Share

5

Author: GREYWIND
last update Last Updated: 2025-04-03 23:36:51

Setelah keluar dari ruangannya, Raja melihat penampilan Pia yang akan membuat siapapun bertanya-tanya.

Wanita dengan pakaian pengantin, seharusnya berada di acara pernikahan, tetapi Pia malah berada di rumah sakit.

Kebaya putih itu tak lagi bersih, melainkan kotor dengan banyak noda tanah. Selain itu, wajah Pia tampak kusut. Seperti merefleksikan isi dalam pikiran Pia.

Dia ini mau pergi ke nikahan tapi kecelakaan atau mau nikah diam-diam tapi tidak disetujui orang tuanya?

Raja membatin seraya melihat ke arah pintu di mana punggung Pia sudah tak tampak lagi. 

Banyak kemungkinan buatan dan dugaan-dugaan di pikiran Raja membuatnya melepas infus di tangan.

“Tuan, mau kemana?” Rudi, sang supir pun heran melihat Raja kini bersikeras turun dari brankar. 

“Ambilkan kursi roda. Cepat!” bentak Raja. Meski gerakan egoisnya itu membuatnya sedikit meringis kesakitan.

“Tuan, itu tidak mungkin…”

“Bedebah! Kau mau aku pecat?” Iras Raja kian berubah dingin.

Rudi yang ingin menolong pun akhirnya mencari kursi roda seperti yang diperintahkan. Sebab tidak ingin bernasib sama seperti yang lainnya.

Dalam satu bulan, Raja sudah berganti supir sebanyak sembilan kali. Dan Rudi adalah yang kesepuluh. 

Raja tidak main-main. Pia harus membayar mahal karena sudah membuat tulangnya patah.

Raja dikenal manusia tak berhati. Dingin, egois dan ingin menang sendiri. Sekalipun menghadapi lawan tak seimbang, Raja tak ingin kalah apalagi bermurah hati pada musuhnya.

Akan tetapi pada Pia, semilir angin seperti menggerakkannya untuk menyusul gadis itu dan memberikan penawaran berbeda.

Ketika Raja menyambangi di mana Pia berada, samar-samar suara tangis menarik perhatiannya. Raja menyaksikan tanpa menyela, diam mengamati, menyimpulkan dengan cepat apa yang dialami oleh keluarga Pia.

Sebuah senyum licik nan mematikan terukir di bibir Raja.

“Kamu jangan bicara sembarangan, anak muda,” Syifa tidak yakin jika Raja ingin menikahi putrinya. “Kamu siapa?”

“Jaga bicara anda, Nyonya. Apa anda tidak mengenal Keluarga Dakara?” Rudi tidak terima ada orang yang tidak sopan pada tuannya.

“Dakara?” seru Nizar dan Syifa bersamaan. Keduanya melihat Raja dengan seksama. Selama ini Nizar dan Syifa hanya mendengar nama keluarga itu dan aktivitasnya di televisi.  

“Anda… Raja Dakara?” Nizar mencoba mengingat-ingat. “Putra semata wayang keluarga Dakara itu? Anak konglomerat di kota ini?”

“Aku hanya seorang pebisnis, Tuan Nizar.” Raja menjawab datar dengan tatapan tajam. Persis seperti predator yang tidak pernah memberi belas kasih pada mangsanya.

“Anak konglomerat, Yah?” Syifa berbisik pada Nizar. Dan sang suami pun mengangguk membenarkannya.

Bibir Syifa merekah bahagia. Kapan lagi dirinya dapat menantu kaya raya. Syifa tak henti-henti tersenyum dan memeluk Nizar dengan suka cita. Ternyata habis gelap memang selalu terang yang terbit.

Bahkan melebihi ekspektasi Syifa. Ini bukan lagi terang biasa, melainkan terang benderang menyilaukan mata.

Orang-orang di desa pasti terkejut jika mengetahui hal ini.

Akan tetapi, Syifa tiba-tiba menoleh lagi pada Raja. ‘’Anda serius, kan, Tuan?’’

“Saya tidak pernah main-main. Putri anda hampir membuat saya kehilangan nyawa. Dan itu adalah harga yang harus dibayar olehnya. Dia juga berhutang biaya rumah sakit.”

‘’Apa?’’

Penjelasan Raja kian menggaduhkan suasana. 

