Share

TETAPLAH BUTA, SUAMIKU
TETAPLAH BUTA, SUAMIKU
Penulis: Pena_yuni

Bab 1

"Sayang, seandainya aku bisa melihat, kamulah orang pertama yang ingin aku lihat."

Aku tertegun. Lidahku kelu dengan tenggorokan yang tercekat. Perlahan, kusimpan sendok yang tadi sudah mengudara hampir menyentuh bibir. Tanganku beralih mengambil gelas dan meneguk airnya hingga habis.

Sementara Mas Arfan, wajahnya terlihat semringah dengan kedua sudut bibir yang terangkat. Tatapan kosongnya terlihat berbinar. 

Bagaimana tidak bahagia, kemarin dokter mata yang selama ini menjadi dokter pribadi Mas Arfan, mengabarkan bahwa suamiku itu sudah mendapatkan donor mata. Dia ia akan segera melakukan operasi. 

"Ah, aku jadi tidak sabar ingin segera melihat rupamu, Tari. Kamu ... pasti sangat cantik," ujarnya lagi membuat detak jantungku semakin berbisik. Menolak apa yang dikatakan suamiku itu.

Di dunia ini, mungkin hanya aku yang menolak terbukanya kembali penglihatan suamiku. Ada rasa takut yang begitu besar jika dia melihat wajah ini. 

Takut ditinggalkan, dicampakkan, dan ... dibenci. Itu mimpi buruk bagiku.

"Tari, apa kamu masih di situ, Sayang?" Tangan Mas Arfan mencari keberadaanku dengan meraba meja di depannya.

"Iya, Mas. Aku masih di sini," ujarku mengambil tangannya. 

Dia tersenyum, menggenggam tanganku, lalu menciumnya. Sungguh suami yang romantis. Namun, apakah dia akan tetap seperti itu jika tahu wajah asliku? Sepertinya tidak akan. Justru sebaliknya, dia akan begitu murka dan membenciku.

"Kenapa diam saja? Apa kamu tidak bahagia, jika nanti aku bisa melihatmu?" 

Sentuhan lembut itu kini berubah menjadi genggaman yang cukup kuat. Membuat sudut hatiku ikut teremas dengan pertanyaannya. 

"Tentu saja aku bahagia. Istri mana yang tidak bahagia jika suaminya bisa melihat dunia lagi. Termasuk aku. Tapi ...." Aku menggantung ucapanku, membuat laki-laki tiga puluh tahun itu mengernyitkan kening.

"Tapi apa, Mentariku?" tanyanya setelah aku tidak melanjutkan ucapanku.

"Aku tidak secantik yang ada dalam bayanganmu, Mas. Aku ... jelek," kataku memberanikan diri.

Mas Arfan menarik tanganku, merengkuh tubuhku. Kini, aku sudah bersandar pada dada bidang pria yang sudah satu tahun menjadi suamiku itu.

"Jangan khawatirkan tentang itu, Tari. Tadi aku hanya bercanda. Aku akan tetap menyayangimu meskipun kamu jelek sekalipun. Percayalah." Mas Arfan menenangkanku. 

Namun, hatiku tidak tenang sedikit pun. Aku tetap merasa risau dengan apa yang akan terjadi nanti. Kebahagiaan yang aku rasakan, akan segera hilang jika mata Mas Arfan kembali bisa melihat. Aku sangat yakin itu. 

"Mas, siapa yang akan mendonorkan retina mata untukmu?" tanyaku mendongak. 

"Hm ... salah satu temannya Papa. Ia sedang sakit keras saat ini, dan dia sudah memberikan wasiat untuk mendonorkan matanya kepadaku, jika ia meninggal dunia."

"Oh, baik sekali dia, Mas. Pasti hubungan kalian sangat dekat." 

"Ya, dulu kami bertetangga, hingga akhirnya beliau harus pindah dan tinggal bersama putra pertamanya." Mas Arfan menjelaskan.

"Siapa nama orang baik itu?" tanyaku.

