Cup!
Caca membelalakkan mata saat sebuah benda kenyal dan beraroma mint menempel di bibirnya.
"M--Maaf Ca, gak sengaja," ucap Dafa terbata-bata. Kakinya tadi tersandung dan tidak sengaja menubruk gadis yang ada di depannya, hingga mereka berakhir berpelukan di sofa dengan bibir saling menempel.
Caca memandang tajam Dafa. Kurang ajar sekali sahabatnya ini, meski tidak sengaja tapi ini adalah ciuman pertamanya, bibir yang selalu ia jaga kini telah hilang keperawanan.
Plakk ...
"Bangun! Ngapain masih meluk gini."
Dafa buru-buru melepas pelukannya dan berdiri.
"Beneran gak sengaja, tadi kesandung," ucapnya menunjuk kaki meja.
Bisa bahaya kalau dia tidak segera menjelaskan, sahabatnya ini kalau mengamuk sudah seperti mau makan orang.
"Brengsek! Gara-gara kamu bibirku udah gak suci lagi kan." Caca memukul-mukul punggung lelaki itu dengan sekuat tenaga.
"Kan enggak sengaja Ca, harus gimana lagi?"
"Kamu cari tempat lain kek buat jatuh, gak usah nabrak-nabrak segala!" Kata Caca memandang sebal lelaki di depannya.
"Ya udah iya, nih aku cari tempat lain."
Dug
Brukk ...
Cup!
"DAFA!"
Dafa yang semula hanya ingin mencontohkan pendaratan berbeda malah kembali tersandung, menubruk dan mencium bibir Caca, membuat gadis itu sangat murka.
"Sialan! Kurang ajar, brengsek ..."
Caca terus menjambak rambut Dafa dengan kuat.
"Ampun Ca, ampun! Gak sengaja lagi, akhh ...aduh ...!" Pinta Dafa dengan wajah memelas.
"Hua abang ...." Caca hampir menangis, dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Dafa terlihat mengenaskan, penampilannya sudah acak-acakan tidak karuan.
"Jangan nangis dong Ca, aku harus gimana biar kamu maafin, ini coba di lap biar hilang bekas ciumannya," kata Dafa menyodorkan sekotak tisu.
Caca semakin tidak berani menurunkan tangannya. Wajahnya memerah malu bercampur marah.
"Please Ca berhenti nangis, nanti aku dibunuh bunda loh."
"Nanti aku beliin siomay atau temenin nonton drakor deh," kata Dafa lagi, dia sungguh takut jika sang bunda tau dan marah padanya.
"Ca ...." Dafa menyentuh tangan Caca.
"Huaa!" Tangisan gadis itu justru semakin keras, Dafa kelimpungan dibuatnya.
"Ca, duh. Udah dong Ca," rayu Dafa akhirnya memeluk sahabatnya karena bingung.
"Aku malu," ucap Caca disela tangisannya.
"Malu kenapa?"
Caca melepas pelukannya, dia menatap nyalang sahabat laki-lakinya itu.
"Kamu pura-pura polos apa emang beneran bodoh sih?" Tanya Caca kesal.
Gadis itu segera berdiri dan keluar dengan membanting pintu kamar Dafa.
"Bodoh-bodoh-bodoh," rutuk Caca dalam hati. Bagaimana bisa sahabatnya itu tidak merasa malu setelah menciumnya?
Ah, sial. Kepala Caca rasanya mau meledak memikirkan kejadian barusan.
"Mama ... Bibirku udah gak suci lagi," rengek Caca menelungkupkan badannya di kasur.
Andai orang tuanya masih tinggal di Bandung, dia pasti akan mengadukan perbuatan Dafa.Caca tiba-tiba berdiri dan menelfon pembantu di lantai bawah.
"Tolong bawain aqua gelas sekardus ke kamar saya," ucap Caca lalu meletakkan kembali gagang telepon.
Tak butuh waktu lama, sekardus aqua kini telah berada di samping ranjangnya.
"Daripada pusing gini mending aku mabuk-mabukan aja deh, gak masalah kalo nanti kembung toh bisa sembuh sendiri," ucap Caca. Ya, mabuk yang dia maksud adalah mabuk aqua, bukan minuman beralkohol seperti orang lain.
Caca menghabiskan 10 aqua gelas lalu berhenti, karena perutnya sudah tidak mampu menampung lagi. Dia bahkan sudah bersendawa beberapa kali.
