Indra menatap Nadya dan Devan bergantian. Perasaannya kini bercampur aduk. Perasaan cinta seorang ayah pada anak gadisnya, sehingga dia akan berbuat apa saja demi kebahagiaan anaknya. Di sisi lain, dia termasuk salah satu orang yang teguh pada janji yang sudah dia ucapkan. Indra menghela napas panjang lalu melangkah kembali ke arah meja kerjanya."Kalian duduk dulu di sofa! Saya akan tunjukkan sesuatu pada kalian," ucap Indra.Nadya dan Devan menurutinya. Mereka melihat ke arah Indra yang sedang mencari sesuatu di laci meja kerjanya.Indra berjalan ke arah sofa setelah dia menemukan sesuatu, yang akan dia tunjukkan kepada Nadya dan Devan."Ini isi perjanjian saya dengan ayahnya David. Di sana saya menyebutkan kalau perjanjian ini akan batal apabila David menyakiti Nadya." Indra meletakkan berkas di atas meja dan menatap anaknya lekat sebelum dia kembali melanjutkan kata-katanya. "Sekarang Papa mau tanya ke kamu, apa pernah David menyakiti kamu? Kalau memang pernah, Papa akan membatal
“Iya, aku rindu sama anak bungsuku. Aku rindu sama suaranya, aku rindu sama tawanya dan aku rindu semua yang ada pada diri Amelia. Aku ingin mengatakan permintaan maafku pada Amelia dan merestui pernikahannya dengan dokter itu.” Indra tersenyum dan menggenggam tangan istrinya. Laura kemudian membalas dengan menautkan jemarinya di jemari suaminya. Pemandangan itu menyentuh hati Nadya dan Devan. Hal itu membuat mereka ingin mengikuti langkah kedua orangtua paruh baya itu.“Kalian iri ya sama kita? Itu ikutan menautkan jemarinya,” ucap Laura menggoda anak dan calon menantunya. Sementara itu, Nadya dan Devan hanya tertawa geli mendengar ucapan Laura yang sarat godaan buat mereka.“Nad, habis makan kamu telepon Andi dan pengacara Papa! Suruh mereka kemari! Papa akan mengajak mereka berunding mengenai pembatalan perjanjian itu. Dan besok mereka berdua juga akan Papa ajak untuk mendampingi Papa ke kantor orangtua David.” Mata Indra menerawang. Dia sedang memikirkan langkah selanjutnya yang a
Indra dan Laura menyambut keluarga Herlambang di depan pintu rumahnya dengan senyum yang merekah di bibir mereka. Hari ini Rama beserta istri dan anak kembar mereka datang untuk melamar Nadya secara resmi.“Selamat datang, silakan masuk!” Indra mempersilakan masuk tamu kehormatan yang hari ini akan meminang anak mereka. Wajahnya ceria menerima Rama Herlambang yang terkenal dengan kerajaan bisnisnya yang sukses di segala bidang.“Terima kasih, Pak Indra.” Rama dan istrinya menyalami Indra dan Laura sebelum mereka masuk ke dalam rumah.“Wah, ternyata Nadya mewarisi kecantikan Mamanya ini,” puji Runi kepada Laura.“Terima kasih,” sahut Laura dengan senyum yang terbit dari bibirnya.“Ma, Nadya masih di kamar? Tolong dipanggil. Katakan padanya kalau keluarga Devan sudah datang,” ucap Indra tersenyum ke arah sang istri.“Iya, sebentar. Saya akan panggil Nadya di kamarnya. Biasa lagi dandan. Belum selesai juga dari tadi,” ucap Laura tersenyum. Dia kemudian beranjak dari sofa dan berjalan ke
Nadya terkejut melihat orang yang masuk ke dalam ruangan itu. Dia menatap tak percaya ke arah orang yang baru masuk itu.“Kamu! ternyata kamu dalang dari penculikan ini,” ucap Nadya membulatkan matanya.“Benar sekali, Sayang. Maaf kalau tadi kamu sempat pingsan karena dipukul oleh orang suruhanku. Menurut laporan, itu terjadi karena kamu melawan. Kenapa kamu melawan? Kalau kamu menjadi anak yang manis semua pasti akan lancar, dan kamu tidak perlu harus pingsan segala.” David berkata sambil tersenyum penuh arti.“Kamu gila, David!” seru Nadya kemudian melangkah mundur beberapa langkah, karena David semakin dekat ke arahnya.“Aku gila karena kamu, Nadya. Aku gila karena kamu akan menikah dengan orang lain, seharusnya kamu menikah denganku bukan dengan si Devan keparat itu.” David semakin dekat dan dia menyeringai yang membuat Nadya semakin muak terhadapnya.“Aku tidak mencintai kamu, David. Cinta tidak bisa dipaksa. Aku mencintai Devan sudah lama, semenjak kami sama-sama di London. Tolo
