共有

Bab 22- Udara Baru- Part I

作者: Aljum'ah R
last update 最終更新日: 2025-02-13 13:03:07

Hampir setengah tahun berlalu sejak misi Thomas dan timnya di Kosta Rika. Kehidupan di Akademi Heptagon terus berjalan seperti biasa, tetapi bagi Thomas, semuanya telah berubah. Pelatihan fisik semakin brutal, ujian semakin kompleks, dan pengawasan dari para petinggi semakin ketat.

Di suatu malam yang sunyi, Thomas berdiri di balkon asrama, menatap langit berbintang. Di sebelahnya, Alex bersandar pada pagar besi, memainkan korek api kecil di tangannya.

“Jadi, kau masih merasa kita hanya bidak dalam permainan mereka?” tanya Alex tanpa menoleh.

Thomas menghela napas. “Aku tak tahu, Alex. Aku mulai merasa bahwa dunia ini jauh lebih luas daripada yang kita kira. Setelah Kosta Rika, aku sadar bahwa kita masih belum tahu apa-apa.”

Alex tersenyum kecil. “Setidaknya kita tahu satu hal.”

“Apa?”

“Mereka tidak akan membiarkan kita keluar dari sini tanpa memastikan kita sudah menjadi monster.”

Thomas tertawa kecil, tetapi di dalam hatinya, ia tahu ada kebenaran dalam kata-kata Alex.

Malam itu terasa seperti malam-malam lainnya, sampai sebuah pesan masuk ke dalam alat komunikasi thomas.

“Thomas, ke ruang rapat utama. Sekarang.”

Tidak ada nama pengirim, tetapi Thomas sudah tahu siapa yang mengirimnya. George Simbian.

Thomas berjalan cepat menuju ruang rapat utama. Setibanya di sana, ia menemukan George Simbian sudah menunggunya bersama beberapa orang petinggi akademi.

“Duduk.”

Thomas menurut, duduk dengan punggung tegap. George menatapnya tajam sebelum akhirnya berbicara.

“Kau telah membuktikan dirimu dalam misi Kosta Rika. Tetapi itu bukanlah akhir dari ujianmu. The Heptagon ingin mengujimu lebih jauh, dan kali ini, kau akan menghadapi tantangan yang berbeda.”

Thomas tetap diam, menunggu instruksi selanjutnya.

“Aku akan memisahkanmu dari tim utamamu. Diego, Alex, dan Flynn akan tetap di akademi. Sementara itu, kau akan berangkat ke Afrika.”

Thomas merasakan dadanya mengencang. Afrika?

“Misi ini bukan sekadar latihan. Ini adalah ujian sebenarnya. Kau akan bekerja di bawah The Line 142 Sebastian 'Black Mamba' N’Dour.”

Sebuah nama yang asing bagi Thomas. Namun, ia tahu bahwa jika seseorang memiliki gelar The Line, maka mereka bukan orang sembarangan.

“Misi ini akan membawamu ke salah satu wilayah paling berbahaya di dunia. Kau harus menyusup ke dalam kelompok pemberontak yang dicurigai menerima dukungan dari organisasi yang bukan bagian dari Heptagon. Tugasmu adalah menemukan siapa yang ada di balik semua ini.”

“Aku akan pergi sendirian?”

George menyeringai. “Tentu saja tidak. Aku tidak ingin kau mati konyol. Aku sudah menyiapkan tiga orang untuk bekerja bersamamu.”

Sebuah layar menyala, menampilkan tiga wajah yang tidak familiar bagi Thomas.

“Dante Rook. Ahli penyamaran dan infiltrasi.” “Jamal Okoye. Spesialis perang gerilya.” “Isabelle Laurent. Ahli negosiasi dan pertarungan jarak dekat.”

Thomas memperhatikan wajah mereka satu per satu. Mereka semua terlihat lebih matang dan berpengalaman.

“Mereka adalah senior yang hampir menyelesaikan akademi. Jika kau bisa bertahan bersama mereka, maka mungkin kau memang pantas untuk berada di sini.”

George menatapnya tajam sebelum melanjutkan, “Kau akan berangkat dalam tiga hari. Gunakan waktu yang ada untuk mempersiapkan diri.”

Thomas menelan ludah. Ia tahu bahwa ini bukan sekadar ujian biasa. Ini adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih besar.

