Share

Bella, si CEGIL

"Selamat pagi, Semesta. Aku berharap hari ini Kaisar menjadi lebih baik daripada kemarin ...." Suara penuh harap keluar dari bibir Bella ketika matanya menatap matahari yang telah berada di singgasananya.

Kakinya melangkah dengan riang dan juga cepat, tak sabar sekali rasanya ingin bertemu Kaisar. Apalagi, mengingat pria itu sudah sedikit lebih terbuka dengannya.

Walau hanya sedikit.

"Pagi, Dokter Bella. Senyumannya cerah sekali, matahari nanti iri, Dok." Baru saja memasuki ruangan, godaan yang menurut Bella sedikit mengejek terlontar dari Adrian.

Bella hanya terkekeh sambil mendekati meja perawat yang sudah ramai. Masalahnya, saat ini sudah pukul 08.30 WIB, bahkan lagu dangdut untuk senam setiap pagi sudah hampir selesai. Kepala Bella menoleh ke kiri dengan mata berkeliaran mencari sosok Kaisar, tapi tak ditemukan. Membuatnya tersenyum kecut dan duduk di kursi kosong.

"Sudah Operan?" tanyanya basa-basi. Pasalnya, dia tak melihat perawat shift malam di sana.

Kini bergantian Rio yang menanggapi. "Sudah dong, Dok. Yeah, tadi malam tidak ada yang nakal, aman terkendali."

Bella tersenyum kecil mendengar itu. Lantas, menaruh tas begitu saja dan kakinya melangkah mendekati ruangan outdoor yang diskat oleh sebuah pintu. Di dalam sana, seluruh pasien tengah senam pagi dengan energik, didampingi adik-adik mahasiswa yang sedang PKL. Biasanya jika tidak ada mereka, Rio dan Adrian lah bertugas setiap pagi.

"Selamat pagi, semua!" Bella menyapa begitu hangat, ceria, dan bahagia. Beberapa pasien membalasnya tak kalah semangat, ada pun yang malu-malu, tersenyum saja, bahkan memalingkan wajah, contohnya Kaisar. Tetapi, Bella tak ingin ambil pusing. Dia memilih tuk menghampiri pasien bernama Pak Gianto yang baru saja duduk dengan keringat membasahi wajah hingga leher.

"Selamat pagi, Pak Gianto. Wah, bersemangat sekali untuk senam hari ini, hebat sekali bapak." Dengan menyunggingkan senyuman selebar daun kelor, Bella memujinya.

Mendengar itu membuat Pak Gianto ikut menarik kedua sudut bibirnya malu-malu. "T-terima kasih, Dok."

Bella pun memutuskan untuk duduk di sebelah pasiennya. "Tadi malam, bagaimana, Pak? Tidak ada gangguan, kan?" tanyanya.

Kemudian, Pak Gianto menceritakan kegiatannya tadi malam dengan antusias. Bella pun merespon begitu baik dan tak lupa menyelipkan penghargaan melalui pujian, sesekali matanya melirik ke arah Kaisar yang tengah bersama dengan teman-teman sekamarnya. Senyuman Bella pun tak pernah luntur.

"Kalau ada sesuatu yang mengganjal, jangan dipendam sendiri ya, Pak. Langsung laporkan saja ke perawatnya, oke?" Sambil menepuk bahu Pak Gianto beberapa kali, Bella pun memberikan nasihat kecil. Kalimat yang selalu dia katakan kepada seluruh pasien pada sesi konseling.

Ketika kepalanya berpaling, mata Bella tak bisa menemukan Kaisar di lapangan tersebut. Serta, beberapa pasien yang tampak tidak terlihat di sana. Membuat Bella menaikkan sebelah alisnya. Dia bergegas pamit untuk menanyakan hal tersebut.

"Dri, ke mana pasien yang lain? Kok jumlahnya semakin sedikit?" tanya Bella tanpa basa-basi.

"Jadwal aktivitas, Dok. Pasien yang sudah bisa melakukan segalanya secara mandiri dan tidak pernah 'on' dalam beberapa waktu, bisa melakukan simulasi kegiatan rumah tangga di halaman depan," jawab Adrian menjelaskan.

Lantas, seruan 'o' lolos dari bibir mungil Bella sambil mengangguk dengan canggung. Tanpa berkata apapun, dia segera melangkahkan kaki menuju halaman depan yang luas dan banyak sekali tanaman hias, pohon buah dalam pot, dan juga beberapa sayuran segar hasil berkebun pasien.

Kehadiran Bella membuat para pasien berseru bersemangat dan mengajak Bella untuk bergabung. Dia tak menyia-nyiakan itu, Bella melepas jas putih kebanggaannya dan menitipkan kepada Rio, dia berjalan menuju kebun sederhana yang ditanami sayuran seperti kol putih, sawi, tomat, dan beberapa jenis cabai. Sebab, di sana terdapat Kaisar tengah memetik hasil panen yang akan pasien nikmati nanti.

Sambil memakai sarung tangan kain dan berjongkok di sebelah Kaisar, Bella pun bertanya, "Wah, ini sudah matang ya, Kai? Saya boleh metik yang mana saja, nih? Ajarkan dong!"

Kaisar memberikan keranjang lalu menunjuk cabai yang sudah berwarna merah tanpa berkata apapun. Lantas, dia menyibukkan diri sendiri dan tidak bergeming atas kehadiran Bella.

Bella terkekeh. "Jadi, saya harus mengambil yang warna merah-merah saja, ya? Kalau yang hijau, kenapa gak dipetik?" tanyanya berusaha membuat percakapan antara mereka.

"Belum masak." Jawaban itu terdengar begitu lirih dan tidak menatap sang lawan bicara.

Bella memaklumi itu dan akan berusaha giat mengajak Kaisar berbicara. "Oh gitu. Ini jenis cabai apa sih, Kai? Pedas, tidak? Kamu pernah mencoba mentah-mentah begini?" tanyanya tidak menyerah.

Namun, tidak ada jawaban apapun.

"Kalau yang tomat, tidak dipetik juga, Kai?" Seraya menunjuk ke arah sebelah, di mana pohon tomat berjejer rapih dan sudah matang semua, Bella pun bertanya-tanya.

Kaisar mengangguk pelan. "Nanti," lirihnya.

"Oh gitu. Ini, keranjang saya sudah penuh, kamu juga penuh. Panen tomat, yuk!" Ini bukan lah sebuah permintaan, melainkan pernyataan karena Bella segera mengambil keranjang cabai mereka dan menaruhnya. Lalu, dia menarik lengan Kaisar untuk bergeser tempat. Sambil membawa dua keranjang kosong.

Sebuah kontak fisik yang membuat Kaisar gugup. Hingga tanpa sadar, Kaisar menyentak tarikan itu begitu kasar. Membuat, keranjang di tangan Bella terjatuh dan dokternya itu mundur beberapa langkah. Kaisar menunduk dalam-dalam dengan kedua kaki bergerak gelisah.

Di depannya, Bella menghela napas kecil. Dia menepuk pipinya sendiri dengan pelan dan melangkah mendekati Kaisar setelah mengambil keranjang tersebut lalu memberikannya kepada pria ini.

"Kamu pasti mau kabur, kan? Tidak boleh bolos dari sini, ayo buruan panen tomat itu!" Kemudian, Bella segera berjongkok di depan pohon tomat. Beberapa menit kemudian, matanya melirik ke samping dan tidak mendapati Kaisar, membuatnya segera menoleh ke belakang.

"Kai, ngapain di sana? Ngelamunin kalau Dokter Bella ini cantik dan baik hati, ya?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status