Saat pintu mobil terbuka, semua anak buah Ethan menoleh. Mereka tertawa saat melihat Ethan bertelanjang dada dan berpikir kalau tuannya itu sangat menikmati tubuh Megan.
Megan tidak tahu kalau anak buah Ethan tidak bisa melihat tubuhnya karena tertutupi tubuh Ethan. Megan berpikir, semua pria itu akan bergilir menikmati tubuhnya.Megan menangis dan menatap Ethan penuh amarah. "Kamu bukan manusia! Kamu iblis!"“Sayangku, kamu benar. Iblis sedang melihatmu sekarang, kamu tidak bisa melarikan diri.” Ethan membungkuk. Bibirnya menjelajahi tubuh Megan kembali.DOR!Suara tembakan itu membuat Ethan menghentikan aktivitasnya. "Tuan! Ada musuh menyerang kita!" teriak Adam, salah satu anak buah Ethan.“Arrgghh!! Sial!” Ethan mendorong tubuh Megan ke samping, “Tetap di sini kalau tidak mau mati!”Megan mengejang ketakutan, menutupi mulutnya lalu mengangguk.Ethan turun dari mobil sambil memperbaiki ritsleting celananya, menutup pintu, dan mengambil pistol yang diserahkan olehnya.DOR! DOR! DOR!Mendengarkan suara tembakan, Megan mencoba melihat keluar melalui kaca hitam mobil.Anak buah Ethan tampak menguasai keadaan. Walau bahunya terluka, Ethan sama sekali tidak bergeming. Semua musuh seperti semut di hadapannya.Megan semakin sadar bahwa pria yang hampir merenggut keperawanannya adalah iblis yang membuat siapa pun ketakutan. Ia melihat ke sekeliling. Nampaknya, semua orang sedang sibuk dengan musuhnya masing-masing. Megan menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya. Dengan seluruh keberanian yang berhasil dia kumpulkan, Megan membuka pintu dan bergegas melarikan diri.Tak lama, baku tembak berakhir.Usai tembak-menembak itu, Ethan kembali ke mobil. Dia terkejut saat melihat kursi penumpangnya kosong. Pintu di seberangnya tampak terbuka. Megan sudah melarikan diri ketika baku tembak terjadi tadi.“Sial! Gadis itu melarikan diri!” pekik Ethan kesal seraya menendang ban mobilnya.“Tuan, sebaiknya kita kembali ke mansion. Saya akan carikan gadis lain untuk Tuan malam ini,” usul Adam cepat.Ethan tidak membantah, lalu masuk ke mobilnya. Beberapa anak buah Ethan yang tersisa, melakukan pembersihan dengan membawa rekan-rekan mereka yang terluka ke rumah sakit.Sepanjang perjalanan kembali ke mansionnya, Ethan terus memikirkan Megan. Gadis itu sangat berani keluar dari dalam mobil lalu pergi entah kemana. Di tengah baku tembak yang mungkin akan membahayakan nyawanya. Ethan tidak bisa berhenti memikirkan apa gadis itu terlalu gila atau terlalu bodoh. Kerlingan cahaya dari luar mobil membuat Ethan menunduk. Manik mata gelapnya menangkap bayangan sesuatu di bawah sana.Ethan membungkuk mengambil benda kotak pipih itu lalu tersenyum smirk. Dia membaca nama yang tertera pada KTP milik Megan Larasati. Foto gadis yang sejak tadi memenuhi pikirannya tampak jelas terpampang pada KTP itu.“Megan Larasati, hmm … menarik,” gumam Ethan senang.Ethan melihat lengannya yang terikat oleh sapu tangan milik Megan. Tanpa sadar, Ethan tersenyum.Sejam yang lalu, Ethan diserang saat menghadiri pesta kalangan atas di Kastil Emperor. Saat itu Ethan memutuskan untuk pergi hanya dengan beberapa anak buahnya saja, karena dia yakin kalau Kastil Emperor memiliki tingkat pengamanan yang tinggi. Ternyata dirinya salah.Penyerangan itu membuat beberapa anak buahnya tewas. Namun Ethan berhasil melarikan diri walau dalam keadaan terluka. Ketika sampai di pinggir jalan dekat dengan bangunan tua, Ethan terjerembap karena tidak melihat lubang kecil pada jalan yang dilaluinya. Di situlah, Megan menemukan dan menolong Ethan.Untuk pertama kalinya Ethan menemukan gadis yang mau membantunya bahkan mengobati lengannya yang terluka tanpa melihat penampilannya. Megan menemukan Ethan berjalan