Perpisahan yang Sulit

Setelah keluar dari ruang rapat, Thomas langsung kembali ke asrama. Diego, Alex, dan Flynn sudah menunggunya di dalam kamar.

“Apa yang terjadi?” tanya Diego.

Thomas menghela napas sebelum menjawab. “Aku akan pergi.”

“Ke mana?” tanya Flynn dengan nada curiga.

“Afrika.”

Ruangan langsung sunyi. Alex adalah orang pertama yang berbicara setelah beberapa detik.

“Sendirian?”

“Aku akan bersama tim baru.” Jawab Thomas.

Diego tertawa sinis. “Jadi mereka memisahkan kita, ya? Menarik.”

Flynn menyandarkan diri di dinding, mengusap dagunya. “Dan kau setuju begitu saja?”

Thomas menatap mereka dengan serius. “Aku tidak punya pilihan kawan.”

Alex menatapnya dalam-dalam sebelum akhirnya mengangguk. “Kalau begitu, jangan mati di sana ya Thom !.”

Diego menepuk bahu Thomas dengan senyum tipis. “Jika mereka membiarkanmu kembali, kau harus bawa oleh-oleh untuk kami.”

Flynn hanya mengangguk. “Aku akan memantau jaringan intelijen. Jika kau butuh sesuatu, kau tahu cara menghubungiku.”

Thomas tersenyum. Mereka tidak banyak bicara, tetapi ia tahu bahwa mereka peduli.

Malam itu, untuk terakhir kalinya sebelum keberangkatannya, mereka duduk bersama di atap akademi, menatap langit yang sama seperti enam bulan lalu. Tetapi kali ini, sesuatu terasa berbeda.

Hari Keberangkatan

Tiga hari berlalu dalam sekejap. Thomas kini berdiri di landasan pacu akademi, di depan sebuah pesawat pribadi yang akan membawanya ke Afrika.

Di depannya, berdiri tiga orang yang akan menjadi rekan barunya.

Dante Rook, pria dengan wajah dingin dan mata tajam. Jamal Okoye, pria besar dengan senyum percaya diri dan aura seorang petarung sejati. Isabelle Laurent, wanita dengan postur ramping tetapi tatapan penuh ketegasan.

Pilot muncul dari balik pesawat, menatap mereka dengan ekspresi tenang.

“Ayoo, Waktunya bekerja” katanya singkat sebelum menaiki tangga pesawat.

Thomas menatap ke belakang sekali lagi, melihat akademi. Ia tahu, begitu ia menaiki pesawat, kematian akan menjadi teman terdekat dalam menjalankan misi kali ini.

Tanpa ragu lagi, ia melangkah maju.

Dan dengan itu, perjalanan barunya pun dimulai.

Bertahan di Lingkungan Baru

Saat pesawat mereka mendarat di salah satu pangkalan rahasia The Heptagon di perbatasan Afrika Selatan, Thomas melangkah keluar dengan napas dalam. Udara panas menyengat wajahnya, sementara angin gurun berhembus membawa butiran pasir yang terasa kasar di kulit.

Di sekelilingnya, beberapa tentara bayaran bersenjata lengkap berlalu lalang. Mereka bukan bagian dari The Heptagon, tetapi afiliasi dari organisasi bayangan yang mendukung berbagai operasi rahasia di Afrika. Di tengah hiruk-pikuk itu, Sebastian “Black Mamba” N’Dour menatapnya tajam.

“Kau anak baru, ya?”

Thomas mengangguk. “Ya, Tuan.”

Sebastian menyeringai. “Kita lihat apakah kau bisa bertahan. Aku tidak punya waktu untuk mengasuh bocah akademi.”

Di belakangnya, tiga senior yang akan bekerja dengannya Dante, Jamal, dan Isabelle memperhatikannya dengan penuh skeptis.

“Kau benar-benar yakin dia bisa bekerja dengan kita?” kata Dante dengan nada malas sambil menyilangkan tangan di dadanya.

Jamal menambahkan, “Kami tidak punya waktu untuk mengasuh seseorang yang belum pernah benar-benar merasakan panasnya neraka.”

Isabelle menghela napas. “George pasti punya alasan mengirimnya, tapi itu bukan berarti kita harus mempercayainya begitu saja.”

Thomas bisa merasakan ketidakpercayaan di mata mereka. Ia tahu bahwa jika ingin bertahan di tim ini, ia harus membuktikan dirinya.