***
Caca sedang berada di supermarket. Tadi pagi, dia pergi ke toko buku, saat pulang sekalian mampir ke sini, membeli beberapa snack untuk persiapan beberapa hari ke depan. Selain suka makanan berat Caca juga suka ngemil.
"Sekalian beli buah deh," gumam Caca ketika mengingat beberapa buah yang sudah habis ada di rumahnya.
Gadis dengan balutan kaos putih dilapisi jaket jeans itu menoleh kesamping saat mendengar beberapa perempuan berbisik sambil menyebut namanya.
"Permisi, Kak Caca bukan ya?" Tanya salah satu gadis yang tadi berbisik-bisik.
"Iya, siapa ya?" Caca membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya.
Mereka bersorak pelan, tidak menyangka akan bertemu selebgram di supermarket.
"Kita penggemar kakak, boleh minta foto gak?" Tanya gadis tadi tersenyum senang dan disusul anggukan teman-temannya.
"Boleh," jawab Caca sambil tersenyum.
Mereka pun bergantian foto dengan Caca. Caca yang telah selesai memilih buah segera pamit untuk membayar belanjaannya.
Sesampainya di rumah, Caca memakan buah sambil memainkan ponselnya. Dia melihat postingan yang menandai dirinya, ternyata gadis-gadis di supermarket tadi menggunggah foto saat bersamanya.
"Gak nyangka bakal ketemu seleb di supermarket."
"Kak Caca cantik banget."
"Ternyata di dunia asli gak sedingin kayak di video."
"Ternyata aslinya ramah."
"Gak salah gue ngefans berat."
Gadis itu tersenyum ketika membaca caption juga komentar mereka yang menurutnya terlalu berlebihan.
Menurutnya didepan kamera dia bersikap dingin ya karena memang itu adanya, Caca ingin menunjukkan bahwa itulah sikap aslinya jadi saat penggemarnya bertemu mereka tidak akan kecewa. Tapi untuk kasus ini, justru Caca lah yang kecewa.
"Masuk!" Kata Caca saat ada yang mengetuk pintu kamarnya.
Dio berjalan tergesa bersama mantan calon besannya, yaitu Hansa dan Hesti.Setelah bertanya pada resepsionis, mereka langsung menuju ruangan dimana Dafa dan yang lain berada.Kriet ....Orang yang didalam seketika menoleh.Dio langsung mendekati anaknya. Pergelangan tangan Dafa yang tadi sempat tergores pisau kini sudah diperban, juga beberapa luka goresan lain sudah diobati. Disebelahnya ada Caca yang dahi dan tangannya yang sempat terluka tadi telah diobati."Maafin Ayah," ucap Dio dengan nada penyesalan.Dafa diam, rasanya dia masih kesal dengan laki-laki yang selama ini menjadi penutannya."Ayah lagi ngomong tuh lho, kok nggak dijawab sih," omel Caca membuat Dafa menjawab dengan malas-malasan."Iya.""Perjodohannya batal sesuai keinginan kamu," kata Dio lagi.Gara yang duduk disebelah Kiara menyimak semua omongan Dio dengan perasaan tak menentu. Senang karena akhirnya gadis pujaannya batal dijodohkan, bi
Tin ... tin ....Perempuan dengan kaos putih dipadukan rok span dan flat shoes yang hendak berlari menyeberang jalan segera menghindar, namun sayangnya terlambat. Meski tidak tertabrak, namun tubuhnya tetap terserempet mobil a*anza yang hendak melintas."Aww ...!" Pekik Caca."Woy! Hati-hati dong kalau nyeberang, gue nggak siap masuk penjara tau," ketus supir mobil yang ternyata seorang perempuan muda.Walau tubuhnya lecet-lecet dan sakit, perlahan Caca berdiri dan meminta maaf hingga pengendara tersebut kembali melajukan mobilnya menjauh.Sebenarnya jarak antara kafe dan rumahnya tidak terlalu jauh, namun entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Caca berlari sudah cukup lama tapi tidak sampai juga.Dia terus berlari dengan tertatih-tatih, tanpa memperdulikan jidat dan tangan yang sempat tergores batu dan mengeluarkan darah.Sekitar 10 menit barulah perempuan itu sampai, dia segera menuju kamar Dafa."Daf!" Serunya sa
