Beranda / Fantasi / Tabib Sakti Tak Terkalahkan / Bab 03. Keinginan dan tekad.

Share

Bab 03. Keinginan dan tekad.

Penulis: Zayn Z
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-02 08:24:04

Bab 03. Keinginan dan tekad.

Shizi menyembunyikan tubuhnya di celah sempit antara bangunan rumah dan tembok pembatas klan. Nafasnya tersengal, jantungnya berdebar-debar ketika suara langkah cepat dan teriakan tajam meresap melalui malam, menginstruksikan pencarian terhadapnya.

Seolah waktu berhenti berdetak, hanya diisi oleh kesunyian yang kemudian terpecahkan oleh suara jangkrik dan burung hantu yang menambah keseraman malam.

"Hampir, hampir aman," bisik Shizi kepada dirinya sendiri, wajahnya penuh dengan keringat dingin. Matahari mulai berwarna  kekuningan saat  dia mengintip dari balik celah, mengawasi dengan hati-hati.

Menemukan tembok yang tak terlalu tinggi, dia mengumpulkan keberaniannya, melirik sekeliling untuk memastikan tidak ada yang mengawasi.

Dengan gerakan yang hampir tak terdengar, dia menginjakkan kaki pertamanya pada tembok, perlahan-lahan naik sambil menghitung dengan cermat, detak jantungnya semakin cepat, karena setiap detik adalah perebutan antara hidup dan ketahuan.

Dengan jiwa yang tegang, ia berusaha secepat mungkin menaiki tembok, menahan rasa sakit yang mendera tubuhnya.

Satu-satunya pikiran yang menguasainya adalah berusaha sekuat tenaga untuk tidak tertangkap dan menghindari kematian yang mengenaskan.

Setelah berhasil menaiki tembok, Shizi menjatuhkan dirinya ke tanah untuk mempercepat gerakannya, karena ia mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.

Ia segera menutup mulutnya, menahan rasa sakit akibat jatuhannya, dan menggigit telapak tangannya untuk menghindari teriakan.

 "Apa kau mendengar sesuatu?" tanya seseorang dari balik tembok kepada rekannya.

 "Ya, sepertinya ada sesuatu yang jatuh di sekitar sini," jawab orang lain.

 "Coba periksa, naik ke tembok itu dan lihat apa yang jatuh!" seru pria pertama.

 "Ah, kau saja. Aku malas," sahut pria lainnya dengan enggan.

Suara riang terdengar dari seberang tembok. "Bagaimana jika itu adalah Shizi? Jika kita menemukannya, pastinya tuan muda akan memberi kita hadiah besar!" kata salah satu pria dengan semangat.

"Benar juga!" sahut pria lain, yang langsung bergerak lincah mendekati tembok.

Shizi, yang bersembunyi di balik dahan-dahan, merasa detak jantungnya meningkat. Dia bisa merasakan gelisah yang berlipat ganda saat salah satu dari mereka mulai mendaki tembok.

Jika pria itu berhasil menaiki tembok dan menyinari area sekitarnya dengan obor, Shizi akan terjebak tanpa tempat untuk lari.

Dalam diam, Shizi berusaha menenangkan diri, meminimalisir setiap gerakan agar tidak mengundang perhatian. Walaupun begitu, setiap daun yang bergeser di bawahnya sepertinya berbunyi terlalu keras di telinganya.

Tiba-tiba, cahaya obor menerangi tepian tembok. "Sial, ternyata hanya buah yang jatuh!" dengar Shizi ketika pria di atas tembok itu melampiaskan kekecewaannya.

Shizi menahan napas, berharap mereka akan pergi. Mendadak, beberapa buah pir lagi jatuh ke tanah, menciptakan suara yang cukup untuk mengalihkan perhatian kedua pria itu lagi.

Shizi memanfaatkan kesempatan itu untuk merayap pelan-pelan, mencari tempat perlindungan yang lebih aman.

“Keberuntungan untukku!” seru pria di balik tembok yang langsung berlari ke arah buah pir yang jatuh ketanah. Sontak hal itu membuat pria yang ada di atas tembok langsung melompat turun untuk mengambil pir lainnya.

