مشاركة

Bab 3

مؤلف: SILAN
last update آخر تحديث: 2025-04-20 11:27:23

Beberapa waktu telah berlalu sejak Hazel datang ke kapal pesiar itu.

Ia menyusuri setiap sudutnya seorang diri, menyatu dalam hiruk pikuk para tamu yang bersenang-senang. Tapi pikirannya tidak pernah tenang. Matanya terus bergerak, mencari satu sosok yang membuat langkahnya tak kunjung berhenti.

Sesekali, ia bertanya pada dirinya sendiri, Apakah aku sudah terlalu jauh mencampuri urusan Jacob?

Tapi jujur saja, ia juga tidak pernah terpaksa untuk membantu saudaranya itu karena sebenarnya pria itu tak pernah meminta bantuanya secara langsung untuk mengawasi Luna seperti ini. Hazel sendiri yang ingin membuat Jacob segera menikah, dan Luna adalah pilihan yang tepat.

"Semoga saja jalan yang aku pilih ini tidak salah, karena orang yang harus aku singkirkan adalah Xavier, pria kejam itu tidak mudah untuk dikalahkan." gumamnya sambil melewati koridor panjang.

Namun langkahnya terhenti mendadak.

Hazel membelalak saat melihat dari kejauhan Jacob menggandeng Luna, bergegas melewati lorong dengan ekspresi panik. Tapi bukan itu yang membuat nafasnya tercekat.

Di belakang mereka… Xavier.

Pria itu mengejar dengan langkah cepat dan sorot mata penuh amarah. Seperti binatang buas yang melihat mangsanya kabur.

Tanpa pikir panjang, Hazel berlari dan memotong jalan, berdiri tepat di hadapan Xavier. Jantungnya berdetak seperti genderang perang, namun ia tidak bergeming.

"Menyingkirlah," desis Xavier tajam, dingin, seperti pisau yang menggores udara.

Hazel menelan ludah. Tubuhnya ingin mundur, tapi ia justru tidak bergerak. Tidak satu senti pun sampai ia memastikan Jacob dan Luna sudah pergi jauh.

“Minggir!” Xavier kehilangan kesabaran dan mendorong Hazel ke samping.

Namun Hazel tetap di tempat. Bahkan ketika Xavier hendak melangkah kembali, Hazel meraih lengan Xavier dan menariknya sekuat tenaga hingga pria itu berbalik menghadapnya.

Tanpa pikir panjang, Hazel berjinjit, menutup matanya, dan melakukan hal paling gila dalam hidupnya. Semua ini Hazel lakukan demi menyelamatkan Jacob dan Luna.

Ia… mencium pria yang paling ia benci.

Hazel pikir Xavier akan langsung menepisnya. Mendorongnya. Memaki. Tapi ternyata yang terjadi justru sebaliknya.

Tangan pria itu mencengkeram pinggangnya, rahangnya disentuh, dan tanpa aba-aba ... Xavier membalas ciumannya. Dengan liar. Dengan panas. Dengan penuh penguasaan seolah ia memegang kendali penuh atas dunia.

Hazel membelalak. Nafasnya tercekik. Ciuman ini... terlalu berbahaya. 

Ini adalah sesuatu yang tak seharusnya terjadi.

Jantung Hazel berdetak gila. Ia nyaris lupa alasannya mencium pria itu. Dan saat akhirnya ia berhasil melepaskan diri, matanya bertemu dengan milik Xavier yang penuh hasrat, dan… sesuatu yang bahkan Hazel tak sanggup jelaskan.

Dalam kepanikan yang berusaha ia sembunyikan, Hazel hanya bisa berkata dalam hati.

Ya Tuhan… apa yang baru saja kulakukan?

Belum sempat Hazel mengatur ulang detak jantungnya yang masih berdebar akibat ciuman gila barusan, tiba-tiba jemari kuat Xavier mencengkram rahangnya. Tidak kasar, tapi cukup kuat untuk membuat Hazel menengadah, menatap tepat ke arah mata pria itu yang menyala dengan kesenangan mencurigakan.

“Percobaan yang bagus untuk memulai menggoda pria sepertiku, Nona,” ucap Xavier pelan, sementara senyum sinisnya merayapi wajahnya.

Hazel menelan ludah, nyaris tersedak dengan dirinya sendiri. Jarak mereka terlalu dekat. Nafas Xavier terasa menyapu pipinya, terlalu hangat dan berbahaya.

“Aku tidak menggodamu,” dalihnya, karena memang niatnya untuk mengalihkan perhatian Xavier yang mengejar Jacob dengan Luna.

Pria itu tertawa pelan, nyaris seperti desahan yang menggoda. “Oh, benarkah? Karena dari caraku menciummu tadi… rasanya seperti kau ingin sekali tahu seperti apa rasanya ranjangku.”

Hazel membelalak. Kata-kata pria itu menghantam kesadarannya seperti tamparan panas di tengah dinginnya udara laut malam itu. Tanpa pikir panjang, ia mendorong dada Xavier sekuat tenