LUISITO FALCON is a taxi driver. He is pretending as a driver to hide his true identity because he's a Mafia boss. He was fearless, cruel, and proficient at violence.. He puts the law into his own hands. Even his family is unaware of his true identity, which he has kept hidden for a long time. Until he meets Lucia, the con artist, the woman has no interests other than making money, and she does not seem to be her type since he is a taxi driver. When you're a mafia boss, you get what you want, and the proper kind of ladies surrounds you, but being the real Luisito is still single and has no strings attached. Respectful and considerate. Women make a line and fantasize about him. Luisito is obsessed with his criminal operations. How to increase it to maintain his group strength, Lucia screwed up his world. Whenever the people she had deceived went after her, he was there to defend her. Instead of being annoyed, he feels like he's falling for her. The Mafia leader fell in love with the con artist. How would it be if they were inseparable? Does Lucia intend to keep his secret? How long can he hide his secret from Lucia before murdering her boyfriend?
View Moredi sebuah gudang tua yang jauh dari permukiman warga.
Herman maupun Lala menatapi para wanita yang sudah terikat berhari-hari atau ada yang berminggu-minggu di tiang kayu dengan bagian bawah basah.
Di bagian bawah terlihat tertancap alat getar bertekanan tinggi untuk memuaskan nafsu para wanita yang kini di kuras lendir demi sebuah PERSUGIHAN. Tidak hanya bagian bawah yang di manjakan oleh sebuah alat getar, bagian atas juga terdapat dua alat yang di gunakan untuk meremas kedua gundukkan besar dan empuk.
"Tolong lepaskan aku," rintih wanita itu menatapi seorang pria yang di dampingi oleh seorang wanita yang lebih tua berapa tahun.
Pria itu bersikap cuek, ia melirik wanita itu dengan tatapan malas. Walau di dalam hati terdapat niat untuk menyetubuhi para korban satu persatu secara bergilir. Membayangkan teknik yang akan di praktekkan kepada para korban, nafsu Herman semakin menggebu-gebu dan terasa keras di bagian pusat tubuh.
Melihat bagian menonjol keras di balik celana jeans yang berusaha untuk keluar. Herman mengerutkan kening, kemudian mengusap rahang berapa kali dengan ujung mata melirik tubuh para wanita tanpa pakaian yang terikat dengan pose mengundang nafsu.
"Sial," decak batin Herman yang berusaha mati-matian menahan gairah yang memuncak mendadak akan pikiran kotor yang bersarang di dalam otaknya barusan.
Para wanita tanpa busana itu adalah korban dari ritual pesugihan yang di lakukan oleh Herman dan Lala demi kelancaran bisnis usaha mereka jalani selama puluhan tahun ini.
"Lendir mereka sudah tidak enak lagi di mulut costumer," decak Herman yang kini pusing tujuh keliling. Pasalnya penghasilan usaha yang kian melorot tajam setahun ini dan bayang-bayang ke bangkrutan mulai menghantui hidupnya belakang ini. Belum lagi berapa barang kreditan sudah mulai jatuh tempo dan pinjaman dari bank juga ikut menghantui setiap langkah.
Memikirkan semua tagihan jatuh di saat bersamaan. Kepala Herman mendadak pusing tujuh keliling dan terasa mual di perut. Herman sangat taut menjadi miskin, Ia tidak mau di hina maupun di remehkan oleh semua oramg.
"Aku tidak mau miskin," lanjut Herman yang kini semakin stress akan kondisi keuangan yang merosot tajam setiap hari.
Berulang kali Herman mengusap wajahnya dengan kasar yang mengambarkan kondisi keuangan yang sedang di hadapi.
Banyak korban wanita yang di kuras lendir untuk di olah menjadi kuah bakso tidak bisa menaikkan omzet yang semakin di ambang ke bangkrutan.
Lala yang tidak ingin miskin, ia menemukan sebuah cara yaitu menjadikan Narnia sebagai tumbal persugihan selanjutnya untuk mengantikan para korban yang sudah tidak berguna.
Awalnya Herman tidak setuju, karena mengira Narnia masih ada hubungan darah dengan Lala. Sehingga ritual tersebut bukan berhasil tapi sebalik menjadi bumerang bagi mereka berdua di masa depan.
"Narnia anak dari pernikahan aku sebelumnya, tepatnya anak tiri. Jadi tidak perlu takut," seru Lala dengan wajah liciknya. Ia tidak sudih membesarkan Narnia secara percuma-cuna selama ini. Sehingga Lala mulai meminta balas jasa mulai detik ini.
Herman mengusap dagu secara sensual dan memikirkan apa yang di katakan oleh Lala barusan.
"Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi," lanjut Lala yang semakin menekan keputusan Herman untuk bekerjasama untuk menyeret Narnia ke dalam ritual persugihan.
