Rizky dan Amel saling pandang dengan mata menyipit. "Dijual!" seru keduanya kompak, membuat Widya terlonjak kaget.
"Bisa pelan-pelan aja enggak sih ngomongnya? Kaget gue," ketus Widya menatap mereka tajam.
Bukannya takut atau merasa bersalah, mereka justru tertawa melihat wajah Widya yang semakin tidak enak dipandang.
"Wid, emang siapa pelakornya? Dan juga, dia ngerusak hubungan siapa?" tanya Amel mencondongkan badannya ke depan sehingga wajahnya dengan Widya begitu dekat.
Widya menempelkan telapak tangannya di wajah Amel lalu mendorongnya tanpa perasaan. Raut wajahnya menjelaskan kalau dia begitu risih dengan kelakuan sahabatnya itu.
"Ish, lo tuh ya kasar banget jadi cewek. Ngomong baik-baik 'kan bisa, mana dorongnya pakai tenaga dalam lagi!" sungut Amel memegang wajahnya yang terasa sedikit sakit.
"Bodo amat," ujar Widya tidak peduli membuat Amel mendengkus kesal.
Selalu seperti ini. Dia akan kalah jika sudah berhadapan denga
Happy reading ❤️ Absen yuk, kalian dari kota mana?
"Siapa ya?" tanya Almera linglung membuat seseorang tersebut terkekeh geli. Meskipun Almera belum bisa melihat wajah orang itu dengan jelas, tetapi telinganya masih normal. Dia sangat familiar dengan suara tegas ini. "Papa!" pekik Almera terkejut hingga spontan berdiri dengan tubuh kakunya. Seseorang itu yang tidak lain adalah Papa Edward tertawa lepas melihat ekspresi menantunya. "Hai, Anak papa." "H - hai, Pa," balas Almera gugup. Bagaimana bisa Papa mertuanya tiba-tiba berada di sini? Almera menggeser tubuhnya ke kanan guna melihat ke belakang Papa Edward. Matanya mengedar ke sekitar, menari seseorang yang menemani Papanya ke sini. "Almera, cari siapa?" tanya Papa Edward ikut melihat ke arah belakangnya. Almera mengerjap pelan kemudian menatap Papa Edward dengan wajah bingungnya. "Papa, mama mana?" tanya Almera balik.
Entah ke mana perginya rasa takut yang tadi Almera rasakan hingga berani menghampiri Romeo. Hatinya terasa sakit dan tidak terima ketika melihat Papa Edward memukul Romeo dengan begitu keras. Almera akui, dia sangat bodoh dalam masalah cinta. Seharusnya dia senang bukan, karena ada yang menghukum Romeo meskipun hanya satu pukulan? Namun, kenapa hatinya berkata lain? "Ayo, aku bantu, Mas," ucap Almera hendak membantu Romeo bangkit dari posisi tersungkurnya. Namun sang empu justru menepisnya tanpa perasaan. Hal itu tentu saja disaksikan oleh Papa Edward. Tangannya sangat gatal ingin menghajar anak semata wayangnya itu. Masa bodoh dengan statusnya sebagai ayah kandung Romeo. Karena kini, hatinya benar-benar dilingkupi emosi yang begitu besar. "Sayang," panggil Romeo kepada Citra yang berdiri tidak jauh darinya. Paham dengan kode sang pacar, Citra bergegas menghampiri Romeo dan membantunya berdiri. "Sakit ya?" tanya Citra mengelus pipi seb
Mata indah dengan bulu mata lentik yang biasanya berbinar kini tampak redup. Wajah cantik Almera terlihat begitu kacau dengan mata sembab, hidung merah dan jejak air mata. Sejak kepergian papa Edward, Almera sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari halaman depan, tempat yang tadinya di tempati mobil sang papa. Ingatan Almera terlempar pada kejadian di teras tadi. Di mana papa Edward berbincang bahkan sampai tertawa keras karena pikiran konyolnya. Seandainya saja Almera bisa lebih keras dalam mencegah Citra, pasti semuanya tidak berakhir seperti ini. Seandainya juga tadi dia langsung mengajak papa ke taman belakang dan bersenda gurau di sana, pasti tidak ada pertengkaran serta papa Edward tidak mengetahui hal ini. 'Kok gue ngerasa ada yang aneh ya?' tanya Almera di dalam hati. Air mata yang tadinya sudah menggenang di pelupuk matanya pun mendadak hilang kala mengingat sesuatu. Tunggu! Al
