Share

Perkenalan

Penulis: Nyakraba
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-05 13:11:48

Tiba –tiba ada sebuah mobil yang berhenti di depan rumah Widuri, membuat perhatiannya sangat terusik. Sebuah mobil hitam yang tampilannya begitu elegan. Setelahnya seorang lelaki keluar dari mobil di ikuti seorang wanita cantik yang ikut keluar dari mobil. Mereka datang dan mendekat ke rumah Widuri.

Widuri dengan ragu berjalan ke arah depan pintu menyambut sepasang yang berpenampilan perlente.

“Maaf Pak, Buk. Cari siapa ya?” ucap Widuri dengan separoh menunduk. Widuri sedikit minder dengan penampilannya waktu itu. Tampilan kumuhnya terasa mencolok di hadapan dua orang dengan wangi yang segar ini.

“Kami ingin mencari Widuri,” ucap wanita yang tangannya selalu menggandeng tangan pria itu.

“Wi..widuri? ada apa dengan Widuri? Sa... saya Widuri,” jawabnya dengan sedikit membungkuk dua tangannya saling menggenggam.

Wanita perlente kemudian melihat sedikit jijik pada Widuri. Karena penampilan kumuh Widuri. Memakai baju kaus besar dengan warna lusuh di padu dengan rok pisket hitam selutut. Tambutnya di kuncir sedangkan poninya di biarkan berserakan tidak beraturan ke arah kanan.

“Kamu? Benar kamu Widuri?” tanya Wanita itu lagi.

Kemudian Isma datang dari dapur. “Eh... Nak Arlo dan Nak Clara. Ayo Nak masuk. Maaf Rumah ibu seadanya. Tapi insyaallah tidak ada debu yang membuat batuk di sini. Heheh..” ucap Isma dengan cengirnya.

“Widuri tunggu apa lagi cepat buatkan minum,” titah Isma sambil mencubit keras tangan Widuri. Kemudian widuri langsung ke dapur untuk membuatkan teh hangat.

“Bagaimana Bu tawaran kami? Apa Bu setuju?  Jika setuju maka kami akan urus pernikahan bawah tangannya senin ini,” ucap Clara.

“Hmm.. Nak Clara ini sepertinya sudah tidak sabaran ya? Kok ada ya wanita yang mau di madu? Hehehe. Tapi apa penawarannya tidak bisa di naikin lagi nak Clara. Karena kan...,” belum sempat Isma melanjutkan pembicaraannya, Widuri datang membawa dua gelas teh hangat.

“Silahkan di minum,” Widuri terus saja menunduk. Separoh wajahnya tertutupi oleh poninya. Hanya terlihat bibir mungil yang merah merona alami.

Arlo memperhatikan Widuri dengan seksama, ketika Widuri meletakkan gelas di atas meja terlihat jemari kurus yang memerah akibat kulitnya yang terlalu putih. Terdapat beberapa goresan luka para jemarinya.

Setelah selesai menghidangkan minuman, Widuri buru –buru untuk masuk ke dapur. Karena ibunya akan sangat tidak menyukai jika dirinya berada berlama –lama di depan tamu ibunya. Tetapi kali ini berbeda.

“Widuri, mau kemana? Sini duduk sama ibu!” ucap Ibu dengan lembut.

Tumben –tumbennya ibu berkata manis pada Widuri, bahkan setengah jam sebelum dua orang ini datang Isma masih saja mengupat Widuri. Kemudian mendengar titah ibunya Widuri kemudian mengambil posisi melantai tepat di samping ibunya.

“Ah... Widuri ini memang begitu, anaknya sangat pemalu. Sini sayang kamu duduk dengan ibu di sini,” ucap Isma sembari merangkul punda Widuri.

Apa ini? Setelah berpuluh tahun lamanya ini kali pertama aku duduk di samping Ibu. Ibu merangkulku? Aku merasakan kehangatan itu. Ya... untuk pertama kalinya aku bisa mengendus wangi khas Ibu. Ini menyejukkan hatiku. Ibu apakah engkau tahu. Telah lama aku menantikan hari ini. Widuri menatap ibunya.

