TUAN MUDA YANG MENYAMAR

TUAN MUDA YANG MENYAMAR

Oleh:  Wafa Farha  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Belum ada penilaian
49Bab
4.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Arjuna terpaksa menyamar menjadi perempuan setelah melihat ibunya dilecehkan dan dibunuh beserta seluruh keluarganya oleh Om Rudi. Pria itu terus mencari keberadaan Arjuna sebab dia adalah pewaris terakhir keluarga Brawijaya.

Lihat lebih banyak
TUAN MUDA YANG MENYAMAR Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
49 Bab
Terpaksa jadi Perempuan
“Ibu, aku ‘kan laki-laki? Kenapa pakai kerudung?” tanyaku polos kala itu.“Gak papa, Sayang. Ibu lebih ingin kamu terlihat cantik.” Wanita itu membenarkan posisi kerudung yang membingkai kepala ini, lalu beralih ke rok berwarna merah, yang harus dikenakan di sekolah.“Ingat, kamu tidak boleh mengatakan pada siapa pun, kalau kamu anak laki-laki, oke!?” Ibu memperingatkan.Hari itu adalah hari pertama masuk sekolah. Hari di mana aku sudah fasih membaca Al-Qur’an dan mendengar kartun muslim, kemudian tahu bahwa seorang pria tidak boleh berlaku layaknya seorang perempuan. Itulah sebabnya aku pun protes kepada Ibu.“Tapi, kita nanti disiksa kalau mengubah ciptaan Allah. Berbohong kan juga dosa, Bu.”“Sttt, ini hanya untuk pura-pura. Supaya Om jahat tidak menemukan kamu, Sayang. Kalau tidak dia akan ….” Ucapan ibu menggantung.Maksud ibu adalah Om Rudi, kakak dari ayah. Setiap pagi sebelum pergi, kami diminta untuk melihat fotonya dari waktu ke waktu agar bisa menghindar dan bersembunyi jik
Baca selengkapnya
Di Asrama Wanita
“Jadi aku harus pura-pura jadi mahasiswi?” Aku mendecih. Tersenyum masam ke arahnya.“Kenapa? Bukannya kamu sudah terbiasa menjadi seorang gadis?”“Itu dulu. Sekarang aku bisa pergi ke mana pun yang kuinginkan, Paman. Aku bisa jadi apa pun asal jangan jadi perempuan. Itu menjijikkan. Belum kalau ada pria yang naksir padaku, itu lebih menjijikan!” Nada suaraku meninggi.Saat menyamar menjadi perempuan, aku pernah beberapa kali mendapat pernyataan cinta dari siswa laki-laki, dan itu sangat mengganggu. Mereka memegang tanganku seolah aku ini seorang gadis cantik yang hidup dalam mimpi mereka. Astagfirullah.“Sudahlah, Juna! Cepat ganti baju, dan berkemas!” Paman Hamzah tak peduli atas semua keluhan, dan meski telah protes sedemikian rupa.“Tidak mau!”“Terserah. Pergilah semaumu kalau begitu. Jangan dikira aku senang karena harus menjagamu. Ini semua kulakukan demi ibumu.” Pria itu bangkit. Berdiri di depan pintu.Sedikit saja aku tak melihat ke arahnya, agar Paman tahu bahwa aku akan sa
Baca selengkapnya
Bertemu Gadis Ungu
“Apa aku harus kuliah, Paman? Malas sekali rasanya,” tanyaku yang duduk di teras pos satpam sambil menikmati es krim yang Paman belikan.“Ya, itu harus. Setidaknya kamu punya masa depan yang harus kamu perjuangkan.” Paman tengah duduk di belakangku, di dalam pos. Mencatat sesuatu, entah apa?“Aku malas bertemu banyak orang atau pun para pria.”.“Kenapa? Kamu kan juga pria? Kamu terlalu banyak mengeluh, Jun. Kemarin bilang benci para gadis, sekarang benci bertemu pria! Plin-plan dan suka mengeluh. Heuh.” Paman memakiku. Laki-laki itu sifatnya sangat ceplas-ceplos. Aneh juga, kenapa orang sepertinya yang harus menjagaku?“Harusnya aku jadi pria biar bisa bergabung dan berteman dengan mereka,” protesku.“Sudahlah, jangan terlalu banyak mengeluh. Serius belajar dari sekarang. Ingat nanti sore jadwal karate. Semua aturan paman harus kamu ikuti agar–,” ucap Paman menggantung.“Agar aku tetap bisa hidup!” serobotku yang sudah sangat hafal kata-kata Paman.“Yah, itu. Begitu kamu terlatih, dan
Baca selengkapnya