Mereka duduk di dalam ruang rapat bawah tanah pangkalan, menatap peta yang terbentang di atas meja. Sebastian menunjuk ke sebuah wilayah di perbatasan Mozambik, sebuah daerah terpencil yang dikuasai oleh kelompok pemberontak.

“Kalian harus menyusup ke dalam kelompok ini,” katanya, suaranya dalam dan tegas. “Informasi dari jaringan intelijen kami menunjukkan bahwa mereka tidak hanya dibiayai oleh kartel senjata, tetapi oleh sesuatu yang lebih besar.”

Thomas menyipitkan matanya. “Organisasi lain?”

Sebastian mengangguk. “Kami menduga ada organisasi bayangan yang beroperasi di luar kendali Heptagon, dan mereka mulai mengembangkan pengaruh mereka di Afrika.”

Isabelle menambahkan, “Jika informasi ini benar, itu berarti Heptagon tidak lagi memiliki kontrol penuh atas jalur perdagangan di wilayah ini. Itu ancaman besar.”

Jamal bersandar ke kursinya, “Jadi kita harus menyusup sebagai apa?”

----------------> Bersambung

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 36 - Tim Kematian - Part 01

    Langit mulai berubah menjadi warna jingga saat senja menjelang. Angin dingin berembus melewati lapangan akademi, membawa keheningan yang terasa semakin berat. Di tengah area terbuka itu, Thomas berdiri berhadapan dengan Alex, Diego, dan Flynn tiga sosok yang dulu ia kenal sebagai teman seperjuangan, tetapi kini telah menjadi sesuatu yang lebih. Thomas tidak segera berbicara. Matanya menyapu wajah mereka satu per satu, mencoba menemukan jejak masa lalu di balik perubahan besar yang kini terpampang di hadapannya. Namun, yang ia lihat adalah sesuatu yang lebih kuat, lebih tajam mereka bukan lagi hanya sekadar rekan, mereka adalah saudara dalam peperangan. Alexlah yang pertama melangkah maju, dengan ekspresi percaya diri yang tetap sama seperti dahulu. Namun, ada sesuatu yang berbeda dalam caranya menatap Thomas. Bukan hanya rasa hormat, tetapi juga kebanggaan. "Jadi, kau akhirnya kembali." Suara Alex terdengar mantap, tanpa keraguan sedikit pun. Thomas mengangguk pelan. "Aku tidak pe

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 35 - Transformasi Thomas - Part 04

    Ia menghindari pukulan lurus dengan gerakan slipping, memiringkan kepala hanya beberapa inci dari tinju George.Hook kanan datang cepat, tetapi Thomas mengangkat sikunya untuk menangkis, merasakan benturan yang nyaris mematahkan tulangnya.Saat tendangan putar melesat, Thomas melompat mundur, menggunakan momentum George untuk memperhitungkan serangan balasan.Dan di situlah momen itu datang.Saat sikutan George mengarah ke lehernya, Thomas menurunkan tubuhnya, merendah, lalu meluncurkan uppercut langsung ke ulu hati George.DUG!Untuk pertama kalinya, George terdorong mundur.Thomas tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan kecepatan yang ia pelajari dari pertarungan ke-99, ia menyerang balik.Elbow strike ke rahang.Tendangan rendah ke lutut.Sebuah pukulan straight ke arah dada.Namun, George bukan lawan yang mudah. Saat serangan ketiga hampir mengenai, George tiba-tiba berbalik, menggunakan energi Thomas sendiri untuk menjatuhkannya dengan teknik grappling.Thomas terhuyung, teta

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 34 - Transformasi Thomas - Part 03

    Serigala itu tidak sendiri. Ada lima ekor lain yang mengintainya dari balik pepohonan.Thomas tahu bahwa ia harus bertarung.Ia mengambil tongkat besar yang terbakar di ujungnya dan mengayunkannya ke arah serigala pertama. Hewan itu mundur, tetapi lima lainnya bergerak mendekat. Ia tidak bisa melawan mereka semua.Pilihannya hanya satu "Lariiiii."Dengan cepat, ia berbalik dan berlari melewati hutan, napasnya tersengal. Ia melompati akar pohon, menerobos semak-semak, sementara suara cakar-cakar tajam mendekatinya dari belakang. Ia tidak bisa berhenti.Setelah hampir satu menit penuh berlari, ia melihat celah sempit di antara dua batu besar. Tanpa berpikir panjang, ia meluncur masuk dan menekan tubuhnya ke dalam ruang kecil itu. Serigala-serigala itu berhenti di luar, menggeram marah, tetapi tak bisa menjangkaunya.Ia menunggu, menahan napas, hingga akhirnya suara mereka menghilang.Malam itu, ia tidak bisa tidur. Ia menyadari satu hal: tempat ini tidak akan memberinya belas kasihan. J

