Share

BAB 3

"Sayang.....” panggil Alya.  “Aku masihlah Alyamu yang dulu, istrimu yang meyayangimu dengan penuh ketulusan." ucap Alya, seolah olah tahu apa yang ada dalam hati suaminya.

"Ya mas aku sanggup, lagipula aku juga akan ikut senang jika nanti kamu  benar - benar memilki anak walau anak itu tidak lahir dari rahimku tapi dia tetap anakku mas, darah dagingmu mas. Anak itu juga akan memanggilku ibu. Panggilan ‘ibu’ itu lah yang sangat kunantikan mas. Aku mohon kepadamu ya mas." ucap Alya dengan penuh keyakinan.

"Baiklah jika itu maumu, tapi tolong beri aku waktu untuk memikirkannya. Karena ini adalah suatu  hal yang tak bisa dengan mudah aku putuksan begitu saja sayang, seperti membalikkan telapan tangan ini."Reno menggerakkan tangannya seperti  membalikkan telapak tangannya, disusul dengan gerakan  memeluk  Alya dengan sangat erat, seolah - olah Reno ingin menyalurkan tenaganya untuk istrinya. walau dirinya juga sangat rapuh. 

Malam itu terdengar suara gemericik hujan seolah alam pun turut sedih akan kehidupan dari sepasang suami istri itu. Setiap kesulitan pasti akan ada kemudahan. segala sesuatunya pasti berpasangan. penderitaan berselimut kebahagiaan. Mencoba untuk ikhlas menjalani alur kehidupan yang sudah digariskan oleh Tuhan. 

ALYA HEERA PARAMITHA yang biasa dipanggil Alya, seorang istri dosen tampan dimana suamiku juga memiki karir yang sangat bagus dalam pekerjaanya. 

Sudah segala cara aku dan mas Reno lakukan agar aku bisa mengandung tapi kenyataannya nihil, masih belum ada tanda - tanda ada sebuah kehidupan dalam rahimku. Padahal aku dan mas Reno melakukan tes yang mana hasil tes  menunjukkan bahwa kami sehat dan tidak ada gangguan dalam reproduksi kami berdua.

Ya manusia bisa berbuat tapi Tuhanlah yang memutuskan. hingga suatu sore saat berjalan di Mall Surabaya kudapati pemandangan yang sangat membuat hati ini sesak. Suamiku yang aku pikir dia masih sanggup untuk bertahan dan sabar menanti hadirnya sang buah hati, mendadak begitu sangat menyayangi anak kecil yang tiba - tiba saja tertabrak dengannya. seolah -olah mengatakan kepadaku kalau dia sangat mengharapkan akan hadirnya sang buah hati. 

Aku melihat bagaimana dia dengan tulus, senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya saat menggendong anak kecil tersebut, dan mengantarkannya kepada orang tuanya. Belum lagi saat aku dengan mas Reno pergi ke rumahnya. Pada waktu itu lagi ada perkumpulan keluarga tanpa mereka sadari aku telah  mendengar pembicaraan keluarga besar mas Reno, mereka pikir aku masih ada di kamar mandi padahal dengan jelas telingaku mendengarkannya saat mau kembali ke ruang tengah.

Hingga kahirnya muncul sebuah ide dalam pikiranku bagaimana kalau aku mencarikan madu untuk suamiku, apa salahnya berusaha. walau rasanya hati ini sungguh tak ikhlas membagi suami dengan orang lain. 

Terkadang kita harus mengalah untuk kebahagiaan orang yangs sangat kita cintai.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status