Bidadari di Kelas Teknik
Bayangan gadis itu terlihat.Sontak saja aku yang terkejut, pun kalang kabut. Melihat penampilan sendiri yang hanya mengenakan kaos oblong dan celana boxer. Kelaki-lakianku sangat tampak sekarang.“Sebentar!” teriakku sembari berlari ke arah lemari mengambil daster dan meraih handuk menutupi kepala.“Ya?” Aku tersenyum sealami mungkin saat membuka pintu dan berhadapan dengan gadis bermata lentik itu.“Em, ini Mbak. Makanan sedikit.” Salsa menyodorkan semangkuk cilok.“Tadi aku bikin, sekalian kenalan sama tetangga baru. Maaf untuk kejadian tadi, ya. Perutku emang beneran lagi mules. Ga taunya datang bulan.”“Uhuk.” Aku yang mendengar kata datang bulan langsung terbatuk. Kenapa dia bicara datang bulan tanpa rasa malu pada laki-laki. Ah, ya, aku perempuan di matanya. Justru ini malah bagus sebenarnya, aku saja yang harus membiasakan diri.“Nggak papa, Mbak?”Aku menggeleng. “Nggak papa santai aja. Oya makasih untuk ciloknya, ya.” Kuambil mangkok dan segera menutup pintu. Merasa tidak ad
Baca selengkapnya
Bianca Brawijaya
Kalau begitu dia bisa jadi anaknya Om Rudi.Aku pun celingukan, hingga kudapati dua orang berseragam tampak tengah berdiri di depan jendela. Dan hanya terlihat pundak ke atas. Benar, dia bahkan dijaga bodyguard. Aku yakin antara Bianca, Kakek dan Om Rudi, mereka saling berkaitan. Aku harus menyelidikinya.Benar dugaanku, kala keluar dari kelas. Bianca diikuti dua bodyguard ke luar area kampus. Meski begitu tetap saja mata-mata lelaki melihatnya dengan takjub. Mereka tanpa malu memperhatikan tubuh Bianca yang hanya terbungkus pakaian minim.Sepertinya dia juga tak masalah dengan itu. Itulah kenapa aku tak menyukai wanita seksi, dia akan menjadi pusat perhatian pria lain. Beruntung rasanya bisa mengenal Salsa, meski juga cantik dia tetap memakai pakaian tertutup. Karena sebajingan-bajingannya seorang pria dia tak akan mau mendapat wanita berperilaku buruk.Ah, sudahlah. Kenapa pikiranku ngelantur ke mana-mana? Mentang-mentang sedang jatuh cinta pada Salsa. Aku jadi suka mengaitkan segal
Baca selengkapnya
Ciuman Pertama
“Ck. Mukanya cakep, muka-muka konglomerat, tapi yang dibeli paling murah Cuma satu pula.” Ia ngedumel memakiku.“Mbak! Aku dengar lo!” seruku pada gadis itu. Hal minim akhlak seperti ini tidak boleh dibiarkan. Kalau tidak nanti jadi kebiasaan.“Ah, ya, Mbak! Sebentar!” serunya dari dalam.Saat aku ke luar dari toko, seseorang berseru memanggil namaku.“Junia!”Saat menoleh, seorang gadis yang memakai baju ungu motif bunga datang mendekat. Salsa. Kenapa gadis itu suka sekali memakai gamis berwarna ungu?“Hai, Nona-nona cantik.”Kurang ajar. Jadi mereka mengikuti Salsa karena ingin menggodanya.Aku yang tak terima, refleks berdiri di depan Salsa, menjadi penghalang antara gadis itu dan pria-pria g ila ini.“Wah, ada yang lebih cantik,” goda salah seorang pria menjawil daguku.“Cuih!” Merasa ji jik aku pun refleks meludah ke wajah lelaki tersebut.“Gadis sok kecakepan! Sombong! Tak tahu diri!” Sebuah tamparan mendarat di pipiku. Ingin sekali kulawan dan menendangnya tapi dua pria lain me
Baca selengkapnya
Pria Mesum
“Tak tau diuntung!” Dia menamparku lagi hingga aku terjatuh. Dua temannya tak lagi memegangiku. Mungkin karena saking kesalnya. Hingga kurasakan cairan hangat merembes dari hidung dan bibirku bersamaan.Sial aku berdarah. Ah, ini tak masalah. Yang paling buruk dia sudah mencuri ciuman pertamaku. Argh! Menjijikkan sekali!“Woy!” Suara seorang pemuda mendekat. Ternyata dia datang tak sendiri. Melainkan lebih dari dua orang.Pemuda itu ternyata adalah mahasiswa yang menggodaku saat keluar tadi. Dia langsung melayangkan pukulan pada pria-pria itu. Wah, dia benar-benar keren. Seperti sedang memainkan jurus bayangan. Harusnya kuikuti saran Paman, pergi latihan karate agar bisa setidaknya melindungi diri. Jika melindungi diri saja tak bisa, bagaimana aku akan melindungi Salsa.“Dasar preman kurang kerjaan!” seru pemuda itu, kala pria-pria yang usil kepada kami lari tunggang langgang.Kini mahasiswa yang berhasil mengusir preman tersebut melihat ke arahku dan akan menolong.“Kamu gak papa?” t