“Ahh.. Widuri mengapa kamu menatap Ibu begitu,” mendengar perkataan ibunya, Widuri kemudian kembali menunduk.

“Begini Widuri. Perkenalkan. Ini Nak Arlo, dan ini adalah Clara istrinya Arlo,” ucap Isma lagi.

Widuri hanya menunduk.

Apa Arlo? Berarti ibu bersikap baik padaku hanya karena lelaki ini? Daan... wanita ini? Istrinya? Bagaimana bisa aku akan menikah dengan lelaki yang beristri. Semoga saja istrinya ke sini untuk membatalkan niat pernikahan itu. Gumam Widuri dalam hatinya. Widuri memang belum mengenal Arlo, bahkan ini kali pertama Widuri melihat arlo. Widuri sebelumnya hanya mengetahui Arlo dari cerita ibunya.

“Begitu lah Widuri, dia sangat pemalu,” ucap Isma lagi.

“Dari tadi aku melihatmu hanya menunduk, aku ingin melihat wajahmu dengan jelas,” ucap Clara.

Kemudian, perlahan Widuri mengangkat kepalanya. Dan memperlihatkan paras wajahnya yang mempesona. Walau memakai pakaian yang lusuh, sungguh pesona Widuri tidak pernah memudar.

“Hmm... kamu terlihat lebih cantik dari apa yang aku bayangkan. Bisa –bisa aku akan cemburu tiap hari denganmu. Tetapi ya sudahlah. Memang itu yang di cari aku tidak ingin keturunan mas Arlo jelek. Dan aku juga mendengar dari ibumu, kamu adalah wanita yang cerdas. Jadi akan sangat tepat Arlo menikah denganmu,” ujar Clara lagi.

Widuri hanya diam dan memandangi. Kemudian mata Widuri dan Arlo saling beradu pandang. Seperti ada magnet yang membuat pandangan itu terjalin agak lama.

“Heh Widuri, mengapa kamu memandangnya begitu? Kamu ingin menggodanya! Ingat ini hanya pernikahan sementara dan kamu tidak akan ada hak lebih di hati mas Arlo. Ingat itu,” ujar Clara lagi.

Mendengar perkataan Clara, Widuri reflek menunduk.

Pernikahan macam apa itu? Bukankah dia istrinya mengapa dia mengizinkan... ahh... ini pasti ada maunya... kesepakatan yang akan merugikanku. Tidak aku tidak menginginkan pernikahan semacam ini.

“Maafkan aku. Aku tidak ingin menikah. Jika pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan aku tidak bisa menyetujui kesepakatan apapun. Masa depanku masih panjang, mimpiku terlalu tinggi untuk aku abaikan hanya dengan sebuah kesepakatan yang di ikat oleh pernikahan. Lagi pula bagiku pernikahan itu adalah sesuatu yang sakral dan hanya akan aku lakukan sekali seumur hidupku,” ujar Widuri dengan berani.

“Hahaha.. maafkan Widuri, dia hanya kaget dengan ini semua. Aku akan bicara lagi dengannya,” ujar Isma sembari mencubiti Widuri.

“Baiklah kami akan pulang dulu. Aku tidak mengira wanita lusuh akan berbicara sombong seperti itu. Orang miskin, tetap saja miskin. Dan akan merangkak memohon ke kaki orang kaya untuk belas kasihan,” ucap Clara sembari berdiri dan meninggalkan rumah itu. Lalu di ikuti oleh Arlo.

“Tunggu sebentar. Tidak semua orang miskin begitu, karena orang miskin juga punya harga diri. Dan untuk orang kaya yang arogan, aku yakin kekayaan itu hanya akan bersifat sementara. Satu lagi berhati –hatilah jika kamu memasukkan aku ke dalam rumah tanggamu. Karna jika kamu menginginkan aku menjadi istri suamimu, maka aku akan menjadi istrinya nya untuk selama –lamanya dan tidak akan melepaskannya. Jadi aku harap kamu berhati –hati. Sebaiknya kamu mengubur niatmu untuk menjodohkanku dengan suamimu,” ucap Widuri dengan lantang.

“Prak....” sebuah tamparan melayang di pipi Widuri, Isma menampar Widuri dengan sangat keras membuat sedikit noda merah di ujung bibirnya.

