Share

PERTEMUAN

Ryosuke Ryuji atau akrab disapa dengan Ryo, berjalan menaiki jalan mendaki yang dihimpit gedung-gedung pencakar langit kota Tokyo setelah upacara kelulusan sekolahnya. Motto hidupnya adalah; Hidup tenang dan damai.

Dia tak ambil pusing ketika dia dinyatakan tidak memiliki bakat ataupun potensi untuk menjadi Rifter, ketika ia menginjak usia sepuluh tahun.

Usia normal untuk manusia di era ini menunjukan tanda-tanda bahwa ia adalah seorang Rifter dan kekuatannya akan terbangkitkan ketika ia dewasa sepenuhnya.

Bahkan, nilai-nilai selama masa sekolahnya tidak buruk ataupun menonjol, tepat berada di tengah-tengah. Ia sengaja melakukan itu agar tidak menjadi pusat perhatian.

Terlahir yatim-piatu dan hidup dari tunjangan pemerintah, membuatnya tidak bisa berpangku pada siapapun.

Selama delapan tahun hidup di panti asuhan. Ia tumbuh seperti anak pada umumnya. Namun, untuk suatu alasan dia harus masuk ke ruangan khusus dengan pengamanan ketat pada malam hari.

Suatu hari seseorang mengadopsinya, hari-harinya begitu menyenangkan,ia merasa seperti anak normal untuk pertama kalinya, akan tetapi kehidupan yang lama ia dambakan itu tak berlangsung lama.

Ayah angkatnya tiba-tiba saja menghilang saat ia berumur empat belas tahun.

*

Tetap hidup di era yang dihantui kekacauan adalah penghargaan terbesar dalam hidup ia tak bisa meminta lebih dari yang sudah ia dapatkan.

Ryo tinggal di sebuah apartemen peninggalan ayah angkatnya. Apartemen seluas sepuluh kali sepuluh meter di pusat Tokyo adalah sebuah kemewahan di Jepang setelah era Kiamat Kecil.

Area tokyo yang dulu seluas ratusan kilometer persegi, kini hanya tersisa bahkan tak sampai setengah bagiannya.

Jika bukan karena tembok benteng menjulang tinggi yang di bangun pada era Kiamat Kecil, Tokyo pasti sudah hancur tak terisa sedikitpun. Situasi serupa juga terjadi di seluruh negara di bumi, setiap negara memusatkan sumber daya mereka disatu kota.

Kini, di gugusan kepulauan di pasifik yang memiliki sejarah agung nan panjang, hanya tersisa dua kota yang dapat di tinggali manusia secara layak yaitu Tokyo dan Kyoto.

*

Sirene tanda matahari akan segera terbenam melenguh nyaring diseluruh kota hingga terdengar ratusan mil jauhnya, memperingatkan semua penduduk bahwa jam malam akan segera diberlakukan.

Walaupun keseimbangan hukum ruang dan waktu di bumi lebih stabil, bukan berarti sudah aman, pada malam hari portal Dimensional Rift yang menghubungkan dimensi dunia lain kerap muncul entah dari mana dan menyebabkan Anomali Dimensi.

Pergesekan perbedaan kerapatan dimensi menyebabkan hukum ruang dan waktu bergeser hingga radius puluhan kilometer.

Waktu seakan melambat, Gravitasi menjadi sepuluh kali lebih kuat, Angin topan, badai awan magnetik yang mengangkat semua benda dari logam melayang ke udara dan bencana alam lainnya yang tak terbayangkan.

Tapi itu bukanlah hal yang terburuk, bencana yang sesungguhnya adalah ketika ada mahluk dari semesta lain yang keluar melalui portal Dimensional Rift.

Mereka datang dengan bentuk tubuh yang belum pernah dibayangkan oleh manusia, dengan kekuatan fisik mereka yang luar biasa serta kecerdasan jauh di atas manusia, mereka dengan mudah membasmi manusia dalam satu kota.

Pada saat portal terbuka, di situlah para Rifter menjalankan tugas mereka untuk melindungi manusia.

Tak heran jika menjadi Rifter didambakan dan dielukan oleh manusia, kejayaan, kekayaan dan kehormatan.

Maka tak jarang, kekuatan yang dianugerahkan pada mereka membuat mereka sombong, memandang rendah mereka manusia yang lemah. Tapi itu tak mengapa, selama umat manusia memiliki kekuatan untuk melawan.

