Share

Bab 3 Season 1

Author: Yuri
last update Huling Na-update: 2024-03-16 06:35:06

Pak Rian turun dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Verlyn. "Turunlah perlahan, Nona."

"Oke, terima kasih!" Verlyn turun dan menatap gedung tinggi yang berada di depannya sekarang yang terlihat mengkilap akibat terkena pantulan sinar matahari.

"Gedungnya sama megah dan besarnya dengan perusahaan Kizen milik ayah!" pujinya. Verlyn melangkah masuk ke dalam gedung tersebut di ikuti pengawalnya dari belakang sedangkan Pak Rian menunggu di dalam mobil.

Verlyn menghampiri meja resepsionis untuk bertanya perihal janjinya bertemu Kayn dengan sekretaris disana.

Wanita berambut coklat muda yang di sanggul rapi tersebut tersenyum dan mengucapkan salam kepada Verlyn. "Selamat datang, Nona. Ada yang bisa saya bantu?"

"Ah, saya memiliki janji temu dengan Tuan Kayn, hari ini. Saya harus menunggu dimana, ya?" balas Verlyn.

Wanita di depannya tersebut tampak bingung sekilas. "Mohon tunggu sebentar ya, Nona." Wanita tersebut menelepon seseorang untuk bertanya perihal janji pertemuan seseorang dengan Tuan Kayn.

Wanita itu tampak terkejut, bahkan setelah melihat beberapa pria tinggi dan besar di belakang Verlyn. Dia menutup telepon dan langsung membungkukkan badannya kepada Verlyn, membuatnya heran melihat tingkah wanita di depannya itu

"M–maafkan saya! Saya hampir membuat kesalahan besar karena tidak mengenali Anda, Nona Verlyn! Putri dari Tuan Presdir Kaze," ujar wanita itu dengan nada gugup dan ketakutan.

"Eh ..." Verlyn semakin heran dan hanya membalas dengan anggukan. "T–tidak apa-apa. Saya tidak terbiasa juga di perlakukan khusus, kok. Sudahlah," balas Verlyn menenangkan wanita tersebut.

Tiba-tiba datang seorang pria yang tengah berlari dengan menggunakan setelan formal yang menggunakan jas berwarna abu-abu dan celana hitam ke arah Verlyn dan wanita di depannya.

Setelah sampai di tempat, pria berambut kuning dengan bola mata berwarna coklat tersebut ikut membungkuk seperti wanita tadi.

"Tolong maafkan perilakunya tadi, Nona Verlyn! Dia sedang dalam masa percobaan disini dan saya malah meninggalkannya seorang diri di hari yang penting ini. Maafkan saya!" ujar pria tersebut.

Kini di depan Verlyn ada dua karyawan yang membungkukkan badannya karena mengira mereka melakukan kesalahan yang Verlyn saja tidak mengetahui letak kesalahan mereka dimana.

Para karyawan lain menatap Verlyn dan ada yang berbisik setelah melihat ada dua rekan kerja mereka yang membungkukkan badannya di depan seseorang yang bukan atasan mereka.

'Kenapa aku malah menjadi sorotan disini?!'

Verlyn berusaha berpikir cepat apa yang harus dia lakukan di situasi ini. Dia berdeham dan mengangguk, berusaha bertindak seperti profesional. "Tidak apa-apa. Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Angkatlah badan kalian dan anggap ini sebagai pelajaran untuk kedepannya," ujar Verlyn dengan tenang.

"Terima kasih atas kebaikan hati Anda, Nona!" ujar kedua karyawan itu bersama dan mengangkat kembali badan mereka.

"Iya, tidak masalah. Kita harus saling memaafkan, bukan?" Verlyn tersenyum lembut ke arah mereka.

'Apa aku sudah melakukannya dengan benar? Aku harap sih, yes!'

"Mari, saya antar ke ruang perjamuannya, Nona," ajak pria tersebut.

Verlyn mengangguk dan belum saja melangkahkan kaki, karyawan yang sedari tadi memperhatikan Verlyn, tiba-tiba pergi begitu saja setelah seorang pria baru saja datang dan menghampiri mereka.

"Ada apa berkumpul disini?" tanyanya dingin.

Verlyn menoleh dan terkejut melihat pria tampan tinggi yang berpenampilan rapih dengan jas hitam yang membuat auranya semakin kuat. 'Siapa pria tampan ini?'

"Selamat datang, Tuan Kayn. Saya ingin mengantar Nona Verlyn yang sudah memiliki janji untuk bertemu dengan Anda ke ruangan VVIP," jelas pria itu.

Kayn melirik ke arah Verlyn dengan tatapan dingin, membuat Verlyn langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. "Baiklah, Faron. Aku akan ke ruang kerjaku dulu. Menunggu sebentar tidak apa-apa kan, Nona Verlyn?"

Verlyn mengangguk, berusaha untuk tenang dan tidak gugup. "Ya, aku akan menunggu di ruang perjamuan," jawab Verlyn.

Kayn melangkah pergi meninggalkan mereka sedangkan Verlyn dan yang lainnya pergi menuju ruang perjamuan yang di katakan Faron tadi.

Setelah sampai di dalam ruang perjamuan, Faron membungkukkan badannya dan izin pergi, tetapi Verlyn menahannya. "Namamu Faron, ya?" tanyanya.

Faron mengangguk. "Benar, Nona. Apa ada yang Nona butuhkan?"

"Tidak, terima kasih sudah mengantarku dan para pengawalku sampai kesini," jawab Verlyn.

"Ini sudah tugas saya, Nona. Terima kasih untuk pujiannya, saya izin pergi," balas Faron sembari membungkukkan badannya sedikit.

Verlyn mengangguk dan membiarkan Faron pergi sedangkan dia langsung duduk di sofa berwarna hitam yang empuk lalu melepas tas selempangnya dan menyandarkan dirinya ke sofa tersebut.

"Mengapa hari ini terasa berjalan sangat lambat," gumam Verlyn.

"Nona sudah melakukan yang terbaik," ucap salah satu pengawal yang berdiri di sebelah sofa.

Verlyn menoleh ke arah pengawal tersebut. "Terima kasih! Perkataan membuatku merasa lebih baik, Farga!"

Farga mengangguk senang. Selagi menunggu Kayn datang, Verlyn menyempatkan diri berbincang dengan para pengawalnya yang lain. Mereka bernama Divan, Saron dan Regi.

"Senang sekali aku mengobrol dengan kalian, terima kasih kalian sudah mau menemaniku di pertemuan ini," ungkap Verlyn senang.

"Ini sudah tugas kami, Nona!" ujar Divan dan Regi kompak.

"Jika ada yang berbuat jahat pada Nona, bilang saja kepada kami!" Farga bersemangat.

Saron mengangguk setuju. "Kami akan selalu melindungi Anda, Nona."

Verlyn merasa terharu dengan perkataan dan semangat mereka. Di saat Verlyn dan yang lainnya asik melanjutkan perbincangan mereka, pintu ruangan terbuka. Kayn melangkah masuk, di temani oleh seorang pria berambut kuning dan menggunakan kacamata berwarna hitam yang tertulis Rainon di kartu namanya.

"Apa kau menunggu lama, Nona?" tanya Kayn sopan.

Verlyn tersenyum dan menggeleng. "Tidak, aku menunggu disini sembari berbincang dengan para pengawalku. Terima kasih sudah bertanya."

Kayn duduk di sofa depan Verlyn. "Aku akan berbincang dengan Nona Verlyn, kau bisa pergi sekarang."

Rainon mengangguk dan memberikan sebuah berkas kepada Kayn dan melangkah keluar. Verlyn mengerti maksud Kayn dan menoleh ke arah Farga, Divan, Saron dan Regil di yang berada di belakangnya.

"Kalian, tunggulah di luar. Aku akan berbincang dengan Tuan Kayn sebentar," ujar Verlyn.

Mereka mengangguk dan menuruti perintah Verlyn untuk keluar dari ruang perjamuan.

