Se connecterAdriana tersentak saat mendengar panggilan itu. Dengan cepat ia menarik tangannya dari dasi Victor dan mundur dua langkah.
Sayang? Tapi berita-berita di media itu tidak menyebutkan bahwa Victor sedang memiliki kekasih saat ini.
Sial, bagaimana ini? Sudah terlalu jauh jika dia mundur sekarang. Adriana mengangkat wajahnya sedikit untuk mengintip. Wanita itu terlihat beberapa tahun lebih tua dari Adriana. Tapi wajahnya begitu cantik.
Penampilannya juga begitu elegan, lengkap dengan suara yang begitu menenangkan. Apa ia juga seorang model atau aktris?
“Apa yang kau lakukan di sini, Clara?” suara dingin Victor membuat Adriana sedikit terkejut, tidak menyangka bahwa pria itu akan merespon sebegitu dingin.
“Apa maksudmu?” wajah wanita bernama Clara itu berubah sedih. Seperti tidak menyangka jawaban yang diberikan oleh Victor. “Kita kan sudah sangat lama sekali tidak bertemu. Aku hampir mengira kamu melupakanku.”
Tidak ada jawaban dari Victor, tapi suasana penuh tekanan yang Adriana rasakan membuatnya merasa salah tempat.
Ia membungkukkan tubuhnya sedikit, berniat untuk pergi. “Saya akan keluar dulu Tuan.”
“Tidak.” jawaban singkat dari Victor membekukan langkah Adriana. Ia mengangkat wajahnya sedikit untuk mengintip, tapi mata pria itu masih jatuh pada Clara.
“Bukan kau yang harus keluar dari ruangan ini.”
Wajah Clara yang tadinya terlihat sedih berubah menjadi kesal hanya dalam sekejap. Perubahan ekspresi yang begitu cepat itu membuat Adriana terkejut. Yang tadi itu… akting?
“Kau jual mahal sekali.” ucap wanita itu dengan nada kesal.
“Kau menggangguku di jam kerja dan di kantorku, itu pelanggaran etika tempat kerja.”
“Hah.” Wanita itu mendengus dengan kasar. “Kau? Etika? Bahkan saat aku masuk kau sedang bermesraan dengan sekretaris barumu. Dan kau bicara soal etika?”
Victor memijat pelipisnya terlihat begitu kesal pada Clara yang semakin berani.
“Aku tidak sedang bermesraan dengan sekretarisku. Dan kau, Clara, aku baru saja menangkap basah dirimu mencoba mendekatiku dengan maksud terselubung. Dan kau masih punya wajah untuk datang ke sini?”
“Aku hanya memintamu untuk membantuku mendapatkan peran lain untuk akting. Berhenti berbicara seolah aku telah melakukan kejahatan besar!” Wanita itu menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal.
Adriana yang merasa terjebak diantara pembicaraan itu hanya bisa berdiri canggung, perlahan ia meraih ponselnya di saku dan mengetikkan pesan untuk seseorang di sana.
“Ayolah, Victor!” Clara masih merengek, kali ini nadanya terdengar semakin putus asa dan tidak tahu malu. Wanita itu melangkah maju, mencoba meraih lengan Victor.. “Hanya satu telepon ke produser itu. Apa susahnya? Kau punya saham di rumah produksi mereka!”
Pria itu menjauhkan diri dari jangkauan Clara, terlihat benar-benar jijik padanya. “Wanita sepertimu benar-benar membuatku muak.”
Clara berniat untuk mencoba sekali lagi, tapi tiba-tiba pintu terbuka. Beberapa petugas keamanan gedung sudah berada disana untuk membawa Clara keluar.
“Kau memanggil satpam untuk mengusirku?!” wanita itu berkata tidak terima saat petugas keamanan itu berjalan ke arahnya.
“Nona, mari ikut kami.”
“Jangan pegang aku!” Clara menepis tangan petugas keamanan yang mencoba menyentuh dirinya dengan kasar. Wanita itu benar-benar kesal. “Aku bisa jalan sendiri.”
