Share

Perkenalan

Tiba –tiba ada sebuah mobil yang berhenti di depan rumah Widuri, membuat perhatiannya sangat terusik. Sebuah mobil hitam yang tampilannya begitu elegan. Setelahnya seorang lelaki keluar dari mobil di ikuti seorang wanita cantik yang ikut keluar dari mobil. Mereka datang dan mendekat ke rumah Widuri.

Widuri dengan ragu berjalan ke arah depan pintu menyambut sepasang yang berpenampilan perlente.

“Maaf Pak, Buk. Cari siapa ya?” ucap Widuri dengan separoh menunduk. Widuri sedikit minder dengan penampilannya waktu itu. Tampilan kumuhnya terasa mencolok di hadapan dua orang dengan wangi yang segar ini.

“Kami ingin mencari Widuri,” ucap wanita yang tangannya selalu menggandeng tangan pria itu.

“Wi..widuri? ada apa dengan Widuri? Sa... saya Widuri,” jawabnya dengan sedikit membungkuk dua tangannya saling menggenggam.

Wanita perlente kemudian melihat sedikit jijik pada Widuri. Karena penampilan kumuh Widuri. Memakai baju kaus besar dengan warna lusuh di padu dengan rok pisket hitam selutut. Tambutnya di kuncir sedangkan poninya di biarkan berserakan tidak beraturan ke arah kanan.

“Kamu? Benar kamu Widuri?” tanya Wanita itu lagi.

Kemudian Isma datang dari dapur. “Eh... Nak Arlo dan Nak Clara. Ayo Nak masuk. Maaf Rumah ibu seadanya. Tapi insyaallah tidak ada debu yang membuat batuk di sini. Heheh..” ucap Isma dengan cengirnya.

“Widuri tunggu apa lagi cepat buatkan minum,” titah Isma sambil mencubit keras tangan Widuri. Kemudian widuri langsung ke dapur untuk membuatkan teh hangat.

“Bagaimana Bu tawaran kami? Apa Bu setuju?  Jika setuju maka kami akan urus pernikahan bawah tangannya senin ini,” ucap Clara.

“Hmm.. Nak Clara ini sepertinya sudah tidak sabaran ya? Kok ada ya wanita yang mau di madu? Hehehe. Tapi apa penawarannya tidak bisa di naikin lagi nak Clara. Karena kan...,” belum sempat Isma melanjutkan pembicaraannya, Widuri datang membawa dua gelas teh hangat.

“Silahkan di minum,” Widuri terus saja menunduk. Separoh wajahnya tertutupi oleh poninya. Hanya terlihat bibir mungil yang merah merona alami.

Arlo memperhatikan Widuri dengan seksama, ketika Widuri meletakkan gelas di atas meja terlihat jemari kurus yang memerah akibat kulitnya yang terlalu putih. Terdapat beberapa goresan luka para jemarinya.

Setelah selesai menghidangkan minuman, Widuri buru –buru untuk masuk ke dapur. Karena ibunya akan sangat tidak menyukai jika dirinya berada berlama –lama di depan tamu ibunya. Tetapi kali ini berbeda.

“Widuri, mau kemana? Sini duduk sama ibu!” ucap Ibu dengan lembut.

Tumben –tumbennya ibu berkata manis pada Widuri, bahkan setengah jam sebelum dua orang ini datang Isma masih saja mengupat Widuri. Kemudian mendengar titah ibunya Widuri kemudian mengambil posisi melantai tepat di samping ibunya.

“Ah... Widuri ini memang begitu, anaknya sangat pemalu. Sini sayang kamu duduk dengan ibu di sini,” ucap Isma sembari merangkul punda Widuri.

Apa ini? Setelah berpuluh tahun lamanya ini kali pertama aku duduk di samping Ibu. Ibu merangkulku? Aku merasakan kehangatan itu. Ya... untuk pertama kalinya aku bisa mengendus wangi khas Ibu. Ini menyejukkan hatiku. Ibu apakah engkau tahu. Telah lama aku menantikan hari ini. Widuri menatap ibunya.

“Ahh.. Widuri mengapa kamu menatap Ibu begitu,” mendengar perkataan ibunya, Widuri kemudian kembali menunduk.

“Begini Widuri. Perkenalkan. Ini Nak Arlo, dan ini adalah Clara istrinya Arlo,” ucap Isma lagi.