"Serang!" Teriak seorang pria yang berada di barisan paling depan dari gerombolan itu.Devan dan Kayden serta beberapa anak buah yang menemani mereka, segera menyambut serangan gerombolan itu dengan senjata yang mereka miliki. Mereka menangkis serangan itu dengan gagah berani walaupun kalah jumlah, tetapi mereka dapat mengimbanginya.Perkelahian itu berlangsung cukup lama. Devan dan yang lainnya menghadapi lebih dari satu orang lawannya. Sampai pada suatu saat Kayden terlihat keteter menghadapi dua orang sekaligus. Dia terpojok setelah kayu yang dia jadikan sebagai senjata terlepas dari tangannya. Dengan tangan kosong Kayden berusaha melawan dua orang yang semakin beringas menyerangnya. Hingga pada suatu kesempatan dia terjerembab ke tanah."Kayden!" Devan berlari ke arah Kayden dengan melakukan serangan berupa tendangan mematikan, ke arah kedua lawannya terlebih dahulu.Devan kemudian melancarkan serangannya ke arah dua lawan Kayden, yang berusaha menyerang saudara kembarnya yang sud
“Nadya,” desis Devan. Dia seketika menghentikan gerakannya dan mengangkat kedua tangannya, namun senjata api miliknya masih tersimpan di dalam jaket kulitnya. Dia melakukan semua yang diperintahkan oleh David.Anak buah David tentu saja tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Mereka balik menghajar Devan secara bertubi-tubi. Tubuh Devan menjadi bulan-bulanan. Devan sama sekali tidak melawan hanya demi keselamatan wanita yang sangat dia cintai. Dia rela berkorban demi Nadya.“Mas Devan!” teriak Nadya sambil menangis. Dia menangis tersedu-sedu melihat Devan yang hanya diam menahan serangan dua pria, yang menjadi lawan Devan sebelumnya yang kini menghajarnya tanpa henti.Kayden yang melihat saudara kembarnya menjadi bulan-bulanan anak buah David, menjadi geram. Dia lalu dengan perlahan merampas pisau yang ada di tangan salah satu anak buah David, yang lengah karena menonton Devan dihajar oleh dua temannya. Dia kemudian memukul pria itu hingga terjerembab di tanah. Dia lalu melangkah perlaha
"Penyelundupan barang-barang antik?" Kayden dan Devan saling berpandangan. "Iya. Selama ini kami memang mengincar dia. Tapi sulit, karena bukti belum cukup. Dan sekarang setelah ada kasus penculikan ini, kami bisa mengembangkan perkara penyelundupan itu. Dan apabila ada bukti yang cukup kuat, maka David bisa dijerat dengan tuduhan berlapis. Penculikan dan penyelundupan barang-barang antik." Polisi itu kemudian berlalu dari hadapan Kayden dan Devan, untuk membawa para tersangka kasus penculikan. "Ayo, kita pergi dari sini! Dan sepertinya kita harus ke rumah sakit terlebih dahulu, untuk memeriksa kondisi kamu yang habis dihajar oleh dua orang anak buah David." Kayden kemudian merangkul pundak Devan, dan berjalan ke arah mobil mereka yang sudah ada Nadya di sana. Devan dan Nadya saling memeluk untuk mencurahkan segala isi hati. Nadya menangis di pelukan Devan. Dia meraba bagian tubuh Devan yang terluka, akibat dari pukulan anak buah David. "Pasti sakit sekali ini, Mas. Maafkan aku. Se
“Keenan!”"Mama," desis Devan yang mengurungkan niatnya untuk membuka pakaian Nadya."Makanya pakai handuknya!" Seru Nadya sambil memberikan handuk yang dia taruh di atas rak perlengkapan mandi.Devan lalu memakai handuk yang diserahkan oleh Nadya. Dia menghela napas panjang karena gairah yang sudah siap dia salurkan tiba-tiba harus batal di tengah jalan.Nadya kemudian mengambil salep yang ada di dekat wastafel. Dia lalu mengoles salep itu di tubuh Devan yang terluka.Devan tersenyum menatap Nadya yang tengah mengoleskan salep. "Pinter sekali sih modusnya. Jadi kalau Mama sampai kemari, yang Mama lihat kamu sedang mengoleskan salep di tubuhku." Devan terkekeh sambil memejamkan mata. Dia menikmati setiap sentuhan Nadya di tubuhnya."Keenan!" Panggil Runi lagi setelah panggilan pertamanya tidak mendapat jawaban."Iya, Ma. Aku ada di kamar mandi." Devan menjawab panggilan ibunya dari dalam kamar mandi.Runi kemudian menyusul ke sana. Sesampainya di kamar mandi, pemandangan yang pertama