Syifa menodong Pia dengan tatapannya dan Pia hanya tertunduk. Dalam sehari Pia banyak sekali membuat masalah. Setelah ini apa lagi?

Pia mengerti jika Syifa marah padanya, tetapi, menikah dengan orang yang tidak dikenalnya karena tidak sengaja menabrak, apakah mungkin Syifa tega?

Pia tidak mencintai Raja. 

Dan lagi, pernikahan seharusnya tidak terjadi hanya karena hutang.

Akan tetapi, harga diri Syifa begitu tinggi sehingga langsung saja setuju tanpa memperdulikan perasaan Pia.

“Ayah…” Pia meminta pembelaan kepada Nizar, namun Nizar pun tidak bisa berbuat banyak.

“Apa kamu ingin melihat keluarga kita malu, Nak?” Nizar begitu kasihan pada Pia, tetapi keadaan menekan begitu dalam.

Mereka hanya manusia yang diberi nyawa tanpa harta. Yang tersisa hanyalah nama dan harga diri. 

Sehingga walau terpaksa, harus memperjuangkan apa yang tengah dimiliki.

“Jika menikah dengan saya, pihak nyonya tidak akan rugi sama sekali. Malahan sebenarnya, sayalah yang dirugikan dan anda yang diuntungkan.”

Syifa yang sedang keruh pikirannya pun, begitu mudah termakan kata-kata Raja. 

“Tapi…”

“Jangan keras kepala. Lihat ayah dan ibumu!” Raja mendekati Pia dalam penolakannya.

Betapa Pia bisa melihat kesedihan dan secercah kelegaan di iras Nizar dan Syifa. Ego yang ingin menolak, harus melawan orang-orang tercinta. Dimana keadilan? Di mana kasih sayang antara orang tua dan anak? Mengapa hidup sangat jahat padanya?

“Tuan, apakah ini sebanding? Anda adalah orang berpunya, wanita cantik banyak di luaran sana.” Mengingat betapa terkenalnya Raja, mudah baginya untuk mencari seorang istri yang lebih darinya.

“Sangat sebanding,” jawab Raja tanpa ragu. “Jika menikah denganku, nasib keluargamu akan selamat dari rasa malu. Kalian akan dihormati juga disegani.”

“Kami tidak butuh itu!” tekan Pia. Harta bukanlah segalanya dan Pia tidak pernah memandang pria dari materi. “Saya sudah punya calon suami!”

“Calon yang mana?” Raja menyeringai merendahkan. Untuk menyadarkan Pia jika Rama telah meninggalkannya. 

“Setidaknya dia tidak pernah menggunakan hutang sebagai cara untuk menikahi saya!”

“Tapi kita sekarang terlilit hutang gara-gara Rama, Pia. Apa kamu lupa?” timpal Syifa.

Pia pun menarik napas dalam-dalam. Mengapa Syifa mengatakan itu di depan Raja? Permasalahan yang diketahui Raja pun jadi semakin lebar. 

Raja kian di atas angin. Dari luar tampak tanpa emosi dan tenang, tapi tarikan napas yang pelan, sungguh sikap itu sangat menghina Pia. Di saat dirinya dililit tali masalah, hadirnya Raja semakin menambah lilitan itu dan mencekiknya hingga sulit bernapas.

Kedua tangannya pun mengepal kuat.

“Bagaimana bisa membandingkan bekas calon suamimu itu denganku, Nona Pia?”

Kali ini seringai sinis Raja bagai sengatan lebah yang membakar tubuh Pia. Kata-kata Raja menusuk namun begitulah kenyataannya. Memang sakit untuk didengar.

Sampai kini pun Pia tidak menyangka Rama begitu tega padanya. Mengkhianati cinta berumur sepuluh tahun.

Senang sedih, jatuh bangun bersama, berjuang dari titik terendah hingga hampir mencapai puncak hubungan, tetapi Rama melupakan semua yang telah mereka lalui begitu mudahnya.

“Tapi tetap, saya tidak bisa.” Pia berharap Raja mengerti kondisinya. Akan tetapi…

“Pia!”

Teriakan Syifa sampai terdengar seisi ruangan. Beruntung di ruangan itu hanya ada mereka berempat. Jika tidak, sudah pasti akan mengganggu ketenangan pasien lain.

