"Aku serius! Maksud kamu apa?" sentak Arka lagi yang mendapat decakan kesal dari Zeyn. "Kak, ayo kita pergi saja!" bisik Maharani, wanita yang bersama Arka. "Malu, Kak dilihatin orang." Maharani menyembunyikan wajahnya di belakang lengan Arka karena menjadi tontonan gratis. Banyak orang yang mengarahkan pandangannya pada empat orang yang berdebat di depan sebuah toko baju ternama itu. "Masih punya malu juga," cibir Zeyn. "Malu sama orang, tapi sama Tuhan kagak," sahut Angga masih sambil mengarahkan kamera ponselnya pada pasangan kekasih di depannya.Arka yang merasa tersinggung hendak meladeni ucapan dua remaja yang sudah sejak tadi menyulut emosinya, namun Maharani memaksa untuk pergi karena malu menjadi tontonan pengunjung mall. "Sudahlah Kak, ayo pergi!" Maharani menarik lengan Arka untuk meninggalkan tempat itu. "Dasar pria brengsek! Dia yang selingkuh, malah nuduh orang," cemooh Zeyn yang masih bisa di dengar oleh Arka. "Gila, apes banget Mbak Aisyah punya suami tukang sel
Author pov. "Apa aku bukan keluarga Mbak? Sampai kapan Mbak akan menyembunyikan masalah ini?" tanya Zeyn dengan raut wajah kecewa. Melihat wajah kecewa Sang adik membuat senyum di wajah Aisyah seketika luntur, tiba-tiba muncul rasa bersalah dan sesal di hatinya karena sudah menyembunyikan masalah yang seharusnya ia bagi dengan keluarganya. Aisyah menghela nafas panjang, lantas berjalan mendekati adiknya itu lalu menariknya untuk duduk di sofa ruang tengah. "Maafin Mbak ya, sudah buat kamu kecewa sama sikap Mbak," ucap Aisyah memelas. "Aku cuma khawatir kalau kamu akan emosi dan melakukan hal-hal yang tidak di inginkan," sambungnya menjelaskan. Zeyn menghela nafas kasar, sebenarnya ia tidak tega melihat wajah melas kakaknya tapi ia juga kesal karena kakaknya itu sudah sangat keterlaluan dengan berusaha menanggung masalah sebesar itu sendirian."Aku kecewa sama Mbak, kita itu keluarga. Seharusnya kita saling menjaga dan tidak ada rahasia yang disembunyikan," sahut Zeyn kesal. "Kalau
"Tidak," Jawab Jafar tegas. Mendengar jawaban Ayahnya membuat Aisayah mengarahkan pandangannya pada sang ibu yang duduk di sebelah ayahnya. "Bu, bantu ku membujuk Ayah," ucapnya meminta dukungan. "Sebentar, bisa jelaskan kenapa kamu di mutasi? Apa itu karena foto dan video fitnah itu?" tanya Salma tidak langsung mengiyakan permintaan putri kesayangannya itu. Aisyah hanya mengangguk untuk menjawab. "Zeyn, jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Kamu Ibu suruh jaga Mbakmu kan, kenapa bisa jadi seperti ini?" Salma mengomeli putra bungsunya yang dari tadi hanya diam dan mengamati saja. "Bu jangan salahin Zeyn," sela Aisyah tidak tega adiknya di salahkan. Zeyn menghela nafas lalu berbicara, "Beberapa hari yang lalu, para orang tua siswa berdemo di sekolah. Mereka meminta supaya Mbak Aisyah di nonaktifkan sebagai guru. Menurut mereka Mbak Aisyah tidak pantas menjadi seorang guru karena video skandal perselingkuhannya viral di media sosial." Mendengar penjelasan Zeyn sontak membuat wajah
Semalaman Aisyah tidak bisa tidur, ia khawatir jika ibunya tidak bisa membujuk ayahnya untuk merubah keputusan pria yang sangat tegas itu. Sekitar pukul 6 pagi Aisyah keluar dari kamar. Matanya melebar saat melihat ayahnya sudah duduk di kursi meja makan dengan pakaian rapi sembari membaca koran. Dengan langkah pelan, ia mendekati meja makan dan duduk di sebelah adiknya. Tak lama ibunya datang dari arah dapur dengan membawa sepiring telur dadar di tangannya. "Sarapan dulu," suruh Salma setelah meletakkan sepiring telur dadar di atas meja. Jafar langsung melipat korannya dan meletakkannya di atas meja. Tanpa banyak bicara laki-laki paruh baya itu memakan sepiring nasi goreng yang ada di hadapannya. Sama halnya dengan Aisyah juga Zeyn mereka juga ikut memakan nasi goreng yang dibuat ibunya itu. "Mana surat pengunduran diri kamu?" tanya Jafar setelah menyelesaikan sarapannya. Sontak Aisyah mengarahkan pandangannya pada Salma yang membalas dengan anggukan dan senyum lebar. "Kamu me