Shizi menghela nafas dengan pelan setelah pria tersebut turun dari tembok, terdengar kini keduanya berebut buah pir yang jatuh tersebut.

Tak berapa lama akhirnya keduanya pergi dari tempat tersebut dengan bekas buah pirnya dibuang keluar tembok dan jatuh tepat mengenai kepala Shizi.

Perutnya yang sudah sehari semalam tidak diisi makanan pun segera meronta, tanpa merasa jijik ia pun memakan sisa buah pir tersebut dengan lahap.

”Aku harus hidup... Aku harus hidup!” ujarnya sambil mengunyah sisa buah pir tersebut

Setelah beberapa waktu, Shizi bangkit. Dengan cepat, ia mulai berjalan menyusuri jalan setapak di tengah kegelapan malam, mengandalkan ingatannya untuk menavigasi area tersebut.

Bulan sudah berada di timur, menandakan fajar akan segera menyingsing. Dari posisinya di atas bukit, ia memandang ke bawah ke kediaman klan Song.

Ia melihat cahaya obor yang dibawa oleh banyak orang masih bergerak di area klan, menandakan mereka masih mencari dirinya.

Tanpa berkata-kata, Shizi melanjutkan perjalanannya, menuruni bukit menuju tujuannya dengan tekad yang membara.

"Aku akan membalas mereka semua! Aku akan membalasnya berkali kali lipat, terutama pada Song Ong! " batinnya.

Kini, Shizi berada di depan sebuah kediaman di pinggiran kota. Dari sana, ia segera masuk ke dalam rumah tersebut.

Sambil berjalan tertatih, Shizi melihat seorang pria tua yang sedang duduk sambil memegang alat untuk menggerus tanaman obat.

Pria tua itu langsung menatap ke arah Shizi ketika ia mendekat. "Shizi?" tanya pria tua tersebut dengan nada terkejut.

"Benar, Tabib Fan, aku Shizi!" jawab Shizi terengah-engah.

Tak jauh dari tempat Tabib Fan berada, Shizi terjatuh. Namun, dengan sekuat tenaga, ia berusaha bangkit kembali.

Karena tidak kuat untuk berdiri, ia kemudian merangkak dan merayap mendekati sang tabib yang masih terkejut melihatnya.

"Tuan, bagaimana keadaan ibuku? Tolong selamatkan ibuku," ucap Shizi dengan suara lirih sambil menatap sang tabib dengan penuh tekad.

"Anak ini, ia bisa kabur dari kediaman klan Song dengan kondisi seperti ini!"

“Tatapannya…. Tatapannya itu sangat berbeda dari sebelumnya, sorot matanya menunjukan keinginan yang sangat kuat untuk hidup!”

“Ini tidak seperti Shizi yang kukenal!” Batin Tabib Fan.

Tabib Fan tanpa menjawab langsung membantu Shizi untuk bangkit, tangannya yang kuat memapahnya menuju balai tempat tabib itu biasa mengobati.

Setelah duduk, tabib mulai menyiapkan alat-alat medisnya. Tapi, saat tangan Shizi menyentuh tangan tabib, pemuda itu mendadak panik.

"Tuan, bagaimana keadaan ibu? Tolong selamatkan ibuku, tuan... Aku akan melakukan apapun sebagai gantinya!" pinta Shizi, suaranya parau, matanya terlihat mengharap.

Tabib Fan dengan cepat menahan Shizi yang hampir bersujud, tatapan mereka bertemu.

"Aku sudah melakukan semua yang kubisa untuk ibumu, jadi kau tak perlu khawatir. Yang penting sekarang, kau harus fokus pada kesembuhanmu," kata tabib itu dengan nada yang tegas tapi penuh empati.

Shizi menarik nafas lega, matanya berkaca-kaca, "Jadi, ibu baik-baik saja?" bisiknya hampir tak terdengar.

“Tidak, tapi nyawanya tidak terancam bahaya lagi,“ jawab Tabib Fan yang sontak membuat Shizi kehilangan kata kata.

Krek!

Tanpa aba-aba, tabib Fan membenarkan posisi tulang dan sendi di tubuh Shizi yang bergeser. Meskipun ia melakukan beberapa perbaikan, tidak ada teriakan kesakitan dari pemuda tersebut.

