Share

BAB. 2 Mempersiapkan Perlengkapan Berlayar

Ketiganya sangat kaget dengan perkataan para ayah. Yang ingin membubarkan diri saat ini. Lagi-lagi para gadis pun meminta bantuan ibu mereka untuk menjelaskan kepada ayah-ayah yang sangat mengkhawatirkan putri-putrinya.

"Papa, ayolah. Jangan kekanakan begitu, biarkan Mira dan teman-temannya menyalurkan hobi mereka," tutur Mama Dwi mencoba merayu suaminya.

"Iya, Pa. Lagian Lia, Mira, dan Sera sudah mempersiapkan diri mereka dengan baik. Bahkan mereka telah mengecek prediksi BMKG. Jadi tidak ada yang perlu ditakutkan," sergah Mama Shania kepada suaminya.

"Benar itu, Pa. Lagian Sera dan juga teman-temannya sangat jago berenang dan menyelam. Makanya mereka berani untuk berlayar ke laut. Jadi tidak ada alasan bagi kita para orang tua untuk melarang mereka." Mama Nara juga ikut membuka pandangan suaminya.

Para ayah langsung terdiam mendengarkan penjelasan istri-istri mereka yang ada benarnya juga. Lalu ketiga pria tua itu mulai berbisik-bisik satu sama lain.

Walaubagaimanapun cinta pertama seorang anak gadis  adalah ayahnya. Demikian sebaliknya. Jadi rasa khawatir itu memang benar-benar merasuki para ayah saat ini.

Mereka sangat menyayangi sang putri. Makanya ketiganya dilanda kebimbangan yang hakiki saat ini. Bagi mereka anak perempuannya yang telah bertumbuh dewasa itu tetaplah menjadi seorang anak gadis yang imut di dalam hati mereka masing-masing.

Setelah agak lama berunding. Papa Theo akhirnya angkat bicara mewakili ayah yang lain.

"Baiklah, kami telah sepakat untuk mengizinkan kalian berlayar di lautan."

"Yeh! Hore!" teriak ketiganya dengan nada girang.

"Tunggu dulu. Papa belum selesai ngomong! Tolong kalian mendengarnya sampai akhir," tukas Papa Bagas lalu kembali menyuruh Papa Theo untuk melanjutkan omongannya.

"Jadi kami sepakat untuk memberikan kalian izin untuk dapat berlayar ke laut selama tiga hari saja."

"Apa? Tiga hari?" ucap ketiganya serentak.

"Yaelah, Papa. Sebentar banget tiga hari." celutuk Sera.

"Kita belum puas mengeksplor laut jika hanya segitu harinya, Pa!" Mira ikut menimpali.

"Bagaimana kalau enam hari saja, Pa?" Lia mencoba mengutarakan keinginannya.

"Ditambah satu hari lagi, sudah seminggu tuh, Lia. Kamu ini ada-ada saja!" sentil Papa Theo kepada anak gadisnya.

"Habis Papa sih, ngasih izin harinya dikit banget." tukas Lia tak mau kalah.

"Nanggung banget enam hari, Pa. Bagaimana jika seminggu saja. Sesuai dengan yang kami jadwalkan." Zemi kembali bernegosiasi kepada para ayah.

Namun ucapan menusuk dari Papa Bagas, mampu membuat Mira terdiam.

"Bukan kalian pengambil keputusan sekarang. Tapi kami para ayah kalian!" ujar Papa Bagas sambil menatap tajam ke arah anak gadisnya, Mira.

Lalu kemudian, para ayah kembali berunding lagi saat ini. Setelah lama berbicara bertiga saja, Papa Herman pun berkata kepada ketiganya.

"Kalian maunya enam hari kan? Kalau kami menginginkan tiga harinya. Tapi, baiklah. Kami telah kembali mempertimbangkannya. Maka dari itu kami para ayah akan memberi izin kepada kalian untuk berlayar ke laut selama lima hari saja! Keputusan ini telah bulat dan tidak dapat diganggu gugat lagi! Titik!" tegas Herman.

"Yes! Hore!" sorak ketiganya lagi.

Lalu ketiga gadis itu langsung berhamburan memeluk ayah mereka masing-masing."

"Terimakasih, Papa!" ujar ketiganya serentak.

"Kalian jaga diri baik-baik selam berada di laut. Jangan lupa untuk terus mengabari Papa dan Mama." seru Papa Bagas.

"Kami akan menunggu kepulangan kalian." seru Papa Theo.

