Share

Bab 107. Klimaks++

Author: Strrose
last update Last Updated: 2025-06-11 19:00:44

Malam itu, langit Milan mendung. Kota mulai lengang, dan suara kendaraan hanya terdengar samar di kejauhan. Jam menunjukkan pukul 02.17 ketika sebuah mobil hitam berhenti di basement sebuah apartemen tinggi di distrik Brera.

Marco turun tanpa banyak suara. Setelan jasnya masih rapi, tapi wajahnya menunjukkan kelelahan yang tak bisa disembunyikan. Ada satu hal yang membuatnya tetap berdiri tegak: keinginan untuk melihatnya.

Ia membuka pintu unit apartemen dengan kunci duplikat yang diam-diam masih ia simpan. Lampu-lampu sudah dimatikan. Hening. Hanya ada suara detik jam dan aroma manis di udara—aroma khas Hiriety: campuran antara mawar putih, tembakau ringan, dan jejak musk yang lembut. Begitu mengikat dan mengganggu.

Langkah kakinya menyusuri lantai apartemen yang hangat dan tenang. Setiap sudut ruangan menyimpan jejak Hiriety—mantel yang digantung di belakang pintu, gelas anggur yang belum dicuci di meja dapur, dan sepatu hak tinggi yang tergeletak

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 112. His proper

    Marco duduk di balkon apartemen Hiriety, tangan kanan menggenggam sebatang rokok yang mulai membara, sementara tangan kiri menopang dagunya dengan erat. Angin malam Milan berhembus lembut, mengibarkan rambutnya yang acak-acakan, menambah kesan liar pada sosoknya yang tampak tenang namun penuh gejolak.Haus. Rasa itu menyelinap perlahan tapi membakar seluruh sarafnya. Haus akan kehadiran Hiriety, sentuhan lembutnya, dan cara dia mampu menguasai seluruh pikirannya tanpa harus berkata sepatah kata pun. Obsesinya bukan hanya tentang cinta—ini sudah menjadi kebutuhan yang mendalam, sebuah kebutuhan yang membuatnya gelisah saat mereka terpisah.Setiap helaan napasnya terasa berat, seolah-olah dirinya sendiri sedang menunggu Hiriety datang dan mengisi kekosongan di dadanya. Tangannya yang menggenggam rokok itu bergetar sedikit, bukan karena panasnya sinar matahari tak mengganggunya. Tetapi karena dirinya yang takkan bisa menahan diri saat jauh dari Hiriety.&ldqu

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 111. She is the Queen of Manipulation

    Hiriety mengayunkan mobilnya keluar dari basement apartemen tempat mereka tinggal. Jalanan Milan yang ramai menyambutnya dengan cahaya terik matahari di siang hari. Hiriety menekan pedal gas lebih dalam, mencoba mengusir segala kegelisahan yang menumpuk di dadanya.Sambil melajukan mobilnya dengan tenang, ia mengeluarkan ponsel dan langsung menekan tombol panggil. Setelah beberapa detik dering, suara Erasmus yang tenang namun khas langsung terdengar di ujung sana.“Halo” sapaan Erasmus selalu membawa ketenangan, tapi kali ini Hiriety membutuhkan lebih dari sekadar ketenangan.“Kau di mana?” suara Hiriety terdengar sedikit tegas“Rumah. Aku menunggu telponmu sejak pagi” jawab Erasmus. “Kau tahu, sebaiknya kau ke sini saja. Kita bisa bicara dengan tenang, tanpa gangguan.”Hiriety mengerutkan alis. “Aku tidak nyaman berdua di ruang tertutup, Erasmus. Jika Marco tahu dia akan mengamuk”