tertatih-tatih dengan pakaian compang-camping. Kakinya yang beralaskan sepatu sudah mulai lecet karena terus berlari. Dia tidak bisa melepaskan sepatunya atau kakinya akan semakin terluka. Lengannya juga terluka karena tergores ranting pohon saat berusaha melarikan diri dari kejaran musuh-musuhnya. Dirinya juga terlihat sangat lemah. Megan memberinya makanan, minuman, dan pertolongan. Itu membuat Ethan ingin segera memiliki Megan.Guncangan pada mobil Mercedes-Benznya membuat Ethan tersadar dari lamunannya. Ethan tersenyum smirk, dia kembali menimang KTP Megan di tangannya. Tangan Ethan terulur ke depan, menyodorkan KTP Megan pada Adam yang duduk di depan.“Adam, cari informasi tentang gadis ini. Aku mau tahu semua tentang dia malam ini juga,” titah Ethan lalu duduk kembali dengan arogan.Mobil itu terus melaju menuju bangunan paling mewah dan megah di kota itu. Siapapun tahu siapa pemilik Mansion Wibisana. Pria paling arogan dan dingin sekaligus paling tampan dan paling didambakan setiap wanita yang menginginkan kenyamanan seumur hidup mereka.Ethan Wibisana, pria tampan berumur tigapuluh tahun. Pemilik tinggi badan seratus delapan puluh lima centimeter dengan tubuh penuh otot, kulit putih, dan rambut lurus yang dicukur cepak. Penguasa Wibisana Corp., perusahaan teknologi yang mampu menciptakan robot dengan kecerdasan manusia. Pria casanova yang gemar bersenang-senang dengan wanita cantik tapi tidak pernah sekalipun merasakan jatuh cinta.Malam ini untuk pertama kalinya Ethan merasakan sesuatu yang berbeda pada tubuh wanita. Megan sudah membangkitkan gairahnya hanya dalam hitungan detik. Tidak perlu waktu lama bagi Ethan untuk membuat kejantanannya membengkak sempurna. Terlebih kebaikan Megan berhasil membuat Ethan penasaran dan ingin memilikinya.“Adam, apa menurutmu masih ada wanita yang baik di dunia ini?” tanya Ethan.“Mungkin masih ada, Tuan. Saya tidak pernah bertemu dengan wanita seperti itu,” sahut Adam jujur. Kepalanya mengerdik ke samping tanpa menoleh ke belakang.“Aku baru saja menemukannya. Dia membantuku tanpa melihat bagaimana penampilanku. Dia memberiku nasi kotak dan air minum. Adam, apa menurutmu dia wanita yang baik?” Ethan mempermainkan kedua tangganya, kebiasaannya ketika sedang senang.“Ini adalah pertama kalinya ada orang yang membantu Tuan tanpa melihat kedudukan yang Tuan miliki,” sahut Adam dingin. Jangan mengharapkan sebuah ekspresi apapun selain ekspresi dingin dari pria blasteran Jerman Indonesia itu.“Jadi menurutmu dia baik?” tanya Ethan lagi. Pendapat Adam sangat penting baginya saat ini. Asisten pribadinya itu memiliki feeling yang kuat dan selalu berhasil membantunya melalui apapun. Gerakan Adam juga sangat gesit dan cepat. Ethan hampir tidak pernah terkena masalah saat Adam bersamanya. Hanya malam ini saja, Ethan nekat pergi ke pesta tanpa Adam.“Saya belum mengenalnya, Tuan. Tapi kalau dia memang tulus membantu Tuan tanpa mengharapkan imbalan, gadis itu pantas disebut gadis yang baik.” Adam kembali fokus menatap ke jalanan di depan mereka.“Aku menginginkan Megan Larasati! Aku ingin dia jatuh cinta padaku!” titah Ethan arogan.Sementara itu setengah kilometer dari tempat kejadian,Megan baru selesai membersihkan tubuhnya di kamar mandi ketika seseorang mengetuk pintu kamar mandi itu. Megan tercekat, sesaat terbayang wajah Ethan terlintas di dalam ingatannya. Bahkan aroma parfum mahal milik pria itu masih melekat di tubuhnya setelah memakai sabun berkali-kali. Megan menarik nafas panjang untuk menenangkan jantungnya yang berdetak sangat kencang.Tidak mungkin pria itu tahu di mana rumahnya. Megan berusaha menenangkan dirinya sebelum mendekati pintu kamar mandi. Ketukan lembut kembali terdengar di pintu kamar mandi itu. Pelan-pelan Megan membuka pintu itu dan melihat ibunya berdiri di depan pintu. Wanita paruh baya itu menatap cemas ke arah Megan“Megan, kamu mandi malam-malam gini?” tanya ibu Susan.“I—iya, bu. Tadi keringetan dari restoran,” ucap Megan sambil memaksakan senyuman terbit di bibirnya yang sudah membiru.Hati Megan sungguh tidak tega kepada ibu Susan kalau harus menceritakan apa yang sudah menim