Lala tidak ingin pergi ke jurang dosa sendirian, sehingga ia memutuskan untuk mengajak Herman untuk pergi ke neraka bersama atau mendepak Herman di kemudian hari jika mendadak menjadi miliader kaya raya.
Herman berpikir apa yang di katakan oleh Lala bisa di coba. Karena pihak berwajib sudah mencurigai aktivitas mereka berdua dengan kaitan para wanita yang merupakan pelanggan setia banyak yang menghilang belakang ini.
"Menarik juga," ucap Herman yang setuju dengan ide Lala karena dengan menjadikan Narnia sebagai tumbal persugihan selanjutnya, maka kecurigaan pihak berwajib tidak akan terbukti sama sekali.
***
Bandung, 2040
Ping…
Sebuah pesan w******p masuk ke ponsel salah satu gadis cantik yang kini duduk di kelas 2 SMA di salah satu sekolah favorit di Bandung.
Gadis itu sedang rebahan di atas kasur kontrakan yang berukuran singel dengan ruangan bernuasa pink dengan motif hello kitty menghiasi semua dinding kamar kontrakan yang merupakan motif kesukaan gadis itu, Serta berapa boneka hello kitty menghiasi atas ranjang. Termasuk berapa poster bayband tampan Korea menempel di setiap dinding.
Gadis cantik dengan rambut hitam panjang sepinggang itu bernama Narnia yang merupakan gadis tercantik di sekolah tersebut dan kini ia sudah menginjak usia dewasa.
Narnia berusaha meraba-raba keberadaan ponsel di samping tubuh untuk mengecek siapa yang mengirimkan pesan untuknya yang menganggu waktu bermalas-malasan di saat liburan sekolah.
"Sungguh menganggu," gumam Narnia dengan suara malas di sertai dengan suara sedikit manja seperti gadis pada umumnya.
Setelah mendapatkan ponsel tersebut, Narnia membuka kedua matan yang masih terasa lengket. Bahkan di dalam hati tidak ada niat untuk melihat siapa pengirim pesan.
Lala yang sudah kehabisan kesabaran, Ia kemudian mengirimkan stiker sebagai tanpa up pesan untuk segera di respon.
"Ieeehhh...resek banget sih," gerutu Narnia yang merasa terganggu sejak tadi.
"Anak sialan, sampai kapan kau diamkan pesan aku?" pekik Lala yang mengila ketika melihat tidak ada tanda-tanda Narnia akan merespon pesan yang ia kirim barusan. TLala yang semakin tidak sabaran. Ia kemudian mengirimkan berapa stiker lagi ke dalam ponsel Narnia.
Narnia yang sudah kesal tidak tertahankan lagi, Ia membuka kedua mata secara besar-besar untuk menahan ngantuk.
Tombol kunci di layar ponsel di buka dengan gesekan jemari, Narnia menekan tombol hijau whatxx untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan dengan bunyi berturut-turut seperti orang kesetanan yang membangunkan tidur nyenyak di hari libur sekolah.
Kedua mata Narnia melihat pesan yang masuk, merupakan pesan dari ibu tiri yang meminta dirinya untuk tinggal di Jakarta dan menetap bersama dengan kelurga baru dengan segala alasan yang tertulis di pesan whatxxx
Narnia agak ragu untuk memberikan jawaban atas permintaan sang ibu Tiri. Karena ia masih betah tinggal di Bandung dan bebas melakukan apa saja di sebuah kontrakkan sederhana yang dekat sekolah. Selain itu, Narnia merasa tidak enak sama keluarga baru ibu tiri yang sudah mempunyai anak dan suami. Sekarang posisinya adalah ia adalah orang luar dan tidak berhubungan apapun dengan mereka.