Author pov. "Katanya Bu guru Ai selingkuh makanya mamanya Kenan mengajak demo," sahut siswa yang lain. Degh,,,, Aisyah tertegun mendengar kalimat yang di lontarkan anak didiknya. "Iya benar, Ibunya Kenan juga ngajak mamaku untuk demo tapi mamaku gak mau," sahut siswa yang lain. "Itu tidak benar. Bu guru Ai gak mungkin selingkuh," bantah siswi yang pertama bertanya tadi membela Aisyah. Dengan wajah garang siswi itu melotot pada temannya yang mengatakan Aisyah selingkuh. "Tentu saja tidak." jawab Aisyah tegas setelah dapat menguasai diri dari keterkejutannya. "Bu guru tidak pernah selingkuh. Semua berita itu tidak benar." "Aku percaya sama Bu guru," jawab beberapa siswa bersahutan. Aisyah menghela nafas lega karena siswa-siswinya mempercayai ucapannya. "Terima kasih," ucapnya penuh haru. "Tapi tetap saja Bu guru Ai akan pindah, itu gara-gara Kenan," sahut seorang siswa dengan wajah sedih. "Iya gara-gara Kenan Bu Ai pindah." "Benar, mama Kenan yang buat Ai Pindah." Anak-anak i
Author Pov. "Ngapain kamu? Bengong saja dari tadi?" Seorang laki-laki tampan menepuk pundak temannya yang sedang duduk di kursi balkon apartemen. "Sudah balik? Mana Meysa?" tanya balik Anton menoleh. "Lagi ambil minum," jawab Andaru lalu ikut duduk di kursi sebelah Anton. "Jangan melamun aja nanti kesambet setan gundul," guraunya sambil terkekeh. Andaru pradipta Reksa, sang Playboy tampan yang menyukai hidup bebas. Demi bisa hidup bebas Andaru memilih keluar dari rumah orang tuanya. "Apa kamu gak merasa bersalah?" Anton bertanya pada sahabatnya itu. "Ya nggak lah, ngapain juga ngerasa salah?" jawab Andaru tersenyum tipis. Menurutnya Anton terlalu melankolis karena merasa kasihan pasa hal yang tidak penting. "Salah ceweknya sendiri karena tidak becus milih suami yang baik. Harusnya dia tidak menikah dengan laki-laki bajingan yang suka selingkuh," sambung Andaru enteng. "Benar, cewek itu sudah salah milih suami. Dan brengseknya kita membantu laki-laki bajingan itu." Anton menata
Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lebih mereka sampai di mall pusat kota. Dengan langkah riang Meysa membawa Andaru menuju ke toko baju langganannya yang menyedihkan pakaian dengan merk branded yang harganya cukup menguras kantong. "Apa tidak bisa beli pakaian di toko lain saja?" ucap Andaru sambil tangannya memegang sebuah kaos putih dengan bandrol harga jutaan. "Memang kenapa?" ujar Meysa sambil sibuk memilih dress yang ingin di belinya. "Di sini bajunya bagus-bagus dan brand terkenal Daru. Kalau masalah harga tidak jadi masalah. Kamu mau itu? Biar aku yang bayar," kata Meysa dengan nada sombong. "Jangan kayak orang miskin." Sambungnya sambil berbisik yang membuat Andaru mendengus kasar. Sifat Meysa yang sok kaya itu menjadi salah satu alasan Andaru tidak nyaman berada bersama Wanita itu. Wanita berumur 26 tahun itu adalah putri dari seorang pengusaha. Orang tuanya bercerai sejak ia masuk sekolah menengah atas. Mamanya menikah lagi dan pindah ke luar negeri bersama s
Sejak semalam Salma terus menangis. Ia masih tidak rela melepas kepergian Aisyah ke tempat putrinya itu di mutasi. Wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang berkepala empat itu tak berhenti merengek pada suaminya supaya di izinkan mengantar Aisyah sampai ke kota tempat putri mereka di tugaskan. "Hanya untuk beberapa hari saja Yah, izinkan Ibu ikut Aisyah," rengeknya untuk yang kesekian kalinya sejak suami istri itu selesai menjalankan sholat shubuh. Jafar hanya bisa menarik nafas panjang, melihat sikap istrinya yang seperti anak kecil itu. Sudah berkali-kali ia menjelaskan bahwa putri mereka itu sudah dewasa pasti bisa menjaga dirinya sendiri, tapi istrinya itu masih tetap kekeh ingin ikut dan menemani Aisyah beberapa hari di tempat baru. "Masih tetap pengen ikut Yah?" Zeyn berjalan masuk dengan membawa Kantong kresek berisi nasi pecel yang di belinya di warung langganan keluarganya. "Hemm," jawab Jafar lalu melirik istrinya yang sejak pagi mengekorinya. "Astaghfirullah