Pemerintah Dunia mengabaikan persoalan kecil seperti itu, apalagi pada era dimana kekuatan adalah yang berbicara. Tidak boleh membunuh manusia ataupun mahluk bumi lainnya. Itulah aturan tangan besi bagi seluruh Rifter yang harus di patuhi, jika mereka melanggar, mereka harus siap menyerahkan nyawa mereka sendiri kepada neraka.

*

Ryo membuka kulkasnya dan mengambil sekaleng bir ketika masih mengalungkan handuknya dan bertelanjang dada.

"Selamat atas ulang tahunmu, dan kelulusanmu," ucap Ryo kepada diri sendiri.

Ia menyandarkan punggungnya ke kursi, menghela nafasnya dan menyalakan televisi, menggonta-ganti saluran dengan mata bosan. Mata dan telinganya terpaku pada sebuah berita singkat.

"Sebuah portal akan terbentuk di atas langit pusat kota Tokyo, ukuran yang diperkirakan kecil, level bahaya: Rank C. Para Rifter sudah bersiaga di jalan sekitar pusat kota, bagi para penduduk harap tetap tenang dan didalam rumah, demikian yang dapat kami sampaikan." Pembawa berita cantik itu dengan sangat piawai bersilat lidah di depan kamera.

Ryo mengerutkan keningnya, sebuah portal di tengah kota? Mahluk bodoh mana yang nekad menyusup menggunakan portal di tengah kota?

Dia melempar remotnya kesamping, berjalan menuju altar shinto yang ia gunakan untuk berdoa pada ayahnya.

Sebuah Katana dengan bilah berwarna hitam mengkilap dan sebingkai foto dirinya bersama ayahnya dengan latar belakang gedung megah berwarna putih. Peninggalan ayah angkatnya yang tersisa, ia merawat baik-baik dua benda itu bersamanya.

Berdoa dengan sangat khidmat, dengan posisi Seiza dan mengatupkan kedua telapak tangannya, kadang ia menitikan air mata, kadang ia tersenyum ketika berdoa.

Seolah ia sedang mencurahkan isi hatinya kepada sosok yang sudah ia anggap seperti ayah kandungnya. Tapi rutinitas untuk menenangkan hatinya itu tak berlangsung lama seperti hari biasa.

Ia sangat terkejut dan menutup telinganya ketika sebuah ledakan sangat keras diatas langit, gelombang kejut segera menyebar ke segala penjuru dan memecahkan kaca-kaca tebal gedung pencakar langit.

Ryo segera berlari ke arah beranda, ia tak percaya dengan yang ia lihat, sebuah portal Dimensional Rift sudah terbentuk sempurna tak jauh di atas kepalanya. Perkiraan yang disampai berita dadakan itu ternyata jauh lebih rendah dari yang sampaikan.

"Sialan!" umpat Ryo, dengan langsung mengunci pintu beranda dan menyambar pedang peninggalan ayahnya.

Untuk sejenak ia ragu untuk segera lari ke tempat yang lebih jauh atau tetap tinggal. "Jika aku keluar, besar kemungkinan aku terperangkap Anomali Dimensi, csk!!"

Terlambat sudah, ukuran portal itu mendadak membesar, tingkat bahayanya naik menjadi level B, Anomali Dimensi terbentuk sempurna hingga radius sepuluh kilometer, waktu didalam radius Anomali Dimensi menjadi sangat lambat, semua gerakan yang Ryo lakukan terasa sangat berat.

Itulah yang terjadi ketika manusia biasa terperangkap dalam Anomali Dimensi, kemampuan fisik dan otak menjadi terbatasi di dalam Anomali, ini lah yang mengakibatkan manusia mengalami kekalahan besar.

Satu sosok mahluk segera mencoba keluar dari portal, para Rifter Rank C berusaha sekuat tenaga untuk menahan mahluk itu. Tapi mereka tak cukup kuat menahannya, mahluk itu segera melompat keluar dari portal dan mendobrak pintu balkon apartemen Ryo.

Sekuat tenaga ia berlari ke pintu keluar tapi sekuat apapun ia mencoba, tubuhnya bahkan belum bergerak sejauh satu meter dari tempat semula. Mahluk dengan perawakan besar dan berwajah bengis itu segera menjangkau Ryo dan mencekik lehernya dengan tangannya yang besar.

Dengan putus asa Ryo meronta dengan tubuh yang makin melemas. Ia menatap dalam-dalam mata mahluk itu, sekelebat ingatan saat ia masih kecil terlintas di pikirannya, ia seperti pernah melihat mahluk seperti ini sebelumya. Matanya lebar, tubuhnya bersisik dengan wajah seperti spesies ikan asing.