CHAPTER FIVE HINDI mapigilang hindi matuwa ni Lucia dahil sa wakas ay naoperahan na rin ang kanyang kapatid na si Lucas. Labis labis ang pag-aalala niya sa kapatid simula ng makaaksidente ito. Akala niya nga ay hindi na ito maooperahan pa dahil saang kamay ng Diyos naman nila hahagilapin ang pera na pinapabuo sa kanila ng Doctor. Kung ano-anong panloloko na nga ang ginagawa niya upang makaipon lamang ng pera.Niyakap niya ang mga magulang ng sabihin sa kanila ng Doctor na successful ang operation ni Lucas. Lahat sila ay napaiyak na lamang sa labis na tuwa.“Thanks God hindi ninyo pinababayaan ang anak ko,” usal ng kanyang ina. Tama ang ina, God is Good. Lahat ay nalagpasan nila.Kumalas siya ng yakap sa mga magulang.“Pero sino ang tumulong sa inyo Tay? Hindi biro ang pera na ipinahiram niya. Tiyak na kahit pa magkandakuba-kuba tayo a pagtratrabaho ay hindi natin mababayaran ang pinautang niyang pera,” nag-aalala niyang tanong sa ama.“Ang mahalaga ay ligtas na sa kapahamakan ang kap
“KUYA!” naririnig niyang sigaw ng kanilang bunso na si Sandro. Twelve years old lamang ito. Papasok palang siya sa maliit nilang gate ay nakaabang na kaagad ang kanyang kapatid. Palibhasa kasi ay ngayon lang naman ang pangako niyang ibibili niya ito ng cellphone. Ginulo niya ang buhok ni Sandro pagbaba niya ng taxi. Ang ngiti nito ay abot langit dahil nakita nito ang bitbit niyang paperbag.“Ang saya natin ah?” tanong niyang nakangiti sa kapatid. Ibang-iba siya kapag pamilya ang kasama niya. Siguro dahil siya ang tumayong ama sa kanyang mga kapatid simula ng maulila sila. Thirty-seven na siya at hanggang ngayon ay wala pa ring asawa.“Makakalimutan ko ba ang araw na ito? Hindi ba ngayon ng pangako mo na ibibili mo ako ng cellphone?” wika pa nito sa kanya.Ngumiti siya sa sinabi ni Sandro. Kahit nga sasakyan ay kayang-kaya niyang ibili sa mga kapatid pero hindi niya magawa dahil lihim ang kanyang pagkatao. Inabot niya ang paperbag sa kamay nito.“Yes! Sa wakas naman ay hindi na ako hih
LUISITO'S SMILE IS CONSTANT while he sits on his chair. They used up all their firearms after dealing with them on the black market. They are even better in terms of weapon caliber. He does nothing except observe the people who operate in the black market. Every activity there is illegal.“What can you say boss?” tanong sa kanya ni Danilo. Nakangisi ito at tuwang-tuwa.“Great,” sagot niya.“Sold out lahat ng armas natin at gustong-gusto nila,” pagmamalaki pa nitong wika. Kumuha siya ng sigarilyo sa sinindihan iyon ni Danilo.“Expected ko na iyon. Hindi tayo tatagal sa trabahong ito kung hindi naman dekalidad. Maiba nga pala ako Danilo. Ano ang nangyari kay Mr. Cheng? Nagbigay na ba siya ng pera?” Si Mr. Cheng ay isa lamang sa kanyang hawak. Proteksiyon ang gusto ni Mr. Cheng mula sa kanya. Proteksiyon laban sa kapwa nito sindikato at milyon ang natatanggap niya mula sa negosyante.“Takot lang no’n na alisin mo ang mga tao natin sa tabi niya. Kilala ka niya Boss. Alam niya ang kaya mo
SA ISANG pribadong ospital sila nagpunta. Kaagad itong sinalubong ng asawa nang makita silang paparating.“Kanina pa ako tumatawag sayo. Nag-seizure na naman si Lucas kanina,” wika ng babae na umiiyak.“Magandang gabi po. Ako nga pala si Luisito. Magkaibigan po kami,” pakilala niya sa kanyang sarili at baka madulas pa ang kasama niya ang matawag siyang boss.“Magandang gabi rin sayo,” wika sa kanya ng ginang.“Kumusta na si Lucas?” tanong ng kanyang tauhan sa asawa.“Sabi ng doctor ay kailangan maalis ang blood clot sa kanyang ulo dahil iyon ang dahilan ng kung bakit siya nagkaka-seizure,” sabat naman ng ginang.Sumilip siya sa salamin ng ICU. May nakita siyang batang nakaratay sa hospital bed. Walang malay ay nakabenda ang ulo. Sa tingin niya ang kaedaran ng kanilang bunso ang tinawag na Lucas ng mga ito.“Nakahiram ka ba ng pera?” tanong ng asawa nito.Tinitigan siya ng kanyang tauhan kaya tumango ito.“Pinasama po ako ng boss ko upang iabot sa inyo itong pera,” wika niyang inabot a
Sunod-sunod na putok ang pinakawalan ni Luisito gamit ang kanyang high caliber revolver. Lahat ng kanyang kalaban ay isa-isang bumagsak sa semento. Lahat ay wala ng buhay. Sinugod nila ang hide out ng mga sindikato upang kunin ang mga high caliber na armas. Para siyang nakikipagsagupaan sa mga bala. Kaliwat-kanan ang hawak niyang baril at kaliwat kanan din ang pagpapakawala niya ng putok.Wala siyang kinatatakutan. Lahat ng kanyang gusto ay kanyang makukuha. Ilang sandali pa ay mga tauhan niya na lamang ang natira.“Kunin lahat ng armas at dahil sa hideout!” sigaw niya.“Boss Falcon paano ang mga pera?” tanong sa kanya ng isang tao.“Tanga ka ba? Pera na iiwan mo pa? Dalhin mo rin!” sigaw niya rito kaya napakamot ito sa ulo.Kahit kailan ay may mga tauhan na tatanga-tanga. Napansin niya ang pera na nakalagay sa limang attache case. Napangisi siya. It looks like he hit the jackpot today. Thanks to his source, who tipped him off that high-caliber weapons were coming. He plans to sell it
Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.
Comments