Syifa bukan ibu yang jahat dan Pia bukan anak yang tidak patuh ataupun nakal. Tetapi saat ini kehormatan keluarga Pia sedang terancam. Benar-benar berada di ujung tanduk. Dan Raja sudah berbaik hati memberi bantuan tanpa melihat status mereka. Namun, mengapa Pia begitu egois? Pikir Syifa.

“Ibu tidak mau tahu! Kamu harus menikah dengan Tuan Raja.”

Air mata Pia kembali menetes.

Karena Rama, Pia jadi terkena masalah lain yang tak terduga. 

Sekarang, apakah Raja sedang mencoba menambah luka di hatinya? 

Jika demikian, maka Raja sudah sangat berhasil. 

Karena akhirnya Pia pun menikah dengan Raja dalam keadaan apa adanya. Yaitu hati terpuruk dan jiwa yang rapuh.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Tawanan Hati Sang Tuan Muda   6

    Hari di mana Pia harusnya menikah, memang benar terjadi.Namun semua di luar bayangan Pia, karena, mempelainya bukanlah laki-laki yang melamarnya dan telah menjalin hubungan sebelumnya dengannya. Melainkan orang tak dikenal. Yang baru saja Pia jumpai hari ini karena tak sengaja mencelakainya.Selama di jalan tak satu pun kata keluar dari Raja. Laki-laki itu sibuk dengan ponselnya dan Pia dengan pikirannya.Saat ini Rama pasti sedang berbulan madu dengan Dewi. Menikmati indahnya pengantin baru.Pia. Kuatlah. Kamu tidak boleh memikirkan laki-laki itu. Kamu juga harus bahagia.Namun bahagia seperti apa jika menikah karena terpaksa?Karena terjerat hutang?Tidak. Tidak ada kebahagiaan dalam pernikahan kalau bukan dilandaskan cinta.Hal itu membuat Pia tertunduk sedih. Raja yang menyadari kemurungan tersebut memilih berkutat dengan benda pipihnya. ‘’Sudah sampai.’’ Sang supir berkata lalu membukakan pintu untuk Raja dan Pia.Raja turun lebih dulu meski susah payah.Pia pun terkesima meli

  • Tawanan Hati Sang Tuan Muda   5

    Setelah keluar dari ruangannya, Raja melihat penampilan Pia yang akan membuat siapapun bertanya-tanya.Wanita dengan pakaian pengantin, seharusnya berada di acara pernikahan, tetapi Pia malah berada di rumah sakit.Kebaya putih itu tak lagi bersih, melainkan kotor dengan banyak noda tanah. Selain itu, wajah Pia tampak kusut. Seperti merefleksikan isi dalam pikiran Pia.Dia ini mau pergi ke nikahan tapi kecelakaan atau mau nikah diam-diam tapi tidak disetujui orang tuanya?Raja membatin seraya melihat ke arah pintu di mana punggung Pia sudah tak tampak lagi. Banyak kemungkinan buatan dan dugaan-dugaan di pikiran Raja membuatnya melepas infus di tangan.“Tuan, mau kemana?” Rudi, sang supir pun heran melihat Raja kini bersikeras turun dari brankar. “Ambilkan kursi roda. Cepat!” bentak Raja. Meski gerakan egoisnya itu membuatnya sedikit meringis kesakitan.“Tuan, itu tidak mungkin…”“Bedebah! Kau mau aku pecat?” Iras Raja kian berubah dingin.Rudi yang ingin menolong pun akhirnya mencar

  • Tawanan Hati Sang Tuan Muda   4

    Setelah mengumpulkan keberanian segenap jiwa raga, Pia mendatangi tempat Raja dirawat. Kaki Raja tergantung di atas tiang dan tengah terlelap.Sepertinya tidak ada masalah dengan operasi Raja. Pia yang hendak mengetuk pintu pun kembali menarik tangannya lagi. Cukup melihat dari celah kaca di pintu saat ini. Pia akan kembali setelah Raja siuman dan membiarkannya untuk beristirahat.“Kamu yang nabrak Tuan Raja, kan?”Deg.Tiba-tiba pria yang menolongnya muncul. Niat ingin pergi pun batal.“Iya, Tuan. Tuan yang menolong kami tadi, bukan? Terimakasih sudah membantu,” ucap Pia di tengah-tengah kekagetannya. “Anda ditunggu beliau sejak tadi. Silakan masuk.” Pintu dibuka, Pia pun masuk ke dalam. Ternyata pria itu bukan sengaja lewat dan muncul sebagai penyelamat, melainkan memang untuk menjemput Raja.“Kenapa baru datang? Aku menunggumu sejak tadi! Jangan katakan kalau kau berusaha kabur.”Ternyata Raja tidak tidur. Pia sampai terperanjat dua kali dengan tubuhnya yang sedikit terlonjak.