"Ingat, ya! Lima hari saja waktu kalian berada di atas lautan." Papa Herman juga ikut menimpali.

Mereka juga tak lupa memeluk para ibu yang telah mendukung penuh rencana mereka untuk berlayar ke lautan.

Mau tidak mau para gadis menerima keputusan dari para orang tua yang hanya mengizinkan mereka berada di lautan selama lima hari. Jadi setelah pertemuan itu, Lia, Sera, dan Mira mulai sibuk mempersiapkan beberapa perlengkapan yang dibutuhkan selama berlayar di laut.

Di sebuah apartemen di Kawasan Jakarta Selatan,

"Guys! Nih, kita pelajari dulu." seru Mira lalu membagikan beberapa lembar kertas yang berisikan peraturan keamanan maritim kepada Lia dan Sera.

"Siap, Nona Mira!" ucap Lia lalu mulai serius membacanya

"Aiiyaa, kapten!" Sera juga sangat antusias membaca tulisan yang ada di atas kertas itu.

Peraturan keselamatan maritim ini merupakan aturan dan pedoman yang ditetapkan untuk memastikan keadaan dan keselamatan semua orang  saat berada di atas perairan, termasuk itu kapal, awak kapal maupun penumpang.

Mengetahui dan mematuhi peraturan keselamatan maritim ini merupakan hal yang harus dipelajari sebelum berlayar di atas lautan bebas.

Oleh karena itu sebelum melakukan perjalanan laut, Lia, Mira, dan Sera harus mempelajari  aturan dan regulasi terkait keselamatan selama berada di atas laut. Termasuk tentang pemakaian jaket pelampung, alat komunikasi, dan prosedur evakuasi.

Para gadis benar-benar mempelajari semuanya. Tentu saja mereka harus mempersiapkan semuanya dengan baik.

Keesokan harinya,

"Guys, kalian sudah siap kah?" tanya Lia kepada kedua temannya.

"Sudah kok, kita tinggal berangkat sekarang!" sahut Sera, dan dibalas anggukan oleh Mira.

Saat ini, mereka akan berangkat ke sebuah pusat perbelanjaan yang menjual beberapa perlengkapan untuk berlayar di lautan.

Berada di laut merupakan pengalaman yang sangat menarik, namun juga dapat menjadi situasi yang berbahaya. Dalam keadaan darurat di laut, pengetahuan dan persiapan untuk bertahan hidup sangatlah penting.

"Duh ... macet banget, sih!" seru Sera yang sedikit kesal dengan situasi lalu lintas yang cukup padat siang itu.

"Iya, jadi BT deh! Padahal gue nggak sabar segera sampai di mall. Gue mau makan es krim," Lia juga ikut merasa kesal.

"Yaelah, Lia! Gue pikir Lo nggak sabar ingin segera menyiapkan semuanya," timpal Mira.

"Iya, gue nggak sabar juga itu. Tapi gue ingin makan es krim dulu sebelum kita berlayar ke laut, guys!" cecar Lia lagi.

"Ha-ha-ha! Kita hanya lima hari meninggalkan gemerlapnya Kota Jakarta, Cuy! Bukan selamanya. Hiperbola Lo, Lia!" tukas Sera yang sedang menyetir.

Setelah mengatakan hal itu. Tiba-tiba saja, Sera mengerem mobil secara mendadak. Untung saja kedua temannya telah menggunakan sabuk pengaman.

"Ya ampun, Sera! Lo kira-kira dong kalau menyetir!" ujar Mira tajam.

"Entah nih, Sera! Nggak jelas banget deh, nyetirnya!" Lia ikut menggerutu.

"Sorry, guys. Gue nggak sengaja. Tadi ada kucing hitam yang tiba-tiba lewat," ujar Sera dengan mimik wajah serius.

"Hah? Kucing hitam?" sahut kedua temannya.

"Ini masih siang Sera! Bukan malam hari. Jangan bikin horor, Lo!" timpal Lia lagi.

"Gue serius, Guys! Tadi ada kucing hitam yang lewat tiba-tiba," jujur Sera.

"Kocheng orens, kali!" celutuk Mira.

"Ha-ha-ha!" Tawa ketiganya memenuhi mobil itu.

Namun Sera tiba-tiba terdiam  karena tadi dia sempat melirik ke kiri dan ke kanan namun kucing tersebut tidak kelihatan lagi.

Hal tersebut menjadi tanda tanya besar dalam diri gadis itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status