Share

Takdir Sang Kultivator Terlarang
Takdir Sang Kultivator Terlarang
Author: Nyx.jie

Kelahiran Terlarang

Kabar gembira yang berubah menjadi petaka meliputi Negara Qin. Negara terbesar dan terkuat di seluruh dunia dengan kekayaan dan kemakmuran yang luar biasa. Perlindungan Dewa Langit dipercaya menjadi alasan Negara Qin merupakan negara paling aman.

“Yang Mulia, hamba mohon bicara.” Kasim Lan menghadap Raja Qin.

“Permaisuri Wen akan segera melahirkan.” Ucap Kasim Lan sambil membungkukkan badan menatap lantai.

Mendengar kabar berita besar itu, Raja Qin bergegas menuju kediaman Permaisuri. Di tengah perjalanan, langkahnya tiba-tiba terhenti. Raja Qin mendongak ke langit menatap langit yang tiba-tiba menghitam di tengah hari. Matahari yang awalnya terik perlahan tertutup dan membuat langit buta sesaat.

“Yang Mulia jangan menatap langit, ini adalah kutukan bagi langit” Kasim Lan mengingatkan Raja Qin yang seolah terhipnotis dengan fenomena langka ini.

Selang beberapa saat akhirnya langit kembali normal. Sinar matahari kembali menyentuh jubah agung Raja Qin.

“Yang Mulia.” Kasim Hong bersujud menghadap Raja Qin di tengah lorong.

Kasim Hong awalnya ragu untuk membuka suara. Ia terus menatap lantai tanpa berani menengadah. Kedua tangan yang terkatup saling meremas dengan kuat. Melihat tatapan Raja Qin yang mulai menajam, Kasim Lan mendekati Kasim Hong. Mendekatkan telinga kanannya ke bibir Kasim Hong. Dengan lutut bergetar ia menyampaikan maksud kedatangannya.

Mata Kasim Lan terbelalak mendengar bisikkan Kasim Hong. Ia segera berdiri dan memberitahu Raja pesan yang baru saja ia dengar.

“Yang Mulia, Permaisuri Wen baru saja melahirkan seorang Putri.” Bisik Kasim Lan menutupi bibirnya dengan satu tangan kirinya.

Raja Qin yang terkejut berusaha mengendalikkan ekpresinya agar tidak terlihat terguncang. Ia segera meminta Kasim Hong mengantarkannya ke kediaman Permaisurinya. Sementara pelayan dan penjaga yang mengikutinya ia suruh kembali. Kasim Hong memimpin Raja Qin diikuti Kasim Lan menuju kediaman Permaisuri.

Setibanya dia kediaman Permaisuri, ia menghela nafas sejenak. Perasaannya bercampur aduk antara bahagia, sedih, khawatir dan kecewa.

“Yang Mulia Raja datang.” Suara lantang menyambut kedatangabn Raja Qin.

“Selamat datang Raja. Semoga Raja panjang umur.” Semua pelayan bersujud hingga ke lantai melihat kehadiran Raja Qin.

“Berdirilah.” Ujar Raja Qin memasuki kediaman.

“Yang Mulia, hamba layak mati.” Seorang tabib bersalin bersujud dihadapan Raja Qin berderai air mata sekaligus keringat.

“Tuan Putri lahir dengan selamat. Ta… ta… tapi…” sang tabib tak berani melanjutkan ucapannya.

Raja hanya menatap kosong tempat tidur dihadapannya. Seorang wanita cantik terbaring di sana.

“Yang Mulia.” Suara lirih terdengar lemah.

“Bertahanlah.” Raja terduduk di pinggir tempat tidur menggenggam tangan istrinya yang lemas.

Sang Ratu menggelengkan kepalanya pelan. Mengusap lembut genggaman hangat Raja Qin.

“Yang Mulia, Wen Zi hanya mohon Yang Mulia menerima keberadaan Putri kita. Kelahirannya…” nafas Ratu mulai tersenggal membuat Raja Qin semakin panik. Ia memerintahkan Kasim Lan untuk segera menjemput tabib Kerajaan.

“Kelahirannya, bukanlah kesalahannya. Biarkan ia hidup demi nyawaku.” Air mata menetes dari kedua mata Permaisuri Wen Zi.

Raja Qin terus menggenggam tangan Permaisurinya.

“Wen’er, jangan ucap apapun lagi.” Minta Raja dengan tulus.

“Chao Xing.” Sebut Permaisuri dengan lirih.

“Ia akan menjadi bintang penolong bagi Yang Mulia dan Negara Qin.” Jelas Permaisuri dengan senyum diikuti air mata.

“Yang Mulia, berjanjilah untuk mengampuni nyawanya demi aku.” Mohon sang Permaisuri.

