Home / Romansa / THE ISLAND : I'M IN LOVE / BAB. 2 Mempersiapkan Perlengkapan Berlayar

Share

BAB. 2 Mempersiapkan Perlengkapan Berlayar

last update Last Updated: 2023-12-13 12:21:22

Ketiganya sangat kaget dengan perkataan para ayah. Yang ingin membubarkan diri saat ini. Lagi-lagi para gadis pun meminta bantuan ibu mereka untuk menjelaskan kepada ayah-ayah yang sangat mengkhawatirkan putri-putrinya.

"Papa, ayolah. Jangan kekanakan begitu, biarkan Mira dan teman-temannya menyalurkan hobi mereka," tutur Mama Dwi mencoba merayu suaminya.

"Iya, Pa. Lagian Lia, Mira, dan Sera sudah mempersiapkan diri mereka dengan baik. Bahkan mereka telah mengecek prediksi BMKG. Jadi tidak ada yang perlu ditakutkan," sergah Mama Shania kepada suaminya.

"Benar itu, Pa. Lagian Sera dan juga teman-temannya sangat jago berenang dan menyelam. Makanya mereka berani untuk berlayar ke laut. Jadi tidak ada alasan bagi kita para orang tua untuk melarang mereka." Mama Nara juga ikut membuka pandangan suaminya.

Para ayah langsung terdiam mendengarkan penjelasan istri-istri mereka yang ada benarnya juga. Lalu ketiga pria tua itu mulai berbisik-bisik satu sama lain.

Walaubagaimanapun cinta pertama seorang anak gadis  adalah ayahnya. Demikian sebaliknya. Jadi rasa khawatir itu memang benar-benar merasuki para ayah saat ini.

Mereka sangat menyayangi sang putri. Makanya ketiganya dilanda kebimbangan yang hakiki saat ini. Bagi mereka anak perempuannya yang telah bertumbuh dewasa itu tetaplah menjadi seorang anak gadis yang imut di dalam hati mereka masing-masing.

Setelah agak lama berunding. Papa Theo akhirnya angkat bicara mewakili ayah yang lain.

"Baiklah, kami telah sepakat untuk mengizinkan kalian berlayar di lautan."

"Yeh! Hore!" teriak ketiganya dengan nada girang.

"Tunggu dulu. Papa belum selesai ngomong! Tolong kalian mendengarnya sampai akhir," tukas Papa Bagas lalu kembali menyuruh Papa Theo untuk melanjutkan omongannya.

"Jadi kami sepakat untuk memberikan kalian izin untuk dapat berlayar ke laut selama tiga hari saja."

"Apa? Tiga hari?" ucap ketiganya serentak.

"Yaelah, Papa. Sebentar banget tiga hari." celutuk Sera.

"Kita belum puas mengeksplor laut jika hanya segitu harinya, Pa!" Mira ikut menimpali.

"Bagaimana kalau enam hari saja, Pa?" Lia mencoba mengutarakan keinginannya.

"Ditambah satu hari lagi, sudah seminggu tuh, Lia. Kamu ini ada-ada saja!" sentil Papa Theo kepada anak gadisnya.

"Habis Papa sih, ngasih izin harinya dikit banget." tukas Lia tak mau kalah.

"Nanggung banget enam hari, Pa. Bagaimana jika seminggu saja. Sesuai dengan yang kami jadwalkan." Zemi kembali bernegosiasi kepada para ayah.

Namun ucapan menusuk dari Papa Bagas, mampu membuat Mira terdiam.

"Bukan kalian pengambil keputusan sekarang. Tapi kami para ayah kalian!" ujar Papa Bagas sambil menatap tajam ke arah anak gadisnya, Mira.

Lalu kemudian, para ayah kembali berunding lagi saat ini. Setelah lama berbicara bertiga saja, Papa Herman pun berkata kepada ketiganya.

