Home / Romansa / TERPERANGKAP OLEHMU / 2. Sudah Tidak Suci Lagi

Share

2. Sudah Tidak Suci Lagi

Author: Writergaje23_
last update Last Updated: 2025-08-28 19:21:52

"J-jangan ... tolong jangan ...."

Alea mencengkeram tangan Ares yang bertengger di paha dalamnya. Bukannya berhenti, elusan sensual itu malah bergerak hingga pangkal paha. Tubuh Alea kontan meremang geli oleh sentuhan tersebut.

"Aku tidak menerima penolakan, Alea." Di ruangan temaram itu, Alea merasakan tubuhnya diseret menuju ranjang.

Tubuhnya bahkan terdorong hingga jatuh terlentang. Baru saja hendak bangkit, sebuah cengkeraman di dagu membuat napas perempuan itu tercekat. Setelah netranya beradaptasi pada gelap, Alea bahkan mampu menangkap siluet wajah Ares yang tengah membungkuk di atas tubuhnya.

"Shhh ... sakitt ...." Alea meringis begitu cengkeraman di dagunya kian menguat.

"Bagus, aku suka melihatmu kesakitan," sahut pria di atasnya yang kini beralih menangkup pipi tirus Alea.

Tangan besar Ares membuat sebagian wajah mungil sang istri nyaris tertutup. Sedangkan Alea terpejam begitu elusan lembut itu lagi-lagi berubah menjadi cengkeraman. Satu kecupan kasar bahkan mendarat di bibir mungilnya membuat perempuan itu menggeleng-geleng panik.

"J-jangan ... jangan!" Alea memberontak begitu Ares lagi-lagi berusaha mengecupi wajahnya.

PLAK!

Ares yang geram kontan melayangkan tamparan di pipi putih pucat itu. Membuat Alea terpejam sambil memegangi pipi kirinya yang berdenyut perih. Tubuh perempuan dalam kungkungan Ares tersebut perlahan gemetar hebat karena terkejut juga takut yang menyergap.

Hal itu justru membuat Ares menyeringai semakin puas. "Kau suka bermain kasar, ya?" ucap Ares sambil menarik kedua tangan Alea dan menguncinya di atas kepala perempuan itu.

"Biar kutunjukkan apa yang wanita nakal sepertimu pantas dapatkan," gumam pria itu lagi kemudian mendaratkan kecupan lain di bibir sang istri.

Kecupan itu kemudian berubah menjadi hisapan dan lumatan. Hal yang kontan membuat Alea terpejam sambil mengerang minta dilepaskan. Namun, bukannya mengabulkan keinginan istrinya, Ares malah menggigit bibir bawah Alea hingga perempuan itu meringis dan refleks membuka mulut.

Malam itu, Ares merenggut apa yang selama ini Alea jaga untuk kekasihnya. Malam itu, Alea kehilangan sesuatu paling berharga yang tidak pernah ia bayangkan akan diambil oleh pria selain Matheo.

Ares merisak tubuhnya dengan cara paling kasar dan rendah. Mengabaikan fakta bahwa itu adalah yang pertama bagi Alea.

*****

"Ternyata aku tidak rugi membelimu. Kau sangat enak ... dan sempit." Ares memuji sambil berbisik di telinga Alea yang sudah menenggelamkan wajah di balik buaian kasur yang empuk.

"Siapkan dirimu besok, karena kita akan bermain lagi dengan cara yang lain." Ares berucap sambil bangkit berdiri dan mulai memakai pakaiannya kembali.

PLAK!

"Mengerti, tidak?!" tanya Ares sambil menampar bokong istrinya begitu tidak mendapat sahutan.

"I-iya ...." Alea menyahut dengan suara gemetar.

Setelah mendapat jawaban yang diinginkan, Ares pun berlalu keluar kamar.

"Goodbye, Pretty Doll!" pamit pria itu sebelum kemudian menutup pintu.