"Pak Ali. Ia pemilik perusahaan Alishaba Group. Salah satu kolega, sekaligus sahabat Papa."

Aku menganggukkan kepala mendengar cerita tentang seseorang yang akan mendonorkan retina mata untuk suamiku. 

'Alishaba,' gumamku mengulang nama itu.

Pernikahanku dan Mas Arfan berawal dari aku yang datang melamar menjadi perawatnya. Aku datang, saat dia dalam keadaan yang terpuruk. Kehilangan penglihatan, juga kehilangan orang-orang terkasihnya. 

Semakin lama, rasa iba itu berubah menjadi cinta. Hingga akhirnya, aku memberanikan diri untuk melamarnya. Ya, aku sendiri yang menawarkan diri menjadi istri Mas Arfan saat itu. 

Aku ingin menjadi cahaya, dalam dunia gelapnya. 

"Mas, aku beresin bekas makan dulu, ya. Kamu mau tetap di sini, atau mau ke tempat lain?" ujarku melihat pada wajah Mas Arfan.

"Suruh Bibi, saja yang beresin. Kamu tetap di sini," jawab Mas Arfan menahan tanganku.

Aku melepaskan genggamannya dengan halus. Tidak mau menyakiti dia dengan penolakanku. 

"Enggak, ah. Kalau semua Bibi yang mengerjakan, pahalaku dari melayani suami akan sedikit, dong. Aku mau, semua yang berhubungan denganmu tanganku ikut andil. Meskipun hanya mencuci gelas bekas minummu," tukasku membuat segurat senyum merekah indah di bibir Mas Arfan. 

Pegangan tangan Mas Arfan mulai mengendur. Aku pun mengambil nampan berisikan piring dan gelas bekas makan siang kami, lalu membawanya ke dapur. 

Sejak mengalami kebutaan lima tahun yang lalu, Mas Arfan memang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar. Ruangan pribadi dan tempat ternyaman untuknya. 

"Apa yang harus aku lakukan agar Mas Arfan tidak bisa melihat wajah ini?" ucapku seraya melihat pantulan wajah dari kaca yang ada di dinding dekat wastafel. 

Air kran aku nyalakan. Kemudian mulai mencuci piring yang baru saja aku bawa. Setelah selesai, aku duduk di kursi meja makan seraya mengotak-atik ponsel. 

"Sedang apa, Tari?" 

Aku menoleh pada suara yang baru saja menyebut namaku. Seorang pria dengan wajah yang mirip dengan suamiku itu, duduk di sampingku. 

Ia mengambil segelas air putih, lalu menegaknya hingga habis. Aku, hanya melihatnya tanpa berucap. 

"Apa kau sedang bingung?" tanyanya lagi seraya melihatku.

"Tidak. Untuk apa aku bingung?" 

Alvin si adik ipar terkekeh, kedua tangannya ia lipat di atas meja. 

"Jangan pura-pura baik-baik saja, Tari. Aku tahu kerisauan hatimu saat ini. Kamu takut jika nanti kakakku akhirnya bisa melihat kembali. Iya, 'kan?"

Aku menarik napas panjang, menetralkan detak jantung yang mulai seperti genderang perang.

"Kamu tidak tahu apa-apa tentangku, Al."

"Aku tahu semuanya, Mentari. Aku sengaja diam, bukan untuk membelamu. Aku hanya tidak ingin melihat senyum di wajah kakakku hilang lagi akibat kebenaran yang aku ungkapkan. Namun, sepertinya sebentar lagi Arfan akan tahu siapa istrinya ini. Istri yang dia anggap cantik dan baik hati, ternyata dia pembohong besar," ujar Alvin tanpa mengalihkan pandangan dariku.

Aku mengalihkan pandangan ke sembarang arah. Beberapa kali aku menelan ludah yang terasa menusuk di tenggorokan.

"Kasihan kakakku. Dia telah tertipu oleh istrinya sendiri. Wanita yang dia pikir cantik, ternyata ...."

_________

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status