Share

Bab 4 Season 1

Author: Yuri
last update Last Updated: 2024-03-16 13:55:52

Verlyn terkejut mendengar ucapan Kayn barusan. Ia hampir tersedak saat menyesap teh yang kini ia pegang.

"Saya tidak salah dengar, kan?" tanyanya memastikan.

Kayn menggeleng pelan.

"Tidak, Anda mendengarnya dengan baik. Anda bisa melihat dokumen di atas meja. Itu berisi perjanjian yang saya tawarkan, jika Anda bersedia membatalkan pertunangan ini."

Verlyn meletakkan cangkirnya ke meja.

"Beri saya waktu untuk membaca isinya dulu."

Kayn mengangguk, membiarkan Verlyn menelaah isi dokumen tersebut dengan saksama. Baru membaca paragraf pertama, Verlyn malah tertawa.

"Kau hanya memberiku segini? Yang benar saja, rugi dong! Hahaha," ujarnya geli.

Kayn tampak kebingungan dengan reaksi wanita di hadapannya, seolah isi perjanjian itu hanya bahan lelucon.

"Anda bisa mendapat keuntungan hingga satu juta dolar per tahun jika saya memberikan perusahaan-perusahaan itu secara cuma-cuma," jelas Kayn.

"Hahaha, ada-ada saja! Kau pikir aku tidak punya uang sendiri, hah?" Verlyn berkata dengan nada congkak.

‘Keuntungan yang dia tawarkan bahkan tidak menyentuh tiga persen dari penghasilanku setiap bulan,’ batinnya.

Kayn tersenyum kecil.

"Yang saya tahu, Tuan Presdir Kaze belum mengumumkan siapa yang akan menjadi ahli waris utama perusahaan Kizen kepada publik dan media, bukan?"

Verlyn menyilangkan tangannya, mendengarkan dengan seksama.

"Lalu, apa yang ingin kau katakan?"

"Ahli waris itu kemungkinan besar adalah Ace Drian Alreo, putra pertama Tuan Presdir Kaze. Publik dan media juga sudah menduganya. Anda tidak berpikir sampai ke sana, Nona?"

"Hm..." Verlyn berpikir sejenak.

‘Wajar saja kalau publik menyimpulkan begitu. Ayah memang belum buka suara pada siapa pun.’

Kayn kembali meminum tehnya dan meletakkan cangkir ke meja.

"Jika Anda hanya mendapatkan perusahaan kecil dari Tuan Presdir Kaze, tawaran saya ini bisa menjadi pengganda kekayaan Anda."

‘Rencana ini pasti berhasil. Tak ada yang lebih menggoda di zaman sekarang selain harta melimpah,’ pikir Kayn sambil tersenyum puas melihat Verlyn yang tampak termenung.

"Saya yakin Nona Verlyn akan berpikir matang-matang. Tanda tangani saja jika Anda—"

Kayn terdiam saat melihat Verlyn tiba-tiba berdiri dan sudah berada tepat di depannya, menumpukan tangannya ke sandaran sofa tempatnya duduk.

"Kalau aku menolak, apa yang akan kau tawarkan lagi, Tuan?" tanyanya dengan tatapan tajam.

Sorot mata Kayn mendadak berubah dingin, tapi Verlyn tetap menatapnya sambil tersenyum nakal.

"Anda sangat tidak sopan, Nona Verlyn!" ujar Kayn dengan nada sedikit marah.

"Tenang saja, kita hanya bicara santai. Ini bukan pertemuan formal," balas Verlyn lembut.

"Ini penawaran terakhir. Batalkan perjodohan, dan saya akan memberimu keuntungan tiga kali lipat dari yang tertulis di dokumen itu," ucap Kayn, nadanya mulai kehilangan kesabaran.

Verlyn berpura-pura mempertimbangkannya, lalu mendekatkan wajahnya.

"Kalau aku tetap tidak mau?"

Kayn menghela napas.

"Apa yang kau mau agar bersedia membatalkan perjodohan ini?"

Verlyn menjauh dan membalikkan badan sambil menyilangkan tangan.

"Bagaimana kalau..." ia menoleh, "kau serahkan saja perusahaan ini kepadaku?"

Wajah Kayn langsung memerah karena emosi. Ia berdiri dan mendekati Verlyn dengan ekspresi marah.

"Kau semakin tidak tahu diri, ya? Jadi ini sifat aslimu!? Aku kira kau wanita yang bisa diajak bekerja sama, ternyata aku salah besar!"

Verlyn hanya tersenyum santai dan berbalik menghadapnya.

"Seharusnya kau tahu, semua CEO pasti serakah untuk menambah keuntungannya, Tuan."

Ia melangkah lebih dekat.

"Mana ada CEO yang menerima penawaran yang bahkan keuntungannya tidak menyentuh tiga persen dari pendapatannya sendiri?"

Kayn terkejut mendengar kata-kata itu.

‘Bagaimana bisa wanita seperti dia punya penghasilan sebesar itu!?’

Seolah tahu isi pikirannya, Verlyn mengambil dokumen dari meja.