“Wen’er, aku tidak akan membunuh anak kita. Ia adalah penantian panjang kita.” Ujar Raja Qin meneteskan air mata.

“Walaupun aku sudah memiliki Xiao Lin dan Bing Ran, tapi Chao Xing adalah anak pertama kita.”

“Baiklah, Wen Zi sudah bersyukur. Wen Zi…” ucapan Permaisuri semakin melemah, ia sudah mulai tidak sanggup membuka matanya.

“We’er, aku sudah mengerti, kau tidak perlu memaksakkan diri. Tabib Kerajaan akan segera datang. Bertahanlah!” Raja Qin mengusap rambut Permaisuri.

“Wen Zi mohon ampun untuk pergi terlebih dahulu. Lin Wen Zi, memberi hormat pada Yang Mulia untuk terakhir kali.”

Permaisuri Wen Zi menghembuskan nafas terakhirnya dipelukkan Raja Qin. Tangan Permaisuri jatuh dari genggaman sang Raja. Tangis tak terbendung akhirnya pecah. Kesedihan Raja menjadi kesedihan rakyat.

Reputasi Permaisuri Wen Zi sebagai sosok Ratu yang lembut dan elegan, baik hati dan sayang rakyat, kematiannya merupakan pukulan bagi Negara Qin. Memiliki seorang anak yang dinanti sekian lama merupakan berkah yang dinanti Raja dan Permasuri. Namun takdir begitu mempermainkan manusia, memberikan kebahagian dan kesedihan bersamaan, berkah dan kutukkan beriringan.

“Bawa kemari anak itu.” Pintah Raja pada tabib bersalin.

Tabib wanita itu membawa putri cantik itu kehadapan Raja. Raja Qin memandang putri cantiknya itu. Fitur wajah kecil yang mirip dengan ibunya, mata tajam tapi lembut dan bibir indah mirip sang Raja. Garis wajahnya adalah perpaduan Raja dan Permaisuri.

Raja Qin menyentuh pipi lembut Chao Xing. Sebuah energi menjalar menyengat tubuh Raja Qin. Raja Qin menutup mata menahan air mata.

“Yang Mulia. Hamba mohon ampun, lancang berbicara.” Ujar Kasim Hong. Raja Qin membuka matanya memandang pria tua di hadapannya. Ia memberi isyarat pada Kasim Hong untuk berbicara.

“Tuan Putri Chao Xing lahir dengan energi bulan bawaan yang sangat kuat.” Ujar Kasim Hong.

“Kelahiran dan kematian adalah sebuah takdir, hamba tidak berani menyalahkan.” Sambungnya.

“Lalu menurut Kasim Hong, apa maksud semua ini.” Tanya Raja dengan datar.

“Yang Mulia, Tuan Putri lahir di saat gerhana menutup langit. Mengingat rahmat Dewa Langit, mustahil jika langit sedang mengutuk Negara Qin, namun…”

“Namun?”

“Yang Mulia, hamba menghawatirkan bahwa hal ini akan menjadi bencana kelak bagi Negara Qin.” Ujar Kasim Hong menyelesaikan kalimatnya.

Raja Qin sudah menyadari sejak awal persalinan Permaisuri. Ia hanya ingin menyangkal kenyataan pahit itu. Rasa sedih kehilangan Permaisuri masih sangat mendalam, ia tidak bisa kehilangan putrinya juga.

Pikiran dan perasaan Raja Qin berkecambuk. Negara Qin merupakan Negara yang berada di bawah naungan Kerajaan Langit. Rahmat para Dewa Langit yang melindungi Negara Qin. Namun, pertempuran Kerajaan Langit dan Kerajaan Bulan bukanlah rahasia di dunia manusia.

Tidak ada keturunan Kerjaan Bulan di Negara Qin. Tapi fenomena ini juga bukan keinginannya. Kejadian ini harus dirahasiakan atau Negara Qin bisa dianggap sebagai pengkhianat Kerajaan Langit. Raja Qin terus berfikir menimbang keputusan yang harus ia ambil.

“Kasim Lan.” Panggil Raja Qin.

“Hamba menghadap, Yang Mulia.” Kasim Lan memberi hormat.

“Buatkan papan kematian Chao Xing dan kabarkan bahwa putriku meninggal.”

“Yang Mulia… tapi titah Permaisuri….” Kasim Lan terkejut dengan keputusan Raja Qin.

“Tidak ada Chao Xing dalam sejarah keluarga Qin. Ia meninggal setelah dilahirkan.”

Titah Raja Qin diluar kuasa Kasim Lan. Ia menjalankan sesuai perintah Raja Qin. Rakyat yang bersedih menghadiri pemakaman kedua tokoh istana itu. Lebih dari rakyat, seseorang yang benar-benar terpukul dan terpuruk adalah Raja Qin.

“Wen Zi, maafkan aku….”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status