"Kalian maunya enam hari kan? Kalau kami menginginkan tiga harinya. Tapi, baiklah. Kami telah kembali mempertimbangkannya. Maka dari itu kami para ayah akan memberi izin kepada kalian untuk berlayar ke laut selama lima hari saja! Keputusan ini telah bulat dan tidak dapat diganggu gugat lagi! Titik!" tegas Herman.

"Yes! Hore!" sorak ketiganya lagi.

Lalu ketiga gadis itu langsung berhamburan memeluk ayah mereka masing-masing."

"Terimakasih, Papa!" ujar ketiganya serentak.

"Kalian jaga diri baik-baik selam berada di laut. Jangan lupa untuk terus mengabari Papa dan Mama." seru Papa Bagas.

"Kami akan menunggu kepulangan kalian." seru Papa Theo.

"Ingat, ya! Lima hari saja waktu kalian berada di atas lautan." Papa Herman juga ikut menimpali.

Mereka juga tak lupa memeluk para ibu yang telah mendukung penuh rencana mereka untuk berlayar ke lautan.

Mau tidak mau para gadis menerima keputusan dari para orang tua yang hanya mengizinkan mereka berada di lautan selama lima hari. Jadi setelah pertemuan itu, Lia, Sera, dan Mira mulai sibuk mempersiapkan beberapa perlengkapan yang dibutuhkan selama berlayar di laut.

Di sebuah apartemen di Kawasan Jakarta Selatan,

"Guys! Nih, kita pelajari dulu." seru Mira lalu membagikan beberapa lembar kertas yang berisikan peraturan keamanan maritim kepada Lia dan Sera.

"Siap, Nona Mira!" ucap Lia lalu mulai serius membacanya

"Aiiyaa, kapten!" Sera juga sangat antusias membaca tulisan yang ada di atas kertas itu.

Peraturan keselamatan maritim ini merupakan aturan dan pedoman yang ditetapkan untuk memastikan keadaan dan keselamatan semua orang  saat berada di atas perairan, termasuk itu kapal, awak kapal maupun penumpang.

Mengetahui dan mematuhi peraturan keselamatan maritim ini merupakan hal yang harus dipelajari sebelum berlayar di atas lautan bebas.

Oleh karena itu sebelum melakukan perjalanan laut, Lia, Mira, dan Sera harus mempelajari  aturan dan regulasi terkait keselamatan selama berada di atas laut. Termasuk tentang pemakaian jaket pelampung, alat komunikasi, dan prosedur evakuasi.

Para gadis benar-benar mempelajari semuanya. Tentu saja mereka harus mempersiapkan semuanya dengan baik.

Keesokan harinya,

"Guys, kalian sudah siap kah?" tanya Lia kepada kedua temannya.

"Sudah kok, kita tinggal berangkat sekarang!" sahut Sera, dan dibalas anggukan oleh Mira.

Saat ini, mereka akan berangkat ke sebuah pusat perbelanjaan yang menjual beberapa perlengkapan untuk berlayar di lautan.

Berada di laut merupakan pengalaman yang sangat menarik, namun juga dapat menjadi situasi yang berbahaya. Dalam keadaan darurat di laut, pengetahuan dan persiapan untuk bertahan hidup sangatlah penting.

"Duh ... macet banget, sih!" seru Sera yang sedikit kesal dengan situasi lalu lintas yang cukup padat siang itu.

"Iya, jadi BT deh! Padahal gue nggak sabar segera sampai di mall. Gue mau makan es krim," Lia juga ikut merasa kesal.

"Yaelah, Lia! Gue pikir Lo nggak sabar ingin segera menyiapkan semuanya," timpal Mira.

"Iya, gue nggak sabar juga itu. Tapi gue ingin makan es krim dulu sebelum kita berlayar ke laut, guys!" cecar Lia lagi.

"Ha-ha-ha! Kita hanya lima hari meninggalkan gemerlapnya Kota Jakarta, Cuy! Bukan selamanya. Hiperbola Lo, Lia!" tukas Sera yang sedang menyetir.