  • Tawanan Hati Sang Tuan Muda   3

    Syifa sangat terguncang mendengar perkataan Rama. Tidak ingin percaya tetapi Pia telah menjawabnya. Syifa menangis pilu, tak mampu menahan rasa malunya yang begitu besar. Bagaimana Syifa harus menjelaskan pada semua orang yang sedang menunggu. Tidak.Syifa tidak sanggup.Bukannya jawaban baik-baik yang didapat Syifa ketika datang ke rumah Rama, melainkan penghinaan.Masalah ini tampaknya tidak ada jalan keluarnya. Sehingga Syifa pun jatuh pingsan dan dilarikan ke rumah sakit.Pia merasa sangat bersalah. Karena kesalahan memilih calon suami, kedua orang tuanya harus terbaring tak berdaya di brankar rumah sakit di ruang yang sama.Pria yang ditabrak Pia telah dipindahkan ke tempat lain. Tetapi Pia tidak sempat menanyakan di mana ruangannya. Pia akan mengurus pria tersebut nanti, karena, orang tuanya jauh lebih membutuhkannya.Saat tengah memandang Nizar dan Syifa, tiba-tiba seorang wanita masuk tanpa mengetuk. “Pia, apa kamu tidak punya harga diri sampai-sampai harus menyuruh ibumu da

  • Tawanan Hati Sang Tuan Muda   2

    Pia pun bersimpuh di kaki Nizar, menangis mengadukan penderitaannya. Berterus terang, berbicara terbuka hingga Nizar sampai terdiam kala mendengar yang dituturkan sang putri. Kepala Nizar langsung terasa pusing dan pandangan pun berputar-putar. Nizar tidak menyangka, kehormatan putrinya yang polos sudah dirusak oleh pria tak bertanggung jawab.“Ayah sudah habis-habisan dan berhutang banyak demi mewujudkan pernikahan impianmu. Tapi kamu malah ditinggal begitu saja. Seharusnya kamu dengar ayah dari awal!”Tangis Pia semakin menjadi-jadi. Rasa sakit ini begitu luar biasa membuatnya sampai sulit bernapas.“Maafkan Pia, Yah. Maaf!” Penyesalan memang selalu datang diakhir. Namun semua sudah terjadi dan tidak bisa dirubah.Di saat yang sama, tubuh Nizar pun ambruk ke tanah. Pia sangat panik dan berteriak meminta tolong.Akan tetapi, tidak ada siapapun yang bisa dimintai tolong. Sehingga Pia membonceng sang ayah dengan mengikatkan selendang di tubuhnya agar tidak terjatuh.Walau kesulitan, P

  • Tawanan Hati Sang Tuan Muda   1

    “A… apa ini, Ram?” Pia berharap pemandangan di depannya adalah mimpi. Mimpi buruk namun sayangnya nyata. Menyaksikan mempelai pria yang seharusnya menikah dengannya hari ini, baru saja selesai mengucap ijab kabul untuk wanita lain.Pia begitu kecewa. Namun semua sudah terlambat.Pernikahan Rama dan Dewi sudah terjadi. “Pia?” Rama begitu syok dan berdiri, namun Pia lebih dari itu.Tubuhnya terasa lemas seiring jantung yang terus berdegup lebih cepat. Keringat di dahi membanjiri sehingga make up yang dikenakannya pun sedikit luntur.Apa ini?Apakah ini prank?Dua jam menunggu Rama di meja akad, akan tetapi Rama malah berada di meja akad yang lain. Dewi pun juga berkebaya putih seperti Pia, tetapi dengan perut sedikit membuncit.Apakah itu artinya?Tidak.Itu tidak mungkin.Dewi adalah tetangga yang sudah dianggap adik oleh Rama. “Pia, maaf. Dewi sedang mengandung anakku!” Penjelasan itu menjawab segalanya.Hari yang dinanti-nantikan menjadi hari paling membahagiakan untuk Pia beruba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status