Adam langsung mengeluarkan ponselnya lalu membaca informasi detail tentang Megan Larasati. Gadis cantik berkulit kuning langsat, berusia dua puluh tiga tahun. Masih single dan saat ini bekerja di sebuah restoran sebagai pelayan. Megan juga bekerja sebagai buruh cuci untuk tetangganya.Megan tidak memiliki akun sosial media seperti kebanyakan gadis seusianya. Tetapi beberapa rekan kerjanya memiliki akun sosial media dan wajah Megan terlihat di beberapa foto yang mereka posting. Adam menyodorkan ponselnya agar Ethan bisa melihat foto-foto Megan bersama rekan kerjanya.Ethan melihat-lihat foto Megan yang sedang berkumpul dengan rekan-rekan kerjanya. Pakaian mereka terlihat sama semuanya. Ethan tersenyum smirk, wajah Megan memang manis natural. Tanpa make up yang berlebihan melapisi permukaan kulit wajahnya. Megan semakin menarik perhatian Ethan untuk memilikinya.“Apa saya perlu menangkapnya sekarang, Tuan?” tawar Adam setelah dia mendapatkan alamat tinggal Megan.Ethan tidak lantas menja
Setelah Adam pergi, Ibu Susan menarik Megan kembali ke dalam rumah."Ibu perlu penjelasan saat ini juga, Megan Larasati!" tegas ibu Susan.Megan menatap Ibu Susan yang terus menunggu sebuah penjelasan tentang apa yang terjadi semalam. Tidak ada jalan lain selain menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Setidaknya Ibu Susan akan membantunya mengatasi pria blasteran itu kalau berani datang lagi.“Bu, sebenarnya semalam itu aku hampir diperkosa,” ucap Megan lalu memejamkan matanya bersiap mendengar teriakan Ibu Susan.“Apa?!” pekik Ibu Susan syok.Wanita paruh baya langsung mundur lalu terduduk di kursi sambil memegangi dadanya. Di dalam sana, jantung Ibu Susah berdebar sangat kencang mendengar kenyataan yang hampir menghancurkan masa depan putrinya itu.Megan buru-buru mengambil air minum untuk membantu Ibu Susan mengendalikan dirinya. Deru nafas ibunya itu membuat Megan merasa bersalah karena berusaha jujur. Megan pun bersimpuh di hadapan Ibu Susan lalu menggenggam tangan ibunya itu.“
“Tidak. Dia hanya kakek tua, Megan. Tenanglah. Saat ini kakek itu membutuhkan bantuanmu,” batin Megan lalu menarik napas dalam untuk menenangkan dirinya.Setelah cukup tenang, Megan tersenyum ramah kepada kakek itu dan menanyakan alamat rumahnya. Ethan pun menyebutkan alamat rumahnya dengan baik tanpa menatap Megan.“Kakek harus jalan ke mana, cu? Ke kanan atau ke kiri?” tanya Ethan dengan suara mirip kakek-kakek keselek.“Sebentar ya, kek. Saya cari dulu dimana alamat rumah kakek,” sahut Megan lembut.Jantung Ethan rasanya ser-seran mendengar suara Megan yang lembut dan sekssi. Sungguh Ethan ingin sekali membopong Megan masuk ke dalam mansionnya lalu mengunci gadis itu di dalam kamar bersamanya. Tetapi demi mengetahui sifat Megan yang sebenarnya, Ethan terpaksa menahan dirinya.Megan pun mengetik alamat rumah kakek itu pada mesin pencarian di ponselnya lagi. Ternyata rumah kakek itu sejalan dengan arah jalan pulangnya. Megan pun menawari kakek itu untuk pulang bersamanya. Tetapi ketik