Ia akhirnya berbalik dan berjalan ke arah pintu sebelum akhirnya kembali menolehkan kepalanya untuk berbicara. “Aku tidak akan menyerah.”
“Haah...” Victor menghela nafas dan memijat pangkal hidungnya. Adriana yang melihat itu mencoba menawarkan air putih yang berada di mejanya.
“Air, Tuan?” tawarnya, kali ini benar-benar khawatir.
Pria itu menerimanya. “Apa kau yang memanggil tugas keamanan?”
“Ah… iya.” jawab Adriana. “Anda terlihat tidak nyaman.”
“Benar. Kerja bagus.” Victor akhirnya duduk di kursinya, sementara Adriana masih berdiri di tempatnya.
“Kembalilah ke tempatmu.” Adriana mengangguk, berniat keluar dan memberi ruang bernafas bagi Victor. Tapi sebelum ia keluar dari pintu suara pria itu kembali menghentikannya.
“Asal kau tahu Adriana, aku benci wanita seperti Clara. Wanita yang mendekatiku dengan niatan buruk yang coba mereka sembunyikan.”
=
Itu adalah peringatan. Adriana berkata dalam hati. Apa yang dikatakan oleh Victor jelas adalah peringatan.
Pria itu pasti tahu bahwa Adriana punya maksud lain, pria itu sudah memperingatkannya sejak Adriana pertama kali menginjakkan kaki ke gedung ini.
Tapi Adriana masih tidak ingin mundur. Ia harus melakukan ini, apapun harganya dia harus berhasil.
Pikiran itu terus mengganggu Adriana bahkan hingga jam kerja selesai. Saat ia menyadari jm kerjanya sudah berakhir, Adriana menyusun barang-barangnya dengan cepat dan pergi menuju basement.
Parkiran basement gedung Sterling Industries sudah sunyi. Mengingat Adriana memang turun cukup terlambat dari jam seharusnya.
Ia berjalan dengan cepat, tiba-tiba merasa takut dengan kesepian yang ada hingga langkah kakinya berhenti mendadak saat ia mendengar pintu mobil dibuka.
Dari salah satu mobil yang masih terparkir di sana, wanita itu, Clara keluar dari mobilnya.
Wanita itu tidak lagi terlihat seanggun saat ia masuk ke ruangan Victor tadi siang. Rambutnya sedikit berantakan, membuat Adriana dapat membayangkan wanita itu mengacak rambutnya karena frustasi.
“Akhirnya kau keluar juga,” wanita itu menyambut Adriana dengan nadanya yang tajam.
“Nona Clara? Saya pikir petugas keamanan sudah mengantar Anda keluar.”
“Oh, diamlah,” desis Clara sambil melangkah maju, menghalangi jalan Adriana. “Jangan berpura-pura sopan dengan wajah polosmu itu. Itu membuatku muak.”
Adriana menarik napas panjang, berusaha mempertahankan sikap profesionalnya. “Jika tidak ada urusan lain, saya permisi. Saya ingin pulang.”
“Kau pikir aku bodoh?” Clara tertawa sinis dan berjalan semakin mendapat, membuat Adriana dapat mencium aroma parfum mahal wanita itu. “Kau sengaja memanggil satpam itu, kan? Bukan karena aku membuat keributan. Tapi karena kau ingin menyingkirkan sainganmu.”
Adriana mengerutkan kening. “Saingan? Maaf, tapi saya hanya sekretaris yang menjalankan prosedur keamanan kantor.”
“Jangan berbohong padaku!” bentak Clara tiba-tiba, suaranya meninggi hingga menggema di basement. “Aku melihat caramu menatap Victor. Cara tanganmu menyentuh dasinya tadi... Kau bukan sedang merapikan pakaian bosmu. Kau sedang mencoba merayunya. Kau sama saja denganku.”
Clara menunjuk wajah Adriana dengan jari telunjuknya. “Kau memanggil keamanan karena kau takut aku akan merusak rencanamu. Kau takut Victor akan kembali padaku jika aku diberi waktu lima menit lagi bersamanya. Dasar wanita ular.”