Hal ini membuat tabib Fan terkejut. Ia menatap Shizi, melihat pemuda kurus itu menahan sakit dengan mengeratkan giginya.

"Bocah ini!" pikir tabib Fan dengan tak percaya.

"Tuan, aku mohon... ajari aku menjadi seorang tabib!" ujar Shizi dengan terbata-bata sambil menatap serius ke arah tabib Fan.

Tabib Fan kembali terkejut, namun kemudian ia kembali menunjukkan wajah datarnya. "Kenapa kau ingin menjadi tabib?" tanyanya.

"Aku ingin menyelamatkan ibuku, Tuan!" jawab Shizi dengan penuh tekad.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Gusti Abdul Nasir
satu niat dan tekad balas budi dan dendam.
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 224.

    Bab. 224.Duakk….Aduan terjadi antara Shizi dan Sang Naga Hitam, dengan keras ia terhempas jauh ke belakang karena efek dari aduan tersebut.Meski terhempas namun ia tidak terjatuh, ia masih berdiri tegak tanpa sedikit pun mengalami luka.“Sangat kuat! Benar-benar lawan yang sepadan!” ujar Shizi dengan pelan.Belum sempat Shizi bereaksi, Sang Naga Hitam telah melancarkan serangan berikutnya. Dari mulutnya ia melancarkan serangan puluhan bola elemen api yang langsung tertuju padanya.Dengan dingin Shizi menggunakan pedangnya untuk mementahkan serangan bola api itu dan membelokannya.Suara ledakan disertai gelombang kejut tercipta, merusak kawasan yang menjadi arena pertempuran tersebut.Kepulan asap mengepul ke udara.Shizi menggunakan hal itu untuk melancarkan serangan, ia menerjang maju untuk membalas serangan Sang Naga Hitam.Ia muncul dan menerobos kepulan asap, setelahnya ia langsung menyabetkan kedua pedangnya ke arah lawannya itu.Dengan mudah Sang Naga Hitam mengelak, ia ter

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 223.

    Bab. 223.Dua tahun setelahnya.Shizi menghembuskan nafasnya perlahan, asap hitam keluar dari mulutnya. Ia membuka matanya lalu merasakan keadaan tubuhnya.“Akhirnya aku berhasil naik ranah kembali!” “Tidak seperti kenaikan ranah pada umumnya yang harus melalui petir penyucian, ternyata kultivasi kegelapan hanya membutuhkan energi Qi kegelapan saja dan sisanya adalah menekan iblis hati yang bangkit!” ujarnya menyimpulkan.Shizi bangkit dari duduk lotusnya, ia kemudian berjalan menuju kolam kecil yang dibuatnya.Ia merendam tubuhnya di dalam kolam yang airnya berwarna hitam pekat tersebut.Air kolam tersebut berwarna hitam bukan tanpa sebab, air itu dibuatnya dari inti Beast Kegelapan yang dihaluskan, darah Beast, intisari tanaman spirit dan beberapa bagian tubuh beast yang telah dibuat serbuk.Tentu saja teknik yang dilakukannya itu adalah hasil buah karyanya dari apa yang dipelajarinya selama mempelajari kitab-kitab Kaisar Huang.Shizi memasuki kolam kecil itu dengan perlahan, ia

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 222.

    Bab. 222.Sosok iblis tinggi besar itu bangkit dari singgasananya, ia berjalan dengan angkuh menuju ke arah Shizi.Shizi tertegun, beberapa saat setelahnya ia berusaha untuk pergi dari sana. Namun, ia terpaku di tempatnya seolah ada paku yang menancap di kakinya.Iblis tersebut terus mendekat dan semakin dekat sambil menunjukan hawa membunuhnya yang luar biasa besar.“Sialan, apa yang harus kulakukan sekarang?” ucapnya sambil terus berusaha menggerakan tubuhnya.Shizi melihat sosok iblis besar itu mengangkat satu tangannya dan mengarah padanya.“Aku tidak bisa menghindar, apa ini akhir dari hidupku?” ujarnya dengan geram.Tangan sang iblis raksasa hampir mencapai dirinya, Shizi tahu jika genggaman sang iblis itu pasti akan melumatkan tubuhnya. Meski begitu, pandangannya tidak berubah sedikitpun. Tak ada ketakutan di dirinya meski hal buruk bakal menimpanya.Slash.“Ehh…” Shizi terkejut.Tangan sang iblis ternyata menembus tubuhnya. Yang diraih oleh sang iblis ternyata bukan dirinya,

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 221.