Alea terkekeh miris sambil memandangi tubuh kotornya di cermin. Ada begitu banyak lebam dan bekas kemerahan di bagian leher dan dada. Seluruh tubuhnya telah dicicipi.

Sekujur tubuhnya telah dinodai.

"Aku sudah tidak suci lagi ...."

*****

Alea terbangun dengan sekujur tubuh yang terasa remuk redam. Saat hendak berbalik, bagian bawah tubuhnya bahkan terserang nyeri dan lengket. Pandangan perempuan itu kemudian jatuh pada cermin besar di sisi ranjang.

Di sana, wajah sembab dan tubuh polos penuh bekas ungu serta kemerahannya terpampang nyata. Membuat Alea meringis jijik. Karena dalam sekejap, ingatan tentang kejadian malam tadi berputar tanpa diminta.

Bagaimana Ares memasukinya dengan keras dan pantas. Serta bagaimana Alea dengan pasrah mengangkang untuk pria itu seperti wanita bayaran yang bisa dipakai sesuka hati. Dan semakin kotor pula perempuan itu merasa, begitu sepanjang tubuhnya dirisak oleh sang suami, rasa yang Alea ingat hanyalah enak dan enak.

Meski mereka telah sah sebagai suami istri, tetap saja Alea merasa jijik pada dirinya sendiri. Karena sepanjang menikmati tubuhnya, Ares tidak menemukan rasa lain dalam sentuhan suaminya kecuali nafsu.

CKLEK!

"Nyonya Alea, apa Anda sudah ingin mandi?" Seorang pelayan muda yang tiba-tiba membuka pintu kamar membuat Alea mendelik panik.

Perempuan yang kini tertutup selimut hanya sebatas pinggang itu kemudian buru-buru melindungi tubuh bagian atas dengan tangan. Menyadari keterkejutan istri sang majikan, pelayan muda itu pun menunduk canggung. Apalagi begitu matanya tanpa sengaja menangkap banyak bekas keunguan di tubuh Alea.

"Maaf, Nyonya. Tuan Ares meminta saya untuk masuk ke kamar dan membantu Anda," ucap pelayan cantik itu kikuk.

Alea menghela napas berat guna menahan malu. Sekarang, orang lain bahkan sudah melihat seberapa kotor dirinya saat ini. Rasanya Alea sudah tidak punya harga diri lagi.

"Aku bisa sendiri," sahut perempuan itu serak, mencoba melindungi sisa harga diri yang sekiranya masih ada. "Ambilkan handuk saja, aku mau mandi," sambung Alea lirih.

Pelayan itu pun dengan segera keluar dan kembali bersama handuk kimono di tangan. Selama pelayan cantik tersebut keluar, Alea pun bangkit duduk dengan susah payah karena nyeri di bagian selang kangan. Selimut yang tadi menutupi pinggang diselipkannya di antara ketiak hingga setidaknya mampu menutup dada.

"Perlu bantuan, Nyonya?" tawar pelayan itu kasihan menyadari ringisan Alea acap kali bergerak sedikit saja.

Alea menggeleng pelan kemudian memakai handuk yang tampak seperti mantel tebal yang dibawakan si pelayan.

"Silakan mandi, Nyonya. Saya sudah siapkan bathtub berisi air hangat," jelas pelayan tadi kemudian pamit keluar.

Alea berdiri dengan susah payah kemudian berjalan sempoyongan menuju kamar mandi. Begitu membuka pintu ruangan lembab itu, bau seperti buah persik yang ranum seketika menyapa hidung.

Di dekat westafel, ada bak mandi besar dengan taburan bunga mawar di permukaan air yang beruap. Alea yang memang sudah begitu ingin mandi segera naik ke sana dan berbaring setengah duduk.

