisa bertahan hidup dalam semua ini." Gumamnya dalam hati, kasihan dengan hidup si pemilik asli tubuhnya. Ya! Walaupun si pemilik tubuh telah pergi, tapi semua ingatan, kenangan,

  • TERLAHIR KEMBALI: ISTRI NAKAL SANG CEO   SENJA TERAKHIR SEORANG RATU

    Senja di kota Athena selalu indah, warna oranye keemasan yang memantul di gedung-gedung tinggi dan menerangi seluruh kota seperti karpet cahaya. Dan di tengah kilau itu, satu nama paling bersinar, satu sosok yang membuat investor tunduk dan lawan bisnis gentar: Isabela Manik.Wanita itu berdiri di balik kaca kantor lantai tiga puluh, menatap dunia yang telah ia bangun dengan tangannya sendiri. Rambut hitamnya jatuh rapi di bahu, matanya tajam namun lelah. Sudah berbulan-bulan ia bekerja tanpa jeda, tidak karena ambisi semata, tetapi karena firasat yang sejak lama mengusik:Ada seseorang yang ingin mengambil semua ini darinya.Namun sore itu, ia mencoba menenangkan hati.Kau terlalu curiga, Bella, katanya dalam hati. Tidak semua orang ingin menjatuhkanmu.Ia bahkan tidak sadar bahwa hari itu memang akan menjadi hari terakhirnya sebagai Ratu Bisnis Athena.***Ketukan pintu memecah lamunannya.“Masuk,” ucap Bella tanpa menoleh.Angkasa Wijaya melangkah masuk dengan langkah ringan. Setel

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status