Hari ini Dafa kembali mengurung diri di dalam kamar. Berkali-kali Fenti memanggilnya namun tidak ada sahutan, wanita itu jelas khawatir dan berpikiran yang tidak-tidak. Bagaimana kalau anaknya nekat melakukan hal buruk?"Udahlah, Bun, biarin aja. Nanti juga keluar sendiri," ucap Dio yang jengah dengan sikap anaknya yang menurutnya sangat pembangkang dan gampang marah."Ini udah sore dan Dafa belum keluar juga, tapi kamu tenang-tenang aja!" Bentak Fenti yang tersulut emosi.Suaminya ini kenapa tidak khawatir sama sekali, padahal Dafa adalah anak tunggal mereka.Dio berdecak, bukannya tidak khawatir. Dia hanya tidak ingin memanjakan Dafa, apa salah kalau dia ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya itu?"Coba kamu diemin, nanti juga juga bakal keluar sendiri kalau udah lapar.""Kalau segampang itu aku nggak akan sekhawatir ini, tapi coba kamu ingat, kemarin-kemarin bahkan Dafa betah nggak keluar selama seminggu.""Daf, ayo buka
Berkali-kali Dafa melirik ayahnya yang duduk di depannya."Ayah tadi udah bicara sama Caca supaya menjauh dari kamu," celetuk Dio membuat anaknya seketika mengangkat wajah dengan netra melebar."Maksud Ayah?""Ayah minta kamu juga menjauh, jaga perasaan calon istrimu."Calon istri? Ketemu saja belum. Dafa benar-benar tak habis pikir kenapa ayahnya sekarang jadi suka mengatur seperti ini."Ayah bisa nggak sih kalau mau bikin keputusan tuh ngomong dulu? Apa yang Ayah putuskan belum tentu aku mau," balas Dafa dengan kesal.Dio melepas kaca mata bacanya lalu menatap sang anak."Pendapat kamu itu nggak penting. Kalau kamu nggak setuju maka siap-siap Ayah kirim ke Singapura untuk melanjutkan pendidikan."Dafa menggenggam sendok dengan erat."Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa menentukan pilihanku sendiri. Yang akan menjalani rumah tangga itu aku, kalau kayak gini kenapa nggak Ayah aja yang nikahin dia!""Dafa!" S
[Ini terakhir, Ca. Aku bakalan dijodohin nggak tau sama siapa, mungkin setelah ini kita nggak bisa ketemu lagi]Caca kembali membaca pesan itu dengan tangan gemetar. Apa ini? Apa Dafa sudah lelah membujuknya hingga menerima saat dijodohkan dengan perempuan yang bahkan belum dikenal?Bergegas perempuan itu keluar dari kamar dan berlari menuju rumah pohon. Untung saja dia sudah berganti pakaian dan sempat mencepol asal rambutnya."Daf!" Serunya ketika baru masuk ke rumah pohon.Lelaki di pojok sana menoleh dengan pandangan sendu. Rambut gondrongnya acak-acakan, Caca menggeleng pelan, penampilan Dafa kali ini benar-benar tak terurus.Perempuan itu mendekat lalu duduk di samping Dafa yang sedari tadi menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Merasa tak tega, Caca langsung memeluknya."Ca ... aku nggak mau dijodohin, bertahun-tahun aku nunggu kamu. Aku cuma mau kamu ...," kata Dafa sambil terisak.Caca dapat merasakan kalau pundaknya pun
3 tahun telah berlalu.Banyak hal yang sudah terjadi, termasuk Devan yang menikah dengan Lily satu tahun setelah kedatangan Caca ke Korea.Kini, Caca kembali ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan Arga. Apa kalian tau lelaki itu akan menikah dengan siapa?Yap, dengan Fey! Salah satu teman dekatnya.Tidak kaget sih, sejak dulu juga Caca sudah menebak hal ini akan terjadi. Naya sendiri sudah menikah paling awal, tepatnya 1 tahun yang lalu. Yang tidak disangka-sangka ternyata dia menikah dengan Rendi, laki-laki yang dulu perempuan itu anggap sebagai mantan paling menyebalkan."Duh, calon adik ipar cantik banget. Sayangnya masih jomblo," goda Fey yang duduk di depan meja rias.Perempuan itu tampak sangat menawan dalam balutan kebaya putih, sedangkan Caca pun terlihat tak kalah cantik dengan pakaian bridesmaid berwarna dusty blue.Daripada hadir bersama keluarganya, dia justru memilih menemani Fey."Yaelah, Kak. Masih