Perempuan berambut sepinggang itu perlahan mendengkur nyaman begitu perpaduan wangi yang menenangkan serta air hangat menyentuh kulit. Otot-ototnya terasa rileks dan tubuhnya terasa lebih ringan. Alea jadi ingin tertidur lagi.

Namun, bayangan Ares yang semalam merisak tubuhnya sambil menyeringai puas dari pantulan kaca lagi-lagi melintas begitu Alea memejamkan mata. Membuat perempuan itu mengerang frustasi kemudian menenggelamkan kepala dalam buaian air hangat.

"Hahhh ... hhhh ... hhhh ...." Namun, bukannya menghilangkan bayangan liar semalam, rongga dada Alea malah terasa menyempit karena kehabisan napas.

Namun, sepertinya Alea memang sudah kehilangan waras. Karena begitu menyadari pasokan oksigennya yang menipis, perempuan itu bukan mengambil napas, melainkan kembali menenggelamkan kepala di dalam bathtub penuh air.

Karena demi apa pun, tidak ada yang lebih membuat rongga dadanya dihimpit sesak daripada fakta bahwa kehormatannya telah direnggut paksa. Dengan cara paling rendah yang pernah Alea kira.

Anehnya, berkali-kali menenggelamkan wajah tidak berhasil membuat Alea mati. Justru, frustasi lah yang memenuhi kepalanya saat ini.

"ARGHHHH!!" teriak perempuan itu melampiaskan kekesalannya pada diri sendiri.

Seandainya Alea tidak mengiyakan keinginan sang mama. Seandainya Alea kabur lebih awal. Seandainya ia tahu bahwa suaminya adalah pria yang begitu kasar dan kejam.

Seandainya Alea berusaha untuk mencegah pernikahan ini terjadi, ia tidak akan berakhir seperti ini sekarang.

"Sepertinya ada yang sedang mencari perhatianku di sini ...."

Alea terlonjak kaget begitu mendapati kehadiran Ares yang kini sudah memasuki kamar mandi. Perempuan itu kontan meringkuk waspada saat mendapati sang suami mulai mengunci pintu.

Pria itu mau apa lagi?

"Kenapa berteriak, hmm? Kau ingin para pelayan di luar tahu seberapa manis aku memperlakukanmu?" tanya Ares sambil berjongkok di samping bathtub, tepat di sisi kanan Alea.

"Kenapa sekarang kau diam? Tadi malam, kau bahkan tidak berteriak sekeras tadi saat aku mengangkangimu," tanya Ares heran sambil menangkup pipi basah sang istri dan mengusap-usapnya lembut.

Alea menjauhkan wajah dari jangkauan tangan suaminya. Tapi Ares malah mencengkeram wajah mungil itu dan menariknya agar tetap mendekat. Alea yang sadar usahanya untuk menghindar sia-sia, akhirnya pasrah sambil mengedarkan pandangan ke arah lain.

Mengabaikan Ares yang kini begitu sibuk mengelusi setiap sudut wajahnya sambil tersenyum lebar. "Tidak adil. Kau bahkan terlihat semakin sek si saat basah begini," gumam pria itu dengan tangan yang kini mulai merambat pada rambut basah Alea.

"Sepertinya kita harus bermain sebentar," ucap pria itu sebelum kemudian berdiri dan melucuti pakaian.

Alea belum sempat bangkit saat mendapati Ares ikut bergabung ke dalam bathtub, tepat berdiri di belakang tubuh Alea. Tanpa aba-aba, pria itu bahkan langsung mendorong sang istri ke depan dan duduk di belakang Alea sambil bersandar nyaman.

"Let's go, pretty doll! Let's see how wet you can be ...." Ares terkekeh girang sambil menarik pinggang Alea hingga sang istri duduk di atas pangkuannya.