"Ya emang rumah orang. Siapa bilang ini rumah tikus?" Widya melirik Amel tidak peduli. "Bukan gitu maksudnya. Ih, kok lo nyebelin banget sih! Mana dari tadi pertanyaan gue enggak dijawab lagi!" geram Amel memukul punggung Widya kesal membuat sang empu melotot kaget. Hingga terjadilah aksi saling pukul dengan mulut yang tidak berhenti berteriak. "Lo yang nyebelin, Amel. Gue dari tadi diem tapi lo malah pukul-pukul. Lo pikir, gue ini samsak apa?" Widya memukul lengan Amel brutal guna melampiaskan kekesalannya. Almera hanya bisa menghela napas lelah melihat tingkah kedua sahabatnya yang bertengkar tidak tahu tempat. Jika tahu akan terjadi hal seperti ini, Almera tidak akan mengajak mereka. Huft! Mau menyesal pun tidak ada gunanya. Tanpa mempedulikan Widya dan Amel yang sudah terduduk di lantai, Almera memilih untuk kembali mengetuk pintu. Hingga tidak lama kemudian, suara pintu yang terbuka membuat Almera menegakkan badannya. "Cari sia-"
Dengan hati yang mulai cemas, Amel memberanikan diri untuk memegang lengan perempuan tersebut, membuat Citra yang hendak kembali membuka suara menoleh. Raut terkejut begitu jelas di wajah keduanya hingga tanpa sadar kakinya melangkah mundur. "I - ini ... ini sebenarnya ada apa?" tanya Amel terbata-bata. Berusaha berpikir positif di saat hati dan pikirannya kacau. "Kenapa wajah lo gitu? Lo kenal dia?" tanya Widya balik seraya menatap dua orang gadis yang masih dalam mode terkejut itu penuh selidik. Tanpa menjawab pertanyaan Widya, Amel melangkah pelan mendekati Almera yang masih duduk di lantai. "Al, dia ... apa benar dia pacar Romeo?" Almera yang masih terisak pelan hanya bisa mengangguk. Tatapannya sama sekali tidak berpaling dari Citra. Melihat bagaimana sikap Citra yang begitu santai disaat dia sedang memohon seraya menangis. "Dia pacar suami gue, Mel," jawab Almera membuat Amel be
Romeo mendongak, menatap Rizky dengan tatapan yang begitu tajam. Sedangkan Rizky yang melihat itu mengernyit bingung. Seingatnya, dia tidak melakukan kesalahan apa-apa. Kenapa bos sekaligus sahabatnya itu menatap dirinya seolah ingin menerkamnya? "Maaf, Pak. Apa saya melakukan kesalahan hingga membuat Bapak marah?" tanya Rizky menunduk sopan. "Iya," jawab Romeo singkat seraya bangkit dari posisi duduknya. Setelah berhadapan dengan Rizky, tanpa ragu dia mendorong laki-laki tersebut hingga mundur beberapa langkah. "Semua ini karena adik kamu itu!" bentak Romeo. "Argh! Kamu tahu? Sekarang, orang tua saya mengancam akan mengambil jabatan serta mengeluarkan saya dari kartu keluarga. Semua itu karena adik kamu, Almera!" Mendengar nama perempuan yang sudah dianggap adiknya sendiri disebut dengan penuh emosi, membuat Rizky menatap Romeo tidak kalah tajam. Sekarang, dia menjalankan peran sebag
Kalimat yang dilontarkan Citra sontak membuat Romeo menegang. Tidak lama kemudian, tawa kecilnya menguar diiringi dengan gelengan tidak percaya. Romeo mendudukkan diri di samping Citra tanpa memberikan jarak sedikit pun. "Sayang, kamu mau apa? Aku ada salah ya?" tanya Romeo menggenggam tangan Citra lembut. Sedangkan sang empu hanya terdiam dengan memalingkan wajah ke kanan. Sangat enggan untuk melihat wajah dan tatapan penuh cinta milik Romeo. Setelah menghela napas pelan, Citra menarik tangannya yang digenggam sang kekasih. Hal itu membuat Romeo protes dan kembali menggenggamnya, bahkan lebih erat dari sebelumnya. "Romeo, aku mau kita putus," ucap Citra tanpa menatap Romeo. "Ha ha kamu bercanda ya? Enggak lucu, Sayang. Sekarang bukan anniv kita atau ulang tahun aku loh," sahut Romeo yang masih tidak percaya. Dengan manja dia merebahkan kepalanya pada bahu kekasihnya. Menghirup dalam aroma yang selalu membuatnya tenang dan juga bergairah.
Romeo yang merasa sudah tidak dapat menahan amarahnya pun bergegas pergi dari rumah kekasihnya. Rasa sakit di hatinya saat mendengar tangisan histeris Citra tidak sebanding dengan rasa sakit saat mendengar kata putus. Semuanya hancur hanya dengan satu kata, putus. Harapannya untuk terus bersama Citra hingga tua nanti dan rasa cintanya yang begitu besar langsung musnah. Romeo mencoba meluapkan emosinya dengan cara kebut-kebutan di jalan. Tidak peduli jika dirinya menabrak hingga menyebabkan kecelakaan sekali pun. Karena sekarang, Romeo hanya ingin meluapkan emosinya meskipun hanya sedikit. Kendaraan roda empat yang dikendarai Romeo berhenti di salah satu tempat favoritnya sewaktu kuliah dulu. Tempat yang berada di jalan Jenderal Sudirman No.kav 52-53, Jakarta Selatan itu merupakan klub malam yang dijadikan tempat nongkrong oleh Romeo bersama teman-temannya. Selain karena memang sangat terkenal, jam buka