"Sekarang kau sadar, kan? Kertas ini tidak ada gunanya." Ia merobek kertas itu menjadi potongan kecil di depan Kayn.

"Ada lagi yang ingin kau tawarkan? Aku masih bisa menunggu," ujarnya santai sembari duduk di ujung sofa dan bersenandung kecil. Kayn menatapnya dengan banyak pertanyaan di kepalanya.

‘Tak pernah ada yang menolak tawaranku, bahkan para investor besar pun langsung menerimanya. Tapi kenapa dia… bisa menolaknya dengan santai?’

"Aku tahu banyak pertanyaan yang ingin kau ajukan, tapi kau bahkan tidak tahu dari mana memulainya," kata Verlyn sambil bangkit dan mendekat.

"Bahkan jika kau memberiku sepuluh perusahaan sekalipun, itu tidak akan memberiku keuntungan apa pun. Kau harus tahu itu," lanjutnya sambil tersenyum lembut.

Kayn mengerutkan dahi. Perkataannya tadi terasa seperti tamparan bagi harga dirinya. Ia kembali duduk, berpikir keras.

Verlyn menikmati situasi itu.

"Tuan, aku tidak butuh uang. Aku sudah punya sangat banyak."

Kayn menatapnya dengan tatapan dingin. Mendadak, sebuah ide muncul di benaknya: Sellina. Ia tersenyum.

"Apa kau mau bersama seseorang yang sudah punya kekasih, Nona?"

Senyum Verlyn perlahan memudar.

"Kau sudah punya kekasih?" tanyanya serius.

"Aku sudah bersamanya dua tahun. Apa kau rela jadi yang kedua?" ujar Kayn dengan senyum licik.

Verlyn menyipitkan mata, menatap tajam.

"Kau pikir aku akan percaya begitu saja?"

"Kau mau bukti?" Kayn mengeluarkan ponselnya, menunjukkan layar kunci bergambar seorang wanita berambut cokelat muda dengan mata biru safir yang mencium pipinya di sebuah pantai.

Verlyn terdiam. Kayn merasa itu berhasil.

"Bagaimana? Masih mau melanjutkan pertun—"

"Aku tidak peduli," potong Verlyn cepat.

Kayn kembali dibuat terheran-heran.

"Maksudmu... kau rela diduakan?"

Verlyn terkikik dan mendekat, duduk di sofa sebelah Kayn.

"Bukan. Aku justru merasa ini... semakin menarik."

"Apa maksud—"

Verlyn mendekatkan wajahnya, memegang dagu Kayn dengan lembut, menatapnya sambil tersenyum.

"Jika dia memiliki hatimu... maka aku akan memiliki ragamu. Itu berarti kita imbang, kan, Tuan Muda Kayn?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 160 Season 2

    Setelah menembus pekatnya hutan, mereka akhirnya tiba di sebuah area lapang yang dikelilingi pohon-pohon besar nan rindang. Malam menurunkan sunyinya. Cahaya bulan menyusup malu-malu lewat celah daun, menemani suara jangkrik dan desir angin sebagai latar. Dua tenda besar berdiri di bawah naungan pohon, dibangun dengan cekatan oleh Wallace sebelum ia sendiri merebahkan tubuh di kereta kuda. Cherryn sudah lebih dulu tertidur dalam tenda. Sementara itu, Verlyn memilih tetap di luar, duduk bersandar pada batang pohon, membiarkan tubuhnya menyesap udara malam. Ia menutup mata, menarik napas panjang. Dingin kayu di punggungnya terasa menenangkan, sampai ia merasakan sesuatu, seperti kehadiran. Saat membuka mata dan menoleh, Kayn sudah duduk di sampingnya, diam-diam. "Kau belum tidur, Kayn?" Kayn menggeleng, menatap balik. "Kau juga belum." Verlyn tersenyum kecil. Ia kembali menatap langit—malam itu bersih, bintang bertaburan di atas kepala. "Aku tidak bisa tidur karena terus me

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 159 Season 2

    Langit sore mulai bergradasi, biru lembut yang disusupi warna jingga. Angin menerpa pelan wajah Ace yang berdiri di balkon, tatapannya kosong menembus langit yang perlahan meredup. Ia menarik napas panjang, terasa berat. "Sudah seharian..." gumamnya pelan, jari-jarinya mencengkeram erat besi balkon. "Ayah bahkan belum menyentuh makanannya, apalagi melangkah keluar dari ruang kerjanya." Langkah pelan terdengar di belakangnya. "Ace..." panggil Selvania. Ace berbalik. Selvania berdiri dengan tubuh sedikit membungkuk, kedua tangannya saling menggenggam di depan dada, gelisah. Rambut kuning keemasannya tergerai acak karena angin, wajahnya mencemaskan banyak hal yang tak bisa diucapkan sekaligus. "Ayah belum keluar dari ruang kerjanya, sejak pagi. Dan sekarang sudah hampir menjelang malam," katanya pelan, seperti sedang mengukur keberanian dalam setiap kata. "Sarapan pun tidak disentuh. Apalagi setelah mendengar kabar Verlyn." Kepalanya menunduk, suara terakhir itu nyaris tak ter