Widuri hanya menunduk.

Apa Arlo? Berarti ibu bersikap baik padaku hanya karena lelaki ini? Daan... wanita ini? Istrinya? Bagaimana bisa aku akan menikah dengan lelaki yang beristri. Semoga saja istrinya ke sini untuk membatalkan niat pernikahan itu. Gumam Widuri dalam hatinya. Widuri memang belum mengenal Arlo, bahkan ini kali pertama Widuri melihat arlo. Widuri sebelumnya hanya mengetahui Arlo dari cerita ibunya.

“Begitu lah Widuri, dia sangat pemalu,” ucap Isma lagi.

“Dari tadi aku melihatmu hanya menunduk, aku ingin melihat wajahmu dengan jelas,” ucap Clara.

Kemudian, perlahan Widuri mengangkat kepalanya. Dan memperlihatkan paras wajahnya yang mempesona. Walau memakai pakaian yang lusuh, sungguh pesona Widuri tidak pernah memudar.

“Hmm... kamu terlihat lebih cantik dari apa yang aku bayangkan. Bisa –bisa aku akan cemburu tiap hari denganmu. Tetapi ya sudahlah. Memang itu yang di cari aku tidak ingin keturunan mas Arlo jelek. Dan aku juga mendengar dari ibumu, kamu adalah wanita yang cerdas. Jadi akan sangat tepat Arlo menikah denganmu,” ujar Clara lagi.

Widuri hanya diam dan memandangi. Kemudian mata Widuri dan Arlo saling beradu pandang. Seperti ada magnet yang membuat pandangan itu terjalin agak lama.

“Heh Widuri, mengapa kamu memandangnya begitu? Kamu ingin menggodanya! Ingat ini hanya pernikahan sementara dan kamu tidak akan ada hak lebih di hati mas Arlo. Ingat itu,” ujar Clara lagi.

Mendengar perkataan Clara, Widuri reflek menunduk.

Pernikahan macam apa itu? Bukankah dia istrinya mengapa dia mengizinkan... ahh... ini pasti ada maunya... kesepakatan yang akan merugikanku. Tidak aku tidak menginginkan pernikahan semacam ini.

“Maafkan aku. Aku tidak ingin menikah. Jika pernikahan ini hanya sebuah kesepakatan aku tidak bisa menyetujui kesepakatan apapun. Masa depanku masih panjang, mimpiku terlalu tinggi untuk aku abaikan hanya dengan sebuah kesepakatan yang di ikat oleh pernikahan. Lagi pula bagiku pernikahan itu adalah sesuatu yang sakral dan hanya akan aku lakukan sekali seumur hidupku,” ujar Widuri dengan berani.

“Hahaha.. maafkan Widuri, dia hanya kaget dengan ini semua. Aku akan bicara lagi dengannya,” ujar Isma sembari mencubiti Widuri.

“Baiklah kami akan pulang dulu. Aku tidak mengira wanita lusuh akan berbicara sombong seperti itu. Orang miskin, tetap saja miskin. Dan akan merangkak memohon ke kaki orang kaya untuk belas kasihan,” ucap Clara sembari berdiri dan meninggalkan rumah itu. Lalu di ikuti oleh Arlo.

“Tunggu sebentar. Tidak semua orang miskin begitu, karena orang miskin juga punya harga diri. Dan untuk orang kaya yang arogan, aku yakin kekayaan itu hanya akan bersifat sementara. Satu lagi berhati –hatilah jika kamu memasukkan aku ke dalam rumah tanggamu. Karna jika kamu menginginkan aku menjadi istri suamimu, maka aku akan menjadi istrinya nya untuk selama –lamanya dan tidak akan melepaskannya. Jadi aku harap kamu berhati –hati. Sebaiknya kamu mengubur niatmu untuk menjodohkanku dengan suamimu,” ucap Widuri dengan lantang.

“Prak....” sebuah tamparan melayang di pipi Widuri, Isma menampar Widuri dengan sangat keras membuat sedikit noda merah di ujung bibirnya.

“Bu Isma tolong urus anakmu dulu, atau aku akan memutuskan kesepakatannya,” ucap Clara lagi sembari terus meninggalkan tempat itu.

“Baik –baik nak Clara. Ibu akan bicara lagi dengan Widuri. Tenang saja, dia pasti mau menada tangani surat itu,” ucap Isma lagi.

^_^

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status