Share

Pria Mesum

“Tak tau diuntung!” Dia menamparku lagi hingga aku terjatuh. Dua temannya tak lagi memegangiku. Mungkin karena saking kesalnya. Hingga kurasakan cairan hangat merembes dari hidung dan bibirku bersamaan.

Sial aku berdarah. Ah, ini tak masalah. Yang paling buruk dia sudah mencuri ciuman pertamaku. Argh! Menjijikkan sekali!

“Woy!” Suara seorang pemuda mendekat. Ternyata dia datang tak sendiri. Melainkan lebih dari dua orang.

Pemuda itu ternyata adalah mahasiswa yang menggodaku saat keluar tadi. Dia langsung melayangkan pukulan pada pria-pria itu. Wah, dia benar-benar keren. Seperti sedang memainkan jurus bayangan. Harusnya kuikuti saran Paman, pergi latihan karate agar bisa setidaknya melindungi diri. Jika melindungi diri saja tak bisa, bagaimana aku akan melindungi Salsa.

“Dasar preman kurang kerjaan!” seru pemuda itu, kala pria-pria yang usil kepada kami lari tunggang langgang.

Kini mahasiswa yang berhasil mengusir preman tersebut melihat ke arahku dan akan menolong.

“Kamu gak papa?” tanyanya.

Sontak saja aku menepis tangannya. Jijik. Aku tahu dia menaruh hati.

“Oh, sorry.” Pemuda itu bersikap sopan dengan mengangkat tangan dan menjauh.

Sementara Salsa, gadis itu menghambur menolongku dengan panik.

“Junia, kamu gak papa?”

Aku menggeleng. Berusaha bangkit sendiri. Kalau saja sedang memakai pakaian lelaki, ini akan jadi momen romantis karena Salsa mengkhawatirkan Juna.

“Oh, namanya Junia. Salam kenal, ya. Lain kali hati-hati. Gadis cantik memang rawan godaan.”

Pemuda itu mengucap padaku lalu melirik pada Salsa. Mataku sontak melihat ekspresi gadis itu. Wajahnya memerah bersemu. Apa dia menyukai pemuda itu?

“Terimakasih Hasan.” Salsa mengucap sambil menunduk. Dia bahkan tahu namanya.

Sial. Perasaan apa ini? Kenapa hatiku nyeri melihat tatapan sekilas Salsa yang ditujukan untuknya.

“Sama-sama. Apa kalian mau aku antar?”

“Oh, nggak usah. Pamanku satpam bisa-bisa aku dipukuli karena membawa pria,” sahutku cepat. Tak ingin memberi kesempatan padanya dekat dengan Salsa.

“Yah, lagipula asrama kami dekat.” Salsa menimpali.

“Oh, begitu. Hahaha.” Hasan tertawa. Sial tertawanya saja sangat elegan dan menambah kegantengannya. Pantes kalau Salsa menaruh hati padanya. Namun itu tak akan kubiarkan terjadi. Gadis itu jadi senyum-senyum sendiri meski tampak malu menatap pria-pria di depannya.

“Baiklah. Pulang sekarang. Biar kami mengawasi saja dari belakang,” ucap Hasan.

Kami pun berpamitan.

Salsa membantuku bangkit, dan memapah tubuhku yang rasanya remuk redam menuju asrama. Sialan! Aku akan membalas mereka nanti.

Aku harus belajar bela diri. Agar bisa membalas dendam pada pria yang mencuri ciuman pertamaku. Jijik. Duh. Nasib!

Apa yang harus kulakukan untuk mensucikan bibirku kembali?!

“Hai, Junia, tunggu!” Suara Hasan menggema di sepanjang lorong gang masuk asrama kami.

Seketika langkahku dan Salsa terhenti. Ada apa lagi dengan pria itu, mana nyebut nama Junia lagi?

Saat menoleh dan tak sengaja melihat wajah Salsa, senyumnya meredup. Gadis yang tadi malu-malu seperti tengah dilanda cemburu. Apa karena Hasan memanggil namaku?

Ah, masa begitu saja cemburu. Apa dia sangat mencintai Hasan? Atau pikiranku saja yang mengembara ke mana-mana. Rasanya gadis sependiam Salsa tak mungkin mengharap seorang pria bar-bar seperti Hasan.

“Ada apa?” tanyaku meringis menahan sakit.

“Ini!” Pria itu menyodorkan bungkusan sambil tersenyum malu-malu.

Sial. Segera kuraih benda berisi bra tersebut. Aku kelupaan. Dari raut wajahnya yang memuakkan itu, pasti Hasan sudah melihat isinya. Hiss. Otak kotornya pasti sudah traveling ke mana-mana karena benda ini.

“Makasih,” ucapku dingin. Lalu mengajak Salsa kembali berjalan.

“Lain kali hati-hati, ya!” serunya kala kami meninggalkannya. Pasti maksudnya hati-hati meletakkan barang pribadi. Sekarang pria itu pasti membayangkan tidak-tidak mengenai bentuk tubuhku. Dasar pria me sum!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yusuf Ali Muhammad
mengulangi bab yang sebelumnya apa gak kurang banyak ini...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status