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 158 Season 2

    Jersey City, Kediaman Kaze. "Ace, apa kita benar-benar tidak bisa melakukan apa pun lagi untuk menghentikan Ibu?" Suara Selvania terdengar pelan, seperti gumaman yang takut terdengar oleh dinding. Ace tak langsung menjawab. Ia tetap duduk di sofa, tatapannya kosong pada layar ponsel yang tak benar-benar ia baca. Helaan napas panjang akhirnya lolos dari bibirnya, diikuti gelengan kepala yang pelan namun berat. "Aku juga berharap begitu, Nia. Kukira Ibu akan tetap tinggal di sini selama Verlyn di vila. Tapi, dia sendiri yang memilih pergi, bahkan tanpa..." Kalimatnya terputus oleh cengkeraman tiba-tiba di kepalanya. Wajahnya menegang. Selvania buru-buru beringsut mendekat, meraih cangkir teh yang masih mengepulkan uap dari meja dan menyodorkannya pada Ace. "Minum dulu," ucapnya lembut. Ace menerimanya tanpa protes, meneguk sedikit, lalu memejamkan mata. Tangannya tetap gemetar. "Kau harus istirahat, Ace. Kalau terus begini, kita bahkan tak bisa berdiri membantu Ayah besok,"

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 157 Season 2

    Hari Keberangkatan menuju Kota. "Sudah siap, Verlyn? Kayn?" suara lembut Cherryn memecah kesunyian pagi itu. Verlyn dan Kayn saling melirik sebentar sebelum mengangguk mantap. Keduanya mengenakan tas gunung besar di punggung, dan masing-masing membawa kantong plastik sedang yang berisi bekal perjalanan mereka menuju kota. Hari itu terasa berbeda, udara sejuk Fandaria menyisakan kesan damai sekaligus berat di dada mereka. Mereka melangkah keluar satu per satu, menuruni anak tangga rumah Cherryn dengan perlahan. Begitu kaki mereka menyentuh tanah, pandangan mereka disambut kerumunan warga desa yang telah berkumpul sejak pagi. Beberapa ibu menenteng keranjang anyaman berisi buah-buahan, sementara anak-anak berdiri berbaris rapi di sisi jalan kecil yang menuju ke gerbang desa. Wajah-wajah itu dipenuhi harapan dan doa. Seorang anak kecil menarik jaket Verlyn pelan dari sisi kanan. Gerakan kecil itu membuat Verlyn menunduk. Ia tersenyum begitu mendapati sosok Kila berdiri di san

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 156 Season 2

    "Jadi, kau merasa kalung liontinmu itu menghilang setelah terjatuh ke sungai?" tanya Cherryn lembut, setelah mendengarkan cerita Verlyn tanpa memotong sepatah kata pun. Verlyn mengangguk pelan, tatapannya menunduk dalam rasa bersalah yang begitu dalam. "Aku berpikir begitu, Nek. Karena aku dan yang lain sudah mencari ke mana-mana tapi tetap tidak menemukannya di rerumputan tepi sungai." Ia menunduk makin dalam, jari-jarinya sibuk memainkan ujung lengan bajunya. Suaranya lirih, nyaris tenggelam dalam kepedihan yang ia tahan. "Aku minta maaf. Karena keteledoranku sendiri, kalung liontin itu yang sangat berharga malah menghilang begitu saja." Cherryn hanya tersenyum tipis, menyeruput teh hangatnya dengan tenang, lalu menghela napas panjang seolah menimbang sesuatu dalam pikirannya. "Dugaanmu tidak sepenuhnya salah, Verlyn," ujarnya. "Tapi kalung liontin itu tidak benar-benar menghilang. Dan ia juga tidak tenggelam ke dasar sungai." Perkataan itu membuat Verlyn dan Kayn sontak m

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 155 Season 2

    "Nenek belum tidur, kan?!" seru Verlyn dengan napas terengah saat ia akhirnya tiba di depan rumah Cherryn. Keringat menetes dari pelipisnya, dan rambutnya berantakan akibat angin malam yang sempat menerpa sepanjang perjalanan. "Aku nggak tahu pasti," jawab Kayn sambil melirik sekilas ke arah ikan berwarna perak berkilau di genggaman tangan Verlyn yang tampak sangat hidup meski tanpa air. "Biasanya Nenek sudah masuk kamar kalau kita pulang larut seperti ini." Kayn menatap wajah Verlyn yang penuh harap. Ia tahu seberapa besar harapan Verlyn untuk menyelamatkan anak itu. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata pelan namun tegas, "Sebaiknya kita masuk dan beri tahu Nenek sekarang juga, sebelum terlambat." Verlyn mengangguk cepat dan segera menaiki anak tangga kayu menuju pintu rumah, diikuti oleh Kayn yang terus memerhatikan keadaan sekitar dengan waspada. Begitu mereka membuka pintu, suara engsel yang berdecit pelan terdengar, lalu muncul sosok Cherryn dari balik lorong, bar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status