Salah seorang pelayan masuk dan memberikan secangkir teh panas kepada Verlyn dan Kayn lalu membungkukkan badannya sebelum melangkah keluar dari ruang perjamuan.

"Baiklah, kita mulai dari mana, sekarang?" Verlyn memulai pembicaraan.

Kayn terdiam sembari menyeruput teh di depannya dan tidak menatap Verlyn sama sekali. Dia menaruh kembali cangkir berwarna emas itu dan menatap Verlyn.

"Nama saya Kayn Deon Viondra, Anda pasti sudah tahu–kan? Verlyn Carlveria Alreo," ujar Kayn dingin.

"Ah, haha, ya ... Anda benar mengeja nama saya." Verlyn mengambil cangkir teh di depannya lalu menyeruput teh tersebut secara perlahan.

"Saya tidak akan bicara banyak." Kayn membuka berkas yang diberi oleh Rainon dan menyodorkannya kepada Verlyn di meja.

"Batalkan perjodohan ini dan Anda akan mendapat ganti dan keuntungan yang lebih besar."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 160 Season 2

    Setelah memasuki area tengah hutan dengan pohon yang besar dan rindang di malam hari, mereka memutuskan untuk beristirahat terlebih dulu dan membangun 2 tenda besar yang di bawa oleh Wallace di kereta kudanya.Cherryn sudah tertidur lebih dulu di dalam tenda dan Wallace tidur di dalam kereta kuda. Verlyn masih terjaga di luar tenda sambil memandangi langit malam dan menyandarkan tubuhnya di salah satu pohon besar.Verlyn menutup kedua matanya dan menghela napas panjang lalu merasa ada seseorang yang sudah duduk di sebelahnya setelah dia membuka matanya dan menoleh."Kau belum tidur, Kayn?"Kayn menggeleng pelan lalu menoleh ke arah Verlyn. "Kau sendiri belum tidur, Verlyn," balasnya.Verlyn tersenyum tipis lalu kembali menengadah menatap langit malam. "Aku tidak bisa tidur karena memikirkan ...""Masalah di kota?" lanjut Kayn cepat.Verlyn kembali menoleh ke arah Kayn lalu tersenyum. "Kau sudah sangat mengenal diriku, ya?"Kayn ikut tersenyum. "Entah lah. Jika di katakan kalau aku sud

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 159 Season 2

    Ace yang sedang menengadah ke langit biru yang sudah sedikit tercampur dengan warna jingga lalu menghela napas panjang."Ayah sama sekali belum menyentuh makanannya dan tidak keluar dari ruang kerjanya sama sekali ..." Ace menggenggam erat besi balkon dengan perasaan kesal. "Jika terus seperti ini ...""Ace ,,," lirih Selvania pelan.Ace membalikkan badannya dan menghadap ke arah Selvania yang tampak sedang gelisah dan khawatir sambil menaruh kedua tangannya di atas dada."Ace, ayah sama sekali belum keluar dari ruang kerjanya dari pagi, dan sekarang hari sudah menjelang sore, bagaimana ini?" tanya Selvania khawatir.Selvania menundukkan kepalanya. "Beliau juga tidak memakan sarapannya, terlebih setelah mendengar kabar lain bahwa Verlyn tidak ada di dalam vila ..." lanjut Selvania lesu.Ace melangkah mendekat ke arah Selvania lalu memeluknya sambil membelai rambutnya yang berwarna kuning sedikit panjang itu."Tenang lah, Nia ,,," ucap Ace lembut.Selvania memejamkan matanya dan mengan