Setelah mengatakan hal itu. Tiba-tiba saja, Sera mengerem mobil secara mendadak. Untung saja kedua temannya telah menggunakan sabuk pengaman.

"Ya ampun, Sera! Lo kira-kira dong kalau menyetir!" ujar Mira tajam.

"Entah nih, Sera! Nggak jelas banget deh, nyetirnya!" Lia ikut menggerutu.

"Sorry, guys. Gue nggak sengaja. Tadi ada kucing hitam yang tiba-tiba lewat," ujar Sera dengan mimik wajah serius.

"Hah? Kucing hitam?" sahut kedua temannya.

"Ini masih siang Sera! Bukan malam hari. Jangan bikin horor, Lo!" timpal Lia lagi.

"Gue serius, Guys! Tadi ada kucing hitam yang lewat tiba-tiba," jujur Sera.

"Kocheng orens, kali!" celutuk Mira.

"Ha-ha-ha!" Tawa ketiganya memenuhi mobil itu.

Namun Sera tiba-tiba terdiam  karena tadi dia sempat melirik ke kiri dan ke kanan namun kucing tersebut tidak kelihatan lagi.

Hal tersebut menjadi tanda tanya besar dalam diri gadis itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 118 Petualangan Panjang Berakhir Bahagia Selamanya

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias kembali cerah. Setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki terlihat mulai bersiap-siap bersama keluarga mereka untuk perjalanan terakhirnya di Pulau Nias. Hari ini, mereka akan mengunjungi Pantai Pasir Pink, Gawu Soyo, di daerah Afulu, Nias Utara. Semua orang tampak bersemangat untuk mengakhiri petualangan mereka dengan pemandangan yang menakjubkan."Semua siap? Jangan lupa bawa kamera, kita akan melihat sunset yang indah di sana," ucap Ayah Edu dengan semangat."Siap, Ayah!" seru Isaac dan Shakila bersamaan. Diikuti dengan anak-anak lainnya.Semua orang lalu naik ke bus pariwisata yang sudah menunggu di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, tersenyum dan menyapa para keluarga besar dengan hangat. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan menuju Pantai Pasir Pink di Gawu Soyo. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar dua jam setengah, jadi kita bisa bersantai dan menikmati

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 117 Eksplor Air Terjun Dan Belajar Budaya Di Museum

    Keesokan harinya, suasana pagi di hotel di Lagundri begitu tenang. Udara segar dan suara deburan ombak masih menemani ketiga keluarga besar yang tengah bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Setelah menikmati sarapan bersama, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki memeriksa persiapan sebelum berangkat. "Pastikan semua barang sudah tidak ada yang tertinggal," ujar Ayah Edu sambil memeriksa koper-koper di lobby hotel."Sudah beres, semua sudah di bus," jawab Ayah Ronald sambil mengangguk.Anak-anak terlihat bersemangat untuk melanjutkan petualangan mereka. "Kemana kita hari ini, Ayah?" tanya Sherina penuh rasa ingin tahu."Hari ini kita akan ke Kota Gunungsitoli. Kita akan mampir ke Air Terjun Humogo dan mengunjungi Museum Pusaka Nias," jawab Ayah Hezki sambil tersenyum.Setelah semua persiapan selesai, mereka kemudian naik ke bus pariwisata yang telah siap di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, kembali mengambil peran sebagai penjelas perjalanan h

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 116 Menonton Atraksi Lompat Batu Setinggi Dua Meter

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias masih cerah dengan langit biru tanpa awan. Pagi itu, setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki bersama keluarga masing-masing bersiap-siap untuk perjalanan menuju Desa Budaya Bawomataluo. Desa ini terkenal dengan tradisi lompat batunya yang telah mendunia.Pemandu wisata mereka, Agus, sudah menunggu di lobi hotel dengan senyuman ramah. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan mengunjungi Desa Bawomataluo, sebuah desa budaya yang sangat terkenal di Pulau Nias. Desa ini berada di atas puncak bukit, jadi kita akan sedikit mendaki."Anak-anak tampak bersemangat mendengar penjelasan Agus. "Yay! Mendaki bukit!" seru Isaac sambil melompat-lompat kegirangan.“Hore! Kita semua sungguh tak sabar!” sergah Hezra.“Ayo, Bang Agus! Tunggu apa lagi?” tukas Sebastian yang sangat antusias.“Come on, kita let's go, Bang Agus!” Jacob juga tak mau kalah.Sang pemandu wisata sangat se