“Bu Isma tolong urus anakmu dulu, atau aku akan memutuskan kesepakatannya,” ucap Clara lagi sembari terus meninggalkan tempat itu.

“Baik –baik nak Clara. Ibu akan bicara lagi dengan Widuri. Tenang saja, dia pasti mau menada tangani surat itu,” ucap Isma lagi.

^_^

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Tangisan Widuri   Clara Minta Maaf

    “Clara?” Arlo tampak penuh dengan emosi sembari berdiri dan menatap tajam ke arah Clara.Clara kemudian meletakkan buket bunga dan parsel buah yang di bawanya di atas meja yang ada di ruang inap Widuri.“Mas, maafkan aku mas. Aku benar-benar di luar kendali, aku mengaku salah mas. Aku sadar tidak seharusnya aku bersikap seperti itu pada Widuri, wanita yang berhasil mengandung darah dangingmu,” ucap Clara dengan genangan air mata kepalsuan.“Widuri, mbak minta maaf padamu. Rasa cemburu mbak yang terlalu besar membuat mbak hilang akal. Mbak janji tidak akan melakukan hal bodoh seperti sebelumnya,” ucap Clara lagi yang kemudian melihat ke arah Widuri. “Bagaimana kondisimu saat ini? Apa bayimu selamat Widuri?” tanya Clara lagi.“Tidak apa-apa mbak, aku paham perasaanmu. Akupun salah padamu, tetapi ini juga di luar kendaliku mbak. Dan kondisiku sekarang baik, janinku untungnya masih bisa di selamatkan mbak,” ucap Widuri sembari menggenggam tangan Clara.“Syukurlah kalau begitu Widuri. Sung

  • Tangisan Widuri   Hasutan Surti

    “Darah? Kamu berdarah Widuri?” ucap Arlo sembari mengangkat Widuri dan bergegas membawa Widuri ke rumah sakit.“Aku akan mengurusmu nanti Clara! Kamu harus menerima ganjaran dari apa yang kamu perbuat ini. Jika sampai terjadi apa-apa dengan calon bayiku, kamu tahu apa yang akan aku lakukan padamu!” ancam Arlo yang kemudian berjalan cepat ke arah mobil sambil menggendongi Widuri.Clara tinggal sendiri di ruang televisi kediaman Widuri. Dengan emosi dan kecemburuan yang hampir meledak di dadanya Clara menghempas kuat tubuhnya di sofa empuk yang barang kali bernilai fantastis.“Awas saja kamu Widuri. Aku akan memberi perhitungan denganmu, salah aku memilih kamu sebagai wanita penyewa rahim untuk suamiku,” Air mata Clara menggenang, tangannya di kepal dengan sangat kuat. Amarahnya benar-benar nyata.“Aah... tidak akan aku biarkan kamu merebut suamiku Widuri, dan bayi dalam rahimmu itu! Aku tidak akan membiarkannya hidup, karena bayi itu pasti akan mengancam posisiku di rumah ini. Aku past

  • Tangisan Widuri   Kamu Berdarah?

    “Hati-hati Widuri. Kamu jangan berjalan terlalu kencang. Tidak! Jangan! Sepertinya kamu harus menggunakan kursi roda.” Ujar Arlo yang akan membawa Widuri pulang karena Widuri telah di bolehkan pulng oleh dokter, tentunya dengan syarah harus banyak istirahat di rumah.“Mas, aku sudah tidak apa-apa. Aku kuat kok.” Jawab Widuri dengan melebarkan senyumnya.Namun Arlo terus memaksa Widuri untuk duduk di kursi roda yang sudah di siapkannya. “ Bicapa apa kamu Widuri?? Sekarang kamu mengandung anakku, dan tidak boleh terjadi apapun padanya. Jadi kamu harus ikuti perintahku.” Titah Arlo.Mendengar perkataan Arlo, Widuri kemudian terdiam. Dan menuruti setiap perintah Arlo.Ya sekarang aku sadar, dia perhatian padaku hanya semata karena di dalam rahimku ada darah dangingnya. Setelah bayi ini lahir, maka aku akan disingkirkan dar hidupnya. Aku harus berusaha keras untuk membatasi rasa ini. Aku hanya persinggahan sementara sebelum dia mendapatkan apa yang di inginkannya. Setelah dia mendapatkanny