Adriana merasakan darahnya naik ke kepala. Bahkan walau sebagian dari perkataan wanita itu benar, ia tetap tidak terima.
“Dengar, Nona Clara,” ucap Adriana dengan nada dingin dan tegas. “Tuan Victor mengusir Anda karena Anda tidak menghargai waktu kerjanya dan datang tanpa diundang. Itu fakta. Tidak ada hubungannya dengan saya.”
Adriana melangkah maju satu langkah, menantang dominasi Clara. “Dan jika Anda merasa terancam oleh seorang sekretaris biasa seperti saya, mungkin masalahnya ada pada kepercayaan diri Anda sendiri, bukan pada saya.”
Mata Clara membelalak lebar. Wajahnya merah padam menahan amarah yang meledak seketika mendengar balasan Adriana.
Tanpa peringatan, tangan Clara melayang cepat di udara.
PLAK!
Suara tamparan keras menggema di seluruh penjuru basement yang sunyi.
Adriana memegang pipinya yang baru saja di tampar oleh Clara. Wajahnya perlahan terangkat, matanya menatap kesal ke arah wanita itu.Cukup sudah. Adriana sudah harus menghadapi sikap Evelyn yang tidak tahu malu, dan ia juga harus menghadapi sikap dingin Victor. Dan sekarang dia harus menghadapi satu wanita gila lagi?Tangan Adriana yang tidak memegang pipinya mengepal dengan keras.“Kau…” Clara baru saja akan membuka mulutnya lagi untuk memaki, tapi Adriana tidak memberinya kesempatan untuk menyelesaikan perkataannya. Adriana menjatuhkan tas kerjanya ke lantai basement dengan kasar, dan tanpa peringatan, tangannya mendarat di pipi Clara.PLAK!Suara tamparan itu terdengar lebih kuat dari yang Clara lakukan sebelumnya. Wanita itu melotot tidak percaya, jika tatapannya bisa membunuh mungkin Adriana sudah terkapar di lantai basement ini sekarang.“Kau menamparku?!” pekik Clara, suaranya melengking memenuhi basement yang sunyi.“Itu untuk menyadarkanmu dari delusi gila hormatmu, Nona Cla
Adriana tersentak saat mendengar panggilan itu. Dengan cepat ia menarik tangannya dari dasi Victor dan mundur dua langkah.Sayang? Tapi berita-berita di media itu tidak menyebutkan bahwa Victor sedang memiliki kekasih saat ini.Sial, bagaimana ini? Sudah terlalu jauh jika dia mundur sekarang. Adriana mengangkat wajahnya sedikit untuk mengintip. Wanita itu terlihat beberapa tahun lebih tua dari Adriana. Tapi wajahnya begitu cantik.Penampilannya juga begitu elegan, lengkap dengan suara yang begitu menenangkan. Apa ia juga seorang model atau aktris?“Apa yang kau lakukan di sini, Clara?” suara dingin Victor membuat Adriana sedikit terkejut, tidak menyangka bahwa pria itu akan merespon sebegitu dingin.“Apa maksudmu?” wajah wanita bernama Clara itu berubah sedih. Seperti tidak menyangka jawaban yang diberikan oleh Victor. “Kita kan sudah sangat lama sekali tidak bertemu. Aku hampir mengira kamu melupakanku.”Tidak ada jawaban dari Victor, tapi suasana penuh tekanan yang Adriana rasakan m
Wajah Adriana memerah dengan hebat saat mendengarkan perkataan Victor.Adriana melupakan fakta bahwa pria itu berbeda dengan para pria muda bodoh yang begitu mudah digoda. Pria itu punya lebih banyak pengalaman, dan dia mungkin adalah predator sebenarnya di sini.Adriana masih berdiri di tengah ruangan itu, tapi Victor sudah kembali duduk di mejanya. Mengabaikan Adriana sepenuhnya dan memenuhi ruangan dengan suara keyboard.Adriana menunduk akibat rasa malu yang menyusup dalam dirinya. “Saya permisi dulu.”Adriana tidak menunggu jawaban dari victor dan segera keluar dari ruangan dengan gerakan terburu. Begitu pintu tertutup ia langsung menutup wajahnya dengan dokumen yang masih ia pegang.“Aaaaa…” Adriana berteriak pelan, ia ingin pulang. Ia bahkan ingin segera berhenti bekerja. Perkataan Victor benar-benar merusak kepercayaan dirinya.Kenapa ayah dan anak itu begitu mirip dalam hal seperti ini? Adriana sudah benar-benar berjalan dengan begitu lemas ke mejanya ketika lagi-lagi ponseln