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 110. Obsesif Marco

    Hiriety melangkah keluar dari kamar mandi, membanting pintu tanpa kekuatan penuh, tapi cukup untuk memberi pesan yang jelas: ia sedang kesal, dan Marco sebaiknya tidak main-main lagi.Dengan bathrobe masih melilit tubuh, ia berjalan ke lemari, mengambil pakaian, lalu berganti tanpa sepatah kata pun. Biasanya, Marco akan muncul dari belakang, memeluknya, lalu membisikkan kalimat gombal atau permintaan maaf. Tapi kali ini ia tidak muncul.Dan anehnya, Hiriety merasa… kecewa.“Bodoh” gumamnya pada diri sendiri. Ia tidak seharusnya mengharapkan Marco bertingkah manis setelah membuatnya jengkel. Tapi entah kenapa, justru itulah yang ia inginkan.Hiriety sedang mengenakan kemeja hitam tipis ketika pintu kamar mandi terbuka pelan. Ia tak langsung menoleh, sudah bisa menebak siapa yang muncul di sana dengan gaya khas—seenaknya dan percaya diri luar biasa.Marco muncul sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil, tanpa repot meng

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 109. Akal-akalan Marco ++

    Tubuh Hiriety menggeliat pelan. Ada sensasi lembab yang menusuk kulitnya, membuatnya mengernyit dalam kantuk. Kelopak matanya berat, namun rasa dingin yang samar menyusup di sela-sela kehangatan air membuatnya perlahan membuka mata.Butuh beberapa detik untuk otaknya menyadari bahwa dirinya tak berada di tempat tidur.Cipratan air menyentuh kulitnya saat ia menggerakkan tangan, dan saat pandangannya mulai fokus, ia tersadar: mereka ada di dalam bathtub. Tubuhnya bersandar ke dada bidang Marco, yang duduk di belakangnya, memeluknya erat dalam keheningan yang nyaris suci.“Marco…” bisiknya pelan, suara serak karena tidur. “Apa yang… kita?”Marco menundukkan kepala, menyandarkannya di bahu Hiriety. Wajahnya setengah tenggelam dalam kabut uap air hangat. “Kau ketiduran setelah yang terakhir… dan aku tidak ingin jauh darimu. Jadi kupindahkan kita ke sini. Kupikir air hangat bisa membantu tubuhmu rileks dan sek

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 108. Marco hyper overdosis!! ++

    Bunyi deritan ranjang dan hantaman pada tubuhnya membuat Hiriety membuka matanya yang terasa berat. Telinganya menangkap suara dan hentakan cepat hingga ia bergerak maju mundur.“Shh.. Kau belum selesai juga?” Hiriety meringis, meremas seprai guna menahan rasa kebas dan nikmat disatu waktu bersamaan.“Mhh---- belum” Marco berdesis menahan kenikmatan saat dirinya berada didalam Hiriety.“K-kau-“ Sebelum selesai Hiriety berbicara, Marco memeluk pinggang Hiriety, mengangkat Hiriety dalam pelukannya. Marco merubah posisi menjadi duduk dan bersandar pada kepala ranjang dengan Hiriety yang berada didepannya, memungginya.“Ah..Shh.. Ini terlalu terbuka” Hiriety mengigit bibir, menahan desahan, rasanya aneh saat dia menunggani Marco dengan posisi seperti ini. Terlebih dia bisa melihat bagaimana sesuatu yang keras itu menusuk perutnya hingga meninggalkan jejak“Kau sangat seksi, Mia Cara...” Tangan

  • Tawanan Cinta Sang Penguasa   Bab 107. Klimaks++

    Malam itu, langit Milan mendung. Kota mulai lengang, dan suara kendaraan hanya terdengar samar di kejauhan. Jam menunjukkan pukul 02.17 ketika sebuah mobil hitam berhenti di basement sebuah apartemen tinggi di distrik Brera.Marco turun tanpa banyak suara. Setelan jasnya masih rapi, tapi wajahnya menunjukkan kelelahan yang tak bisa disembunyikan. Ada satu hal yang membuatnya tetap berdiri tegak: keinginan untuk melihatnya.Ia membuka pintu unit apartemen dengan kunci duplikat yang diam-diam masih ia simpan. Lampu-lampu sudah dimatikan. Hening. Hanya ada suara detik jam dan aroma manis di udara—aroma khas Hiriety: campuran antara mawar putih, tembakau ringan, dan jejak musk yang lembut. Begitu mengikat dan mengganggu.Langkah kakinya menyusuri lantai apartemen yang hangat dan tenang. Setiap sudut ruangan menyimpan jejak Hiriety—mantel yang digantung di belakang pintu, gelas anggur yang belum dicuci di meja dapur, dan sepatu hak tinggi yang tergeletak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status