Di saat-saat genting itu, seorang perempuan mendobrak pintu masuk apartemen Ryo, dengan santainya berjalan di tengah Anomali Dimensi seperti berjalan di taman bunga dengan memegang pistol di tangan kiri dan pedang berwarna merah menyala di tangan kanannya.

Dia melepaskan tiga tembakan ke arah mahluk di depannya, peluru yang ia tembakkan tidak terpengaruh Anomali, melesat tepat mengenai bahu dan lehernya sehingga melepaskan cengkramannya pada leher Ryo.

Mahluk itu meraung sangat keras hingga memekakkan telinga, perempuan berambut putih itu tak bergeming, ia tetap mengacungkan pedangnya.

"Release!"

Setelah satu kata itu terucap gelombang kejut sangat kuat terlepas dari tubuhnya dan menghempaskan mahluk itu dan menetralkan Anomali Dimensi. Hentakan yang sangat kuat itu merusak semua perabotan di dalam apartemen, Ryo tersungkur dan menghela nafas dalam-dalam, mencoba menghirup udara sebanyak yang ia bisa.

"Wanita muda ini adalah Rifter?!" teriak Ryo dalam hatinya ketika melihat sosok penyelamat hidupnya.

Tubuhnya tinggi semampai, mengenakan busana casual, jaket kulit feminim warna hitam, tank top, celana jeans dan sepatu boot tinggi. Raut wajahnya sangat tegas rambutnya yang putih berkelebat indah dan menambah pesonanya.

"Jangan bergerak, sedikitpun," ucap perempuan itu, baik mahluk itu ataupun Ryo tak bisa bergerak sedikitpun seperti mematung.

Walaupun anomali sudah dinetralkan, tapi seperti ada kekuatan lain yang menahan tubuh mereka, dan kekuatan itu berasal dari perempuan berambut putih itu.

Mahluk itu kembali meraung, ia langsung berlari ke arahnya. Perempuan itu melepaskan dua tembakan dan tepat mengenai mata mahluk buas itu. Ia mengayunkan pedangnya sebanyak tiga kali, mahluk itu berhenti bergerak maupun bersuara.

Tubuhnya langsung ambruk dan terpotong menjadi tiga bagian setelah perempuan itu mengibaskan darah dan lendir yang menempel pada pedangnya. Melihat hal itu, mulut Ryo kelu, bahkan ia lupa untuk bernapas.

"Luar biasa! Inikah kekuatan Rifter Ranking Elit?!" pikir Ryo.

"Syukurlah kau masih hidup," ujar perempuan itu sembari menyarungkan pistolnya ke holster di pinggangnya, pedang panjang yang ia gunakan berubah wujud menjadi cair seperti darah dan masuk ke tubuh lewat telapaknya.

Ia membereskan mayat mahluk yang ia potong-potong dan melemparnya kembali ke dalam portal, "Close!" Portal itu perlahan menutup dengan sendirinya dengan satu gerakan tangan.

"Kau menyelamatkanku, terima kasih," ucap Ryo seraya menundukan kepala.

"Menyelamatkanmu? Aku tak salah dengar? Aku dikirim kesini untuk membereskan satu kecoa laut seperti itu? Jika temanku mendengar kejadian ini, aku pasti sudah menjadi bahan olokan mereka sekarang."

Perempuan itu malah terlihat sangat kesal dan berbicara sedikit angkuh, walaupun akhirnya dia membantu Ryo untuk bangun.

"Maaf jika aku membuatmu kesal," kata Ryo dengan nada sedikit memelas.

"Aku kesal ketika melihat orang lemah yang tak berdaya dan malah hidup bermalasan seperti ini, aku tak mengerti kenapa Ryuji begitu memanjakanmu, penerus White Raven malah sangat lemah seperti ini." Lidahnya berdecak-decak ketika beberapa kali mengumpat kata.

Namun, Ryo tak memperdulikan itu, kata "Ryuji" menyambar dirinya bahkan lebih keras dari guntur.

"Hei tunggu dulu?! Bagaimana kau bisa mengenal ayahku? Siapa kau sebenarnya?"

"Elena, Elena Katyushka, Rank S Rifter, Mistress Of White Raven, ya boleh dibilang aku adalah tuan putri dari White Raven, dan ayahmu Ryuji adalah pendiri White Raven."

"Tunggu dulu," Ryo terperanjak saat mendengar kata White Raven.

"Maksudmu, Asosiasi Rifter White Raven? Asosiasi Rifter terkuat yang bahkan bisa menyaingi Asosiasi Rifter Dunia dan bahkan memiliki Akademi, Daerah otoritasnya sendiri, dan berdiri seperti layaknya kerajaan kecil yang menguasai separuh Washington? Kau pasti salah orang, ayahku hanya pekerja jasa transportasi logistik perusahaan kecil."

"Yep, setengah Washington hanyalah halaman depan White Raven. Katana dengan bilah hitam mengkilap, dengan pola Hammon menyerupai sisik naga, tak salah lagi, Pedang Surga Terkutuk." Elena memperhatikan Katana yang Ryo pegang.

"Lalu fotomu saat berusia 10 tahun bersama Ryuji berlatar belakang Akademi White Raven, walaupun sudah kusam, tapi aku bisa mengenal postur tubuh Ryuji yang tinggi kurus itu."

Mendengar semua hal itu, Ryo duduk terjatuh, pikirannya yang masih dilanda shock akibat serangan sebelumnya, mendapatkan sesuatu yang bahkan lebih membuatnya terkejut hingga jantungnya seakan berdetak di luar dadanya.

"Siapa sebenarnya Ryuji, dia yang selama ini aku anggap ayah, siapa sebenarnya dia?" Ryo berpikir sangat keras, peluh dan air matanya bercampur jadi satu di pipinya. "Lalu, apa maksudmu datang kemari?"

"Untuk menjemputmu," balas Elena.

"Lalu, bagaimana aku bisa tahu, jika kau yang sengaja membuka portal tadi, mengarang semua cerita dan sebagainya?"

"Ya ampun, asal kau tahu, aku punya aset sebanyak milliaran Units, aku bisa menggunakan dollar kertas untuk mengepel lantai rumahku jika aku mau, merundung seseorang demi uang bukan hobiku, aku datang kesini atas ramalan Ryuji, aku sendiri terkejut, ini bukan seperti ramalan lebih tepatnya Ryuji seperti mengintip masa depan sebelum dia pergi, jika kau tak percaya tunggulah lagi selama dua bulan, kejadian seperti ini pasti akan terulang lagi, kau ini sedang diincar oleh Sea's Abyss."

Penjelasan Elena memborbardir akal sehat Ryo hingga ketitik kritis.

"Tapi bagaimana kau....?" Bibir Ryo di tahan dengan satu jari Elena, wajah mereka sangat berdekatan, Ryo menatap dalam-dalam pupil mata berwarna merah milik Elena, menyala terang seperti batu Ruby.

"Shhh, kau terlalu banyak bicara Ryosuke Ryuji, sekarang kau tidurlah."

Dengan satu sentuhan di tengah kening Ryo, dia membuatnya tertidur begitu saja.

Ia terbangun di kamar rumah sakit dengan penyangga leher. Selang infus dan berbagai macam sensor tertempel pada tubuhnya, perawat yang mendapati Ryo tersadar segera berlari keluar kamar dan kembali bersama tim dokter yang dengan cekatan memeriksa kondisi Ryo.

Ingatannya menjadi kabur, ia tak bisa mengingat pasti apa yang terjadi dengannya tadi malam, hanya beberapa potongan ingatan terlintas di kepalanya.

"Syukurlah tidak ada yang aneh ataupun cedera lainnya," ujar seorang dokter berkumis tebal dan bertubuh sedikit gempal.

"Apa yang terjadi, siapa yang membawaku kesini, di mana ini?" tanya Ryo dengan suara parau.

"Rumah sakit pusat tokyo, pasukan pemadam dan penyelamat membawamu kemari, syukurlah kau selamat dari insiden itu," ujar dokter itu.

"Laporan resminya, kau ditemukan tak sadarkan diri di apartemen mu, semua perabotan rusak seperti ada gelombang kejut yang meladak di dalam dan tak ada jejak lainnya."

Mendengar penjelasan dokter, ia menyadari bahwa insiden di apartemennya malam itu, tak bisa dihiraukan begitu saja, hanya orang yang memiliki pengaruh sangat kuat dan dana tak terbatas yang bisa menyembunyikan sebuah fakta insiden.

Seminggu setelah dirawat dia dinyatakan pulih, ia pun bisa kembali kerumah. Apartemen kelas atas yang ia tempati berubah menjadi bobrok hanya dalam waktu semalam, tapi anehnya hanya altar shinto yang tak tergores sedikitpun, Katana yang ia gunakan untuk melawan mahluk itu juga kembali ke tatakannya semula.

Keseharian Ryo tak jauh berbeda dan lebih banyak ia gunakan untuk berdiam diri, membaca buku-buku yang belum sempat ia baca, dan bekerja paruh waktu di sebuah toko tak jauh dari apartemennya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status