Satu minggu pertama bekerja, Adriana memilih pakaian yang lebih sopan dari yang gunakan saat interview bersama Victor Sterling. Bagaimanapun, ia masih harus melakukan serah terima pekerjaan dengan Ammy, mantan sekretaris pria itu.Walau Adriana ingin segera melaksanakan rencananya, gerakan yang ia punya terbatas. Sebagian dirinya yang masih cukup ‘waras’ terus mengingatkan dirinya untuk bersikap profesional di mata orang lain.Ia berakhir hanya memberikan ‘sinyal-sinyal’ kecil seperti sentuhan tidak sengaja saat ia hanya berdua dengan pria itu. Yang berakhir benar-benar diabaikan.Tapi, perubahan Adriana terjadi dengan cepat begitu sekretaris Victor yang ia gantikan sudah tidak masuk kerja kembali.Adriana menatap pantulan dirinya di cermin toilet kantor. Belahan di blouse yang ia kenakan sedikit lebih rendah dari jarak aman yang biasa ia kenakan. Begitu juga rok pensil yang lebih ketat dari biasanya.Seseorang akan memanggil dirinya wanita penggoda. Jika bukan orang lain, setidaknya
“Ya. Dia ada di dalam, kan?”Adriana melihat dari kejauhan, Evelyn sudah menyerahkan tasnya pada wanita yang bertanya padanya untuk dibawakan.“Ya, Nona, tapi sedang ada interview di dalam,” jawab wanita itu.Menyadari Evelyn akan bergerak ke arahnya, Adriana dengan panik bergerak menuju arah berlawanan, memunggungi arah datang Evelyn. Semoga saja wanita itu tidak menyadari kehadiran Adriana di sana.“Interview? Untuk posisi apa? Jarang ada yang interview langsung dengan ayahku.” Evelyn bertanya bingung.“Sekretaris barunya, Nona.” Suara wanita yang mengikuti Evelyn terengah karena mengikuti langkahnya yang cepat.“Oh, kau akan berhenti?” Evelyn akhirnya berhenti berjalan dan melihat ke arah wanita itu.“Iya… saya akan menikah dan pindah keluar kota.” jawabnya canggung.“Aku harus melihat langsung kandidatnya.” ucap Evelyn sambil kembali berjalan. Perlahan, ia mulai mendengus pelan. “Semoga sekretaris itu biasa saja seperti dirimu, dan bukan gold digger yang mengincar harta ayahku. Ak
“Ehem.” Adriana berdehem pelan, merasa canggung dengan diam yang sudah berlangsung sejak ia masuk ke ruangan milik Victor Sterling.Pria itu masih membolak-balik resume miliknya, membaca dengan seksama. Adriana mulai merasa tidak nyaman dengan posisi duduknya, sehingga secara refleks ia menutupi pahanya yang tersingkap dengan tas.Tunggu. Bukankah ini justru bertentangan dengan tujuan Adriana datang kemari?Dengan perlahan, Adriana menurunkan tas itu dari pangkuannya. Adriana membiarkan helaian rambutnya jatuh menyapu bahu, kemudian menyisihkannya ke belakang telinga perlahan dengan ujung jari. Berada dalam kompetisi yang terus berjalan dengan Evelyn telah mengajarkan Adriana banyak cara menggoda seorang laki-laki. Dan diantara semuanya, cara halus itu selalu berhasil mencuri fokus.Adriana menarik tubuhnya lebih tegak, mengatur agar bahunya rileks, lehernya terekspos lebih jelas saat ia menoleh sedikit ke samping. Berpura-pura tertarik pada apapun yang berada di sudut ruangan. Tida