Baca selengkapnya
Berbagi Rahasia
“Au!” seruku saat Salsa membersihkan luka-luka di wajahku. Oh God! Wajah kami begitu dekat. Apa dia tak merasakan debaran kencang di dadaku?“Kamu ini terlalu berani untuk ukuran seorang perempuan, Jun. Aku malah gak enak sendiri, kamu menyerahkan diri dihajar buat selamatin aku.”“Ehm, ya. Aku tak suka perempuan dilecehkan,” jawabku meringis. Demi kamu bahkan ciuman pertamaku diambil seorang laki-laki, Sa. Sedih kalau ingat itu, merasa harga diriku sedang dicabik-cabik.“Temenku yang lain gak mungkin kaya kamu, Jun. Mereka pasti kabur dan meninggalkanku sendiri.” Tatapan Salsa kosong. Dia seperti tengah mengenang sesuatu yang buruk terjadi padanya. Apa itu? Aku sangat penasaran.“Jun,” panggil Salsa yang membuatku seketika menoleh.“Ya?”“Apa kamu menyukai Hasan?”“Hah?” Mataku seketika melebar menatap mata Salsa dalam-dalam. Aku cepat menggeleng. Kukira dia akan bercerita. Gak tahunya malah bahas Hasan.“Nggak!” Aku menjawab tegas.Gadis itu lantas tersenyum. Senang sepertinya.“Ken
Baca selengkapnya
Berbagi Rahasia
“Kalau aku berbagi rahasiaku, apa kamu tetap mau berteman dan dekat denganku?” tanyaku menjawab ajaknnya. Tentu saja aku merasa sangsi atas pernyataan gadis yang memiliki warna favorit ungu.“Ya, aku janji.” Gadis itu menatap mataku dalam. Terlihat keseriusan di kedua mata bulat bening itu.“Katakan. Maka aku akan mengatakannya,” tantangku. Apa Salsa memang Tuhan kirim untuk mempermudah urusanku bertahan hidup. Siapa tahu, dia tetap akan berada di sisiku walau tahu aku seorang laki –laki, toh kami tidak pacaran ‘kan?“Aku adalah anak seorang kiai dan dari keluarga pesantren.”“Apa?!” Aku terperanjat. Mataku hampir saja lepas dari tempatnya karena saking terkejut.“Kenapa kamu terkejut begitu?” tanyanya santai seolah hal itu bukan sesuatu yang mengejutkan.Tentu saja buatku hal besar, juga masalah sangat besar pula. Kalau begini bagaimana aku akan bercerita padanya bahwa aku seorang pria? Sementara dia tak mungkin bisa dekat dengan seorang pria. Aku akan kehilangannya, dan aku belum si
Baca selengkapnya
Kamu Mencintainya, Jun?
“Kalau aku berbagi rahasiaku, apa kamu tetap mau berteman dan dekat denganku?” tanyaku menjawab ajaknnya. Tentu saja aku merasa sangsi atas pernyataan gadis yang memiliki warna favorit ungu.“Ya, aku janji.” Gadis itu menatap mataku dalam. Terlihat keseriusan di kedua mata bulat bening itu.“Katakan. Maka aku akan mengatakannya,” tantangku. Apa Salsa memang Tuhan kirim untuk mempermudah urusanku bertahan hidup. Siapa tahu, dia tetap akan berada di sisiku walau tahu aku seorang laki –laki, toh kami tidak pacaran ‘kan?“Aku adalah anak seorang kiai dan dari keluarga pesantren.”“Apa?!” Aku terperanjat. Mataku hampir saja lepas dari tempatnya karena saking terkejut.“Kenapa kamu terkejut begitu?” tanyanya santai seolah hal itu bukan sesuatu yang mengejutkan.Tentu saja buatku hal besar, juga masalah sangat besar pula. Kalau begini bagaimana aku akan bercerita padanya bahwa aku seorang pria? Sementara dia tak mungkin bisa dekat dengan seorang pria. Aku akan kehilangannya, dan aku belum si
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status