  • Tangisan Widuri   Kabar Bahagia

    Dokter mendekati bik Ningsih, "Mana suami ibu ini? Apa suaminya ada? ada yang perlu saya sampaikan pada suaminya" Ujar dokter Elmi."Su... suami?" tanya bik Ningsih gugup."Ya, saya butuh bicara dengan suami ibu ini," ujar dokter Elmi lagi."Ta... tapi..." bik Ningsih semakin gugup."Saya suaminya dok, ada apa dengan istri saya?" Tiba-tiba Arlo datang dari arah pintu UGD."Oh, baiklah. Silahkan ikuti saya keruangan saya pak," Ujar dr. Elmi."Baik, dok." Arlo pun berjalan mengikuti dr. Elmi, sementara bik Ningsih tetap berada di samping Widuri.Setelah sampai di ruangan dr.Elmi. "Silahkan duduk pak," dr Elmi mempersilahkan Arlo untuk duduk dikursi yang berada di depan kursinya.setelah Arlo duduk, " Begini pak, Hmm.. sebelumnya saya mengucapkan selamat untuk bapak karena Istri bapak sekarang sedang mengandung." Ujar dr. Elmi."Me... mengandung dok?" Tanya Arlo seakan tidak percaya, karena permainan itu baru satu kali di lakukannya bersama Wiiduri."Benar pak, anda akan menjadi seorang

  • Tangisan Widuri   Hidangan Pelengkap

    "Bukankah kamu yang mendatangkannya untukku? lalu kemana kamu saat aku membutuhkanmu? salahkah aku jika aku beralih padanya? lagi pula dia sekarang adalah istri sahku, tidak ada satupun hukum yang bisa melarangku untuk menyentuhnya."Ucap Arlo sembari mengacungkan telunjuknya ke arah wajah Clara."Tetapi sebelumnya kamu sudah menyetujui kesepakatannya bahwa kamu menikahinya hanya karena membutuhkan rahimnya." Air mata Clara terus mengalir merasa Arlo telah menghianatinya.Mendengar ucapan Clara, Widuri serasa tertampar berkali-kali. Air matanya pun mulai tidak tertahankan lagi. Dalam keadaan masih terduduk di lantai dengan terus menunduk menyembunyikan aliran deras airmatanya."Ya, kamu benar. Dan aku telah melakukannya sendiri, aku telah menanam benihku di rahimnya." Ujar Arlo dengan memalingkan wajahnya dari Clara.Lalu Clara meraih lengan Arlo untuk memutar arah lelaki itu supaya kembali menoleh padanya. "Apa mas? Kamu berkata apa? Kamu telah melakukannya? Kamu benar-benar kejam pad

  • Tangisan Widuri   Amarah Clara

    Sedangkan Clara berada di bandara Singapure. JAdwal keberangkatannya di undur beberapa jam karena ada sedikit masalah pada penerbangannya."Aduuuh... mengapa harus di undur sih. Apa mas Arlo sudah menyadari bahwa aku tidak ada di rumah? bagaimana jika Widuri menggodanya. mengapa hatiku jadi tidak tenang begini ya.." omel Clara pada dirinya sendiri sembari melihat ponselnya."Apa aku telepon saja ya mas Arlo, menanyakan dia sekarang di mana dan apa dia bersama Widuri," Ujarnya lagi lalu mulai menghubungi Arlo.Handphon Arlo berdering, namun di biarkannya saja karena tugasnya untuk membuat Widuri terpuaskan berkali-kali belum selesai."Aiih... mana mas Arlo ya? mengapa dia tidak mengangkat teleponku? Apa dia masih di kantor? Apa dia sedang meeting? Aiiihh... harusnya kemaren aku tidak tergoda untuk ikut bersama mereka." keluh Clara.Lalu Klara mencoba untuk menghubungi Surti, pembantu yang bertugas mengurusinya."Ya nyonya," ujar Surti."Apa tuan semalam pulang?" tanya Clara jutek."Iya

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status