Pagi itu, Ares merisak tubuhnya lagi. Berkali-kali. Entah kapan pria itu akan berhenti. Rasanya, Alea akan pingsan sebentar lagi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERPERANGKAP OLEHMU   12. Aku Ingin Bermain

    "Nyonya, Tuan Ares pulang!" Alea yang sore itu mendapat informasi dari sang pelayan sontak menoleh terkejut. Perempuan yang tengah berkutat di dapur itu sontak menghentikan kegiatan kemudian mencuci tangan."Kenapa cepat sekali? Bukankah seharusnya dia pulang minggu depan?" gumam Alea bingung.Sebelum pertanyaannya sempat terjawab oleh spekulasi yang berkeliaran di kepala, suara derap langkah yang memasuki dapur membuyarkan isi kepala Alea. Di ambang pintu dapur, Ares sejenak terpaku menyadari kehadiran istrinya yang masih mengenakan pakaian kerja formal berbalut apron; pertanda perempuan itu tengah memasak."Kenapa sudah pulang?" tanya Alea spontan.Ares melangkah menuju kulkas kemudian membukanya tanpa suara. Pria itu bahkan mengambil gelas di rak perabot dekat Alea kemudian menuangkan sebotol air dingin ke dalam gelas. Tampak tidak berniat menjawab pertanyaan istrinya sama sekali.Alea yang tidak suka diabaikan tentu saja memegangi lengan kekar suaminya yang menggenggam gelas. "Ap

  • TERPERANGKAP OLEHMU   11. Jadi Begitu Liar

    "Dia pikir aku peduli?!"Alea memaki sambil menghempaskan tubuh di atas ranjang king size kamarnya. Begitu ucapan Aluna kembali melintas di benak, perempuan itu sontak berbaring tengkurap dan berteriak sebal. Dari gelagatnya saja, seluruh benda mati dalam kamar luas itu pun tahu Alea tengah berbohong pada dirinya sendiri.Sejujurnya, ia lebih dari peduli. Ia sangat memikirkan ucapan Aluna tadi."Bukankah semalam suamimu menginap di rumahku?" Pertanyaan bernada penuh ejekan itu lagi-lagi melintas di benaknya.Dan Alea sama sekali tidak mengerti kenapa sekarang dia merasa begitu murka."Ares sialan! Kau pikir aku peduli dengan siapa saja kau tidur?" gumam perempuan itu sambil meremas bantal yang berhasil tangannya gapai."Aku punya kekasih. Jika ingin, aku juga bisa tidur dengan pria lain!" maki Alea sambil bangkit dan berlalu menuju kamar mandi.Sepertinya ia harus menyegarkan pikiran. Supaya bayangan Ares dan Aluna yang memadu kasih di kepala segera enyah.Siapa peduli Ares berbohong

  • TERPERANGKAP OLEHMU   10. Suamimu Menginap di Rumahku

    "Hari ini ada syuting film artis agensi kita di dekat kantor. Ada yang mau pergi menonton?" Pak Tama bertanya pada timnya yang sore ini terlihat merapikan meja, bersiap-siap untuk pulang."Aku mau pergi!" Aira, salah satu karyawan magang berponi rata menyahut antusias.Perempuan itu bahkan mengangkat tangan kelewat tinggi, membuat Alea dan Rindi terkekeh geli dengan tingkahnya."Kalian pergilah, aku masih ada urusan dengan tim pemasaran." Bu Naya selaku kepala tim humas pamit dan berlalu keluar ruangan."Aku juga akan ikut menemani Aira," sahut Rindi sambil merangkul karyawan magang yang lebih muda darinya tersebut."Kak Alea, kau juga ikut, ya?" ajak Aira semangat yang tentu saja diangguki Alea tak kalah antusias.Setidaknya ia tidak pulang cepat hari ini. Lagipula, Ares juga sedang di luar negeri. Perempuan itu bisa bermain sesuka hati sampai kapan pun. Apalagi sekarang ia sudah punya supir pribadi.Setelah Pak Tama pamit sambil menitipkan beberapa berkas padanya, ketiga perempuan d

  • TERPERANGKAP OLEHMU   9. Kita Sedang Selingkuh?