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 33 - Transformasi Thomas - Part II

    Ia menggoreskan bilahnya ke telapak tangannya sendiri. Darah segar menetes ke dalam gelas kosong di tengah mereka.Tanpa ragu, Flynn mengambil pisau itu dan mengikuti, menyayat telapak tangannya sendiri sebelum meneteskan darahnya ke dalam gelas. "Setiap misi, setiap pertempuran, setiap kejatuhan… kita tetap satu."Alex, dengan tatapan penuh tekad, mengulangi ritual yang sama. "Kita tidak akan pernah berdiri sendirian. Kita adalah satu jiwa dalam empat tubuh."Akhirnya, Thomas mengambil pisau itu, merasakan dinginnya baja di kulitnya sebelum menyayat telapak tangannya sendiri. Darahnya bercampur dengan darah saudara-saudaranya, mengukuhkan sumpah yang lebih kuat dari sekadar kata-kata.Ia mengambil gelas itu, memutarnya pelan sebelum meneguknya. Darah hangat mengalir di tenggorokannya, bukan sebagai simbol kelemahan, tetapi sebagai bukti tak terbantahkan bahwa mereka telah memilih jalan yang sama. Tanpa ragu, gelas itu berpindah ke Alex, lalu ke Diego, dan terakhir ke Flynn. Mereka me

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 32- Transformasi Thomas - Part I

    Setelah berminggu-minggu menjalani latihan intensif di akademi, Thomas mulai merasakan perubahan dalam dirinya. Ia menjadi lebih cepat, lebih kuat, dan lebih waspada. Namun, dalam setiap latihan, ia juga mulai menyadari batasannya. Meskipun telah melalui berbagai skenario pertempuran, Thomas tahu bahwa ia masih jauh dari kata siap untuk menghadapi ancaman Black Dawn yang sesungguhnya.Sebuah komunikasi rahasia terjadi di salah satu markas Heptagon. Mr. Ice, salah satu The Council, telah berbicara dengan George Simbian secara langsung."Anak itu punya potensi," kata Mr. Ice dengan suara dingin khasnya. "Tapi dia belum siap. Jika dia ingin bertahan dalam perang berikutnya, dia harus menjadi lebih dari sekadar prajurit biasa."George menyilangkan tangan. "Kau ingin aku melatihnya secara khusus?""Ya. Tapi aku tidak ingin kau menawarkan diri. Jika Thomas benar-benar siap, dia akan datang kepadamu sendiri."George mengangguk paham. "Baik. Jika dia cukup cerdas untuk menyadari kelemahannya,

  • THE HEPTAGON - Perang di Dalam Bayangan   Bab 31 - Bayangan dan Ancaman- Part II

    Thomas tersenyum, tetapi ia tahu ada kebenaran dalam ucapan mereka. Ia memang berubah. Setelah melihat kematian, menyaksikan bagaimana Heptagon mengendalikan dunia kriminal, dan mengalami langsung pertarungan brutal, ia tidak bisa kembali menjadi siswa biasa yang hanya menjalani pelatihan tanpa memahami konsekuensinya.Keesokan harinya, Thomas kembali ke rutinitas akademi tetapi dengan nuansa yang berbeda. Di lapangan latihan, setiap tatapan yang diarahkan padanya terasa berat. Sebagian besar siswa lain melihatnya dengan rasa hormat, beberapa dengan iri, dan yang lain dengan waspada.Tidak seperti biasanya, Saat sesi Latihan kali ini, George Simbian adalah instruktur hari itu menggantikan Antonov, dan dia telah menanti terlebih dahulu dilapangan. "Hayooo….berkumpul lebih cepat, PARA BAJINGAN, kalian fikir kita sedang-piknik". Mendengar teriakan George. para siswa panik, berlari dan segera cepat membentuk barisan. Diego mendengar suara yang tidak asing baginya, spontan menepuk jidatn

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status