    Bab. 221.Shizi membulatkan matanya, ia terkejut dengan apa yang dilihatnya sampai ia tak bisa berkata-kata.Bagaimana tidak? Apa yang terlihat di matanya bukanlah hal yang lazim dilihat dimana ruangan besar itu berisikan potongan tubuh, organ dalam dan tubuh dari berbagai makhluk hidup termasuk… potongan tubuh manusia.Semua bagian-bagian tubuh dan organ tersebut masing-masingnya berada di dalam sebuah tempat yang bentuknya seperti gelembung udara yang melayang di atas susunan diagram magis yang memenuhi ruangan tersebut.“Bagaimana bisa ada banyak organ dalam seperti ini di tempat ini?” ujarnya dengan penuh ketidakpercayaan.Shizi melangkahkan kakinya untuk melihat lebih dekat gelembung bening yang berada tidak jauh dari posisinya.Setelah sampai di depan gelembung bening berdiameter setengah tersebut ia kemudian melihat isi yang ada di dalamnya. Tampak sebuah jantung berwarna merah kehitaman berada di dalamnya.Matanya menatap tajam ke sekitaran jantung yang ia yakini merupakan j

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 220. Air terjun api.

    Bab. 220. Air terjun api. Shizi tiba di suatu tempat yang ada di kedalaman hutan gelap, tampak sebuah air terjun dengan ketinggian dua puluh meter berada di depannya. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan lalu ke arah belakang, tampak banyak beast kegelapan telah tumbang olehnya. “Semakin masuk ke dalam hutan semakin kuat Beast Kegelapan yang kuhadapi. Tampaknya memang tempat ini dibuat dengan mekanisme seperti itu untuk melindungi tempat ini!” ujarnya bermonolog. Shizi kembali menoleh ke arah depan, memperhatikan air terjun yang menjadi tujuannya. “Semuanya sama seperti yang ada di ingatan sang Raja Kegelapan, hanya satu yang berbeda. Warna air terjunnya!” “Warna air terjun ini putih, normal seperti air terjun pada umumnya. Sedangkan dalam ingatan yang kudapat air terjunnya terlihat seperti api yang jatuh.” “Apa aku salah tempat?” ujar Shizi penuh tanya. Shizi kembali memperhatikan area tersebut dengan seksama, setelah melihat selama beberapa waktu ia yakin jika tempat tersebut

  • Tabib Sakti Tak Terkalahkan   Bab. 219.

    Bab. 219.Perlahan…Shizi membuka matanya, rabun yang menghiasi matanya perlahan memudar berganti dengan sebuah kejelasan atas apa yang dilihatnya.Tampak luka-luka di tubuhnya telah pulih dengan sempurna, tidak ada bekas, tidak ada cacat yang tertinggal. Hanya luka cakaran sang naga saja yang tersisa di mana pada tengah luka cakaran itu terdapat satu jaringan hitam kecil yang tertinggal.“Apa ini, sebelumnya ini tak ada di lukaku?” ujar Shizi sambil menyentuh bagian hitam yang seperti jaringan kulit tersebut.Ia terkejut saat ujung jarinya menyentuh gumpalan tersebut, ia merasakan benda asing tersebut seperti hidup dan menempel di kulitnya.Ia mencoba menarik paksa gumpalan jaringan berwarna itu. Namun, sekeras apapun ia mencoba ia tidak dapat menarik paksa gumpalan tersebut.“Sial, apalagi ini! Kenapa benda ini tidak bisa kulepaskan!” ujarnya dengan geram.Ia akan mencoba kembali, namun instingnya tiba-tiba merasakan sesuatu yang muncul dari arah hutan.Shizi menghiraukan gumpalan h

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status