    "Ares ...."Panggilan dari ambang pintu membuat pria yang malam ini mengenakan pakaian kerja lengkap perlahan menoleh. Begitu mendapati presensi sang istri dengan pakaian yang lebih rapi darinya, Ares sontak menyunggingkan senyum.Senyum yang diam-diam membuat Alea menunduk gugup.Di ambang pintu ruang kerja Ares yang berada di lantai dua, Alea berdiri dengan setelan kemeja putih ketat serta rok selutut. Tampak normal sebenarnya, tapi mengingat apa yang akan mereka lakukan malam ini, membuat penampilan perempuan itu terlihat berbeda.Tidak seperti hari biasanya, lipstick perempuan itu bahkan berwarna merah menyala. Sedang rambutnya terkuncir satu cukup tinggi. Jangan lupakan buah dada Alea yang tampak seolah akan meledak keluar dari kancing kemejanya yang ketat.Rok hitam yang sama sempit itu bahkan membuat lekuk pinggul istrinya terlihat jelas. Dengan pakaian serapi itu, Ares bahkan bisa membayangkan tubuh telan jang Alea di balik pakaian."Pakaiannya terlalu kecil ...," komentar Ale

  • TERPERANGKAP OLEHMU   8. Menantikan Sentuhan

    "Aku sudah siap!"Ares menatap tajam perempuan yang baru saja tiba di hadapannya dengan antusias. Lengkap beserta setelan kemeja biru muda dipadu rok span berwarna putih setinggi lutut."Kau mau bekerja atau menggoda pria?!" tanya Ares sinis sambil bersedekap dada.Alea memandangi penampilannya dari atas sampai bawah. "Apakah ini terlalu terbuka? Biasanya aku memakai pakaian seperti ini saat bekerja ...." Perempuan yang hari ini mengikat rambutnya tinggi menggumam bingung.Ares mendengkus namun tak ayal bangkit dan segera merangkul pinggang ramping sang istri. "Sudahlah, lupakan saja!" sahutnya kemudian menggiring Alea keluar rumah.Setelah keduanya pergi dengan mobil hitam metalic milik Ares, Alea terus tersenyum sepanjang perjalanan menuju kantor. Ares yang menyadari itu kali ini tidak berminat merecoki."Berarti kantorku dan kantormu berbeda lokasi, kan?" tanya Alea memastikan."Iya. Tenang saja, jaraknya sekitar satu koma dua kilometer dari kantor pusat. Aku tidak sering mengunjun

  • TERPERANGKAP OLEHMU   7. Ego yang Terluka

    "Dia benar-benar tidak pulang ...." Alea menggumam pelan sambil memandangi halaman kediaman Ares yang luas.Lily yang melihat majikannya tengah berdiri di ambang pintu utama dengan baju tidur berbahan satin berwarna soft pink, sontak berlari menghampiri dengan panik."Nyonya Alea kenapa berdiri di sana? Nanti masuk angin ...," ucap pelayan cantik itu membuat Alea menoleh gelagapan."Hah? Tidak apa-apa ... aku hanya bosan di dalam," jawab Alea kikuk."Tunggu sebentar, Nyonya!" pinta perempuan berseragam hitam putih itu sebelum kemudian berlari memasuki kamar Alea.Beberapa saat kemudian, Lily kembali dengan luaran pakaian yang tengah Alea kenakan. Saat ini, perempuan itu memang mengenakan baju tidur bahan satin bermodel terusan sebawah lutut. Sedangkan yang Lily bawa adalah jubahnya yang memiliki lengan panjang dan lebar serta bagian bawah yang longgar juga menjuntai sampai kaki."Tolong pakai ini, Nyonya ...," pinta si pelayan berambut sebahu yang diiyakan saja oleh Alea.Setelah meng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status