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 115 Menonton Pertunjukan Surfing Berskala Internasional

    "Ayah juga mendengar tentang acara itu," ucap Ayah Edu sambil tersenyum. "Sepertinya menarik. Apa kalian benar-benar ingin pergi ke sana?""Ya, Ayah!" jawab anak-anak serempak."Kita bisa melihat pertunjukan surfing dan menjelajahi pulau itu," tambah Hezra. "Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan."Ayah Ronald mengangguk, "Baiklah, ini terdengar seperti ide yang bagus. Kita bisa mengatur perjalanan ke sana. Bagaimana menurutmu, Bro Hezki?"Ayah Hezki setuju, "Aku pikir ini kesempatan bagus untuk mengenalkan anak-anak pada budaya dan keindahan Pulau Nias. Selain itu, kita juga bisa menikmati waktu bersama sebagai keluarga."Anak-anak bersorak kegirangan."Hore-hore-hore! Terima kasih, Ayah!" seru mereka senang.Seminggu kemudian, hari yang dinanti-nanti tiba. Semua orang bersiap-siap untuk perjalanan mereka ke Pulau Nias. Pagi yang cerah menyambut ketiga keluarga besar yang baru saja

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 114 Bahagia Tinggal Di Pulau

    Di sisi lain, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera duduk di teras rumah, menikmati pemandangan indah dan kebahagiaan anak-anak mereka. Ketiganya merasa lega dan bahagia melihat anak-anak mereka begitu menikmati suasana baru ini."Aku tidak percaya kita akhirnya tinggal di sini," tutur Bunda Lia sambil menyesap teh hangatnya. "Ini adalah keputusan terbaik yang pernah kita buat.""Bener banget," jawab Bunda Mira. "Lihatlah anak-anak kita, begitu bebas dan bahagia. Ini adalah lingkungan yang sempurna untuk mereka tumbuh."Bunda Sera menambahkan, "Dan kita juga akan memiliki kesempatan untuk membangun sesuatu yang besar di sini. Mengelola resort dan menjalankan perusahaan kita sambil hidup di surga kecil ini. Apa lagi yang kurang dari kehidupan yang indah ini?"Hari-hari berikutnya di Pulau Asu dipenuhi dengan petualangan dan keseruan. Setiap pagi, anak-anak bangun dengan semangat baru, siap untuk menjelajah dan bermain. Mereka be

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 113 Persiapan Kepindahan Ke Pulau

    Pada suatu hari yang cerah di Jakarta, tiga pria yang merupakan sahabat lama sedang berkumpul di rumah salah satu dari mereka. Pria-pria ini adalah para ayah dari tiga keluarga yang memiliki impian besar. Mereka adalah Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki. Ketiga pengusaha sukses ini sedang membahas sebuah proyek besar yang akan mengubah hidupnya dan keluarga mereka untuk selamanya.Di ruang tamu yang luas dengan jendela besar yang memberikan pemandangan indah kota Jakarta, ketiga ayah itu sedang duduk di sekitar meja, memperhatikan peta Pulau Asu yang terbentang di depan mereka. Pulau kecil yang indah ini memegang kenangan manis bagi mereka dan keluarganya yang pernah terdampar di pulau ini selama bertahun-tahun."Aku tahu istri dan anak-anak kita sudah sangat merindukan Pulau Asu," ucap Ayah Edu membuka percakapan. "Mereka selalu membicarakannya, tentang betapa damainya, dan indahnya pulau itu. Mereka ingin kembali ke sana.""Benar," tambah Ay

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status