Pintu mobil Vans menutup kembali dan sopirnya hampir menjalankan mobilnya ketika rombongan mobil antik sudah mendahului mereka. Para penculik Megan terpaksa menunggu sampai rombongan mobil antik itu berlalu semuanya. Ketika mobil Vans itu mulai bergerak menyusuri jalanan besar, mobil Vans lain muncul di belakang mereka.Mobil Vans itu dikendarai Moji, dan Boni duduk di bangku belakang. Mereka sedang menyusul Megan untuk menculiknya. Moji menghentikan mobil tepat di belakang mobil penculik Megan itu karena ada truk yang akan lewat dari arah berlawanan. Perhatian Moji fokus melihat plat nomor mobil di depannya.“Sama persis ya, Ji,” ucap Boni sambil menunjuk mobil Vans di depan mereka.“Beda dikit. Itu tipe lama. Mobil kita kan tipe yang terbaru. Kau sudah lihat gadis itu?” tanya Moji.Boni melongokkan kepalanya ke luar dari dalam mobil lalu melihat sepanjang jalan yang rimbun. Megan tidak terlihat dimanapun juga sepanjang jalanan besar itu.“Dia ke mana? Tidak kelihatan. Coba maju lagi
Setelah Ethan puas mendengarkan cerita Adam, keduanya pun berjalan mendekati mobil Vans tempat Moji dan Boni sudah menunggu. Keduanya segera bersiap dengan sikap tegak ketika melihat kedatangan Ethan dan Adam.“Tugas kalian sudah beres kan?!” tanya Ethan tanpa basa-basi. Dia paling benci pada orang yang terlalu banyak basa-basi hanya untuk mengesankan dirinya.“Itu ….” Moji saling pandang dengan Boni.“Cepat jawab!” titah Adam yang masih kesal. Moji dan Boni terkesiap lalu sama-sama kompak menjawab Ethan.“Kami tidak menemukan gadis itu, Tuan!” ucap Moji dan Boni lantang.“Apa?!” Ethan langsung kebakaran jenggot mengetahui Moji dan Boni kehilangan jejak Megan. Panik dan geram dirasakan Ethan di dalam dirinya karena memikirkan Megan kembali melarikan diri darinya.Ethan tidak habis pikir hanya untuk menangkap seorang gadis dan membawanya ke Mansion Wibisana saja, kedua anak buahnya itu tidak becus. Bahkan sampai kehilangan jejak Megan dalam sekejap mata. Ethan berkacak pinggang lalu be
Belasan kilometer dari lokasi Ethan dan Adam, dua orang pria berbadan kekar sambil membawa seorang wanita cantik. Mereka memasuki sebuah ruangan berukuran 3x2 yang terasa pengap dengan ventilasi seadanya. Ketika tubuh wanita itu diletakkan di lantai yang dingin, terlihat wajah Megan yang pucat. Kedua matanya masih terpejam erat setelah tengkuknya dipukul salah satu pria kekar itu. Megan tidak sendirian di ruangan itu. Di samping Megan, ada seorang wanita yang terlihat sedang melihat. Tubuhnya bersandar pada dinding kotor dan tidak bergerak karena desah napasnya yang berat. Suara-suara mulai terdengar dari luar ruangan mulai mengganggu pendengaran Megan.Kedua mata terbuka perlahan sebelum memicing kembali karena wajah Megan terpapar cahaya matahari yang masuk dari celah jendela kecil. Gadis itu menyentuh tengkuknya yang terasa nyeri sebelum ia menyadari dirinya untuk bangkit dan duduk. Sekali lagi Megan mencoba membuka matanya dan melihat keberadaan saat ini. “Sss…sakit,” pelannya m
“Kau tidak apa-apa?” Suara bariton Ethan bagaikan suara petir terdengar di telinga Megan.Gadis itu meronta dalam dekapan Ethan dan mendorong pria itu kuat-kuat menjauh darinya. Kedua kaki Megan melangkah mundur berusaha menjaga jaraknya dari Ethan. Dia bahkan belum tahu siapa nama pria itu dan tidak mau tahu. Lebih baik mereka tidak bertemu lagi selamanya.Suara-suara keras di belakang Megan semakin keras terdengar. Megan sadar kalau pengejarnya semakin menipiskan jarak mereka sehingga dia mau tidak mau harus bersembunyi. Megan menatap wajah Ethan dengan sorot mata galak sekaligus takut. Bayangan kejadian malam itu kembali berputar di kepala Megan.Pilihan Megan semakin sulit antara tertangkap lagi oleh para penculiknya atau meminta bantuan kepada pria brengsek yang sedang menatapnya tajam. Megan harus menentukan pilihan paling sulit di dalam hidupnya. Dia menoleh ke belakang, manik matanya membesar melihat dua pria kekar yang menculiknya berlari semakin dekat.Tidak ada pilihan lain