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 158 Season 2

    Jersey City, Kediaman Kaze."Ace, apa kita tidak bisa melakukan apapun lagi untuk menghentikkan ibu?" tanya Selvania khawatir.Ace yang sedang duduk di sofa sambil menatap layar ponselnya hanya menghela napas panjang dan menggeleng pelan."Aku tidak tahu lagi, Nia. Aku pikir Ibu akan terus tinggal di rumah ini saat Verlyn tinggal di vila untuk sementara waktu, tapi nyatanya, Ibu yang ingin tinggal terpisah dengan kita dan tiba-tiba ... ukh ,,,"Ace memegangi kepalanya yang terasa semakin pusing daripada hari kemarin. Selvania segera menghampiri Ace dan memberikan teh kepada yang ada di meja kepadanya.Ace menerima teh itu dan meneguknya perlahan lalu memejamkan matanya sambil mengatur napas."Sebaiknya kau istirahat dulu, Ace. Jika kondisimu seperti ini, kita tidak akan bisa membantu ayah di persidangan, nanti," pinta Selvania khawatir."Aku tidak akan bisa istirahat jika sudah memikirkan masalah ayah dan ibu, Nia. Sudah dari semalam aku tidak bisa tidur dengan lelap," balas Ace denga

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 157 Season 2

    Hari ke-14 di Desa Fandaria."Sudah siap, Verlyn, Kayn?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk sambil menggendong tas gunung masing-masing dan membawa kantong plastik sedang yang berisi bekal untuk perjalanan mereka ke kota nanti.Mereka melangkah keluar dari rumah secara bergantian dan menuruni tangga perlahan. Para warga sudah berkumpul di depan rumah Cherryn untuk memberikan ucapan terima kasih dan doa untuk Verlyn dan Kayn sebelum pergi dari desa Fandaria.Salah satu anak menarik pelan jaket Verlyn, membuatnya menoleh ke bawah dan melihat Kila yang berada di sana bersama dengan Risa yang terlihat sudah sehat walaupun wajahnya masih terlihat sedikit pucat."Eh, Kila!" Verlyn menoleh ke arah Risa dengan senyuman yang sama. "Ada Risa juga, rupanya. Apa Risa sudah merasa lebih baik, sekarang?" tanya Verlyn.Risa mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Ini berkat usaha Kak Verlyn dan Kak Kayn, aku sangat berterima kasih!" jawab Risa pelan.Verlyn mengangguk lalu membelai rambut p

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 156 Season 2

    "Jadi, kau merasa kalung liontinmu itu menghilang setelah terjatuh ke sungai?" tanya Cherryn setelah Verlyn selesai bercerita.Verlyn mengangguk sambil menurunkan pandangannya. "Aku berpikir begitu karena aku dan yang lain tidak bisa menemukan kalung liontin itu sama sekali di rerumputan di tepi sungai, nek."Verlyn memainkan jari jemarinya. "Aku minta maaf, akibat keteledoranku sendiri kalung liontin uang berharga itu, menghilang ..." lanjut Verlyn dengan perasaan bersalah.Cherryn menyeruput tehnya perlahan dan menghela napas pelan. "Dugaanmu memang benar, Verlyn. Tapi, kalung liontin itu tidak menghilang dan jatuh ke dasar sungai," balas Cherryn.Verlyn dan Kayn kompak terkejut mendengar hal itu dan mendongak bersama ke arah Cherryn yang dengan santainya menaruh cangkir tehnya di atas meja lalu mengambil ikan Silver Fish yang tergeletak di atas meja di depannya.Cherryn membuka sedikit mulut ikan Silver Fish dan memperlihatkannya kepada Verlyn dan Kaun. "Apa kalian melihat ada bend

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 155 Season 2

    "Nenek belum tidur, kan?!" tanya Verlyn sambil mengatur napasnya setelah sampai di depan rumah Cherryn."Aku tidak tahu pasti, Nenek biasanya sudah tidur di kamarnya saat kita pulang ..." Kayn melirik ke arah ikan berwarna perak berkilau yang terlihat tenang tanpa air di genggaman kedua tangan Verlyn lalu kembali menatap Verlyn yang menunggu jawaban selanjutnya.Kayn menghela napas pelan. "Sebaiknya kita masuk dulu dan segera beritahukan hal ini kepada nenek," ajak Kayn.Verlyn mengangguk setuju lalu segera menaiki tanggal lebih dulu, di ikuti oleh Kayn di belakangnya. Setelah masuk ke rumah, Verlyn dan Kayn di kagetkan oleh Cherryn yang baru saja keluar dari kamar."Nenek!" kompak Verlyn dan Kayn.Cherryn menoleh dan sedikit terkejut melihat Verlyn dan Kayn yang tampak berantakan dan lusuh di dekat pintu.Cherryn melirik ke arah ikan yang sedang di bawa oleh Verlyn dan menyipitkan kedua matanya lalu berjalan ke arah Verlyn dan Kayn untuk melihat ikan itu lebih dekat lagi."Kalian ,,,

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 154 Season 2

    Kayn dan anak-anak lain di sana ikut membantu mencari kalung liontin merah milk Verlyn yang menghilang karena tidak sengaja terjatuh tadi di area tepi sungai."Apa kalung itu terjatuh saat aku membantumu menghindari bola karet tadi, Verlyn?" tanya Kayn."Mungkin saja? Saat pagi tadi, aku memakai kalung itu dengan terburu-buru. Jadi, aku tidak tahu apakah jeratannya kuat atau malah longgar," jawab Verlyn dengan nada lesu.Kayn menghela napas pelan lalu melanjutkan kembali pencarian kalung liontin merah itu. Perlahan, langit yang awalnya berwarna biru kini berubah menjadi jingga muda tapi mereka semua sama kali belum mendapatkan hasil."Kenapa kita tidak menemukannya setelah mencari berjam-jam, ya?" tanya Lina, teman bermain Kila.Kila menyeka keringat yang ada di dahinya lalu menggeleng pelan sambil mengatur napasnya. "Entah, Lina. Seharusnya salah satu dari kita sudah berhasil menemukannya jika terjatuh di area rerumputan di tepi sungai, tapi ini tidak."Verlyn merasa semakin tidak be

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 153 Season 2

    Hari ke-13 di Desa Fandaria."Ikan yang memakan berlian? Jangan konyol, Kila ..."Verlyn mengikat rambut panjangnya sambil menatap ke arah layar ponselnya. Di desa Fandaria tidak ada cermin sama sekali, sehingga Verlyn hanya bia mengandalkan kamera ponsel miliknya untuk di jadikan sebagai pengganti cermin."Jika ada ikan seperti itu, pasti hanya ada di cerita dongeng," gumam Verlyn sambil mengenakan kembali kalung liontin merah ke lehernya dengan hati-hati."Apa kau sudah selesai bersiap?" tanya Kayn tiba-tiba yang sudah berdiri di depan tirai kamarnya."Kau tahu kan hari ini kita harus bisa menemukan ikan itu? Kau tahu sekarang sudah hari ke berapa, kan?" lanjutnya.Verlyn memutar bola matanya. "Aku akan segera keluar!" balas Verlyn sedikit kesal.Sebelum Verlyn mematikan ponselnya, dia melihat tanda sinyal di bagian atas layarnya dan hanya melihat tanda silang yang mengartikan bahwa benar-benar tidak ada sinyal di tempat ia berada saat ini."Haah, ternyata benar-benar tidak ada siny

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 152 Season 2

    Hari ke-12 di Desa Fandaria."Kita akan langsung pergi ke sungai saja?"Verlyn mengangguk lalu melangkah keluar rumah bersama dengan Kayn. Cherryn menghampiri mereka dari arah dapur."Tunggu, Verlyn, Kayn!"Verlyn dan Kayn menghentikan langkah dan membalikkan badannya menghadap ke arah Cherryn yang sedang berjalan ke arah mereka sambil membawa beberapa kotak yang terikat oleh tali."Kalian mau ke sungai lagi, kan?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk bersama. "Iya, nek. Apa ada hal lainnya yang harus aku dan Kayn lakukan?"Cherryn menggeleng pelan sambil tersenyum lalu menyodorkan kotak di tangannya itu kepada Verlyn. "Nenek sudah tahu kalian akan pergi ke sungai, jadi nenek bawakan makanan ini untuk makan siang dan makan malam agar kalian tidak perli bolak-balik kemari."Verlyn menerima kotak tersebut dengan senang hati dan mengucapkan terima kasih, begitu juga dengan Kayn yang berdiri di sebelah Verlyn. Cherryn menatap ke arah Kayn lalu menepuk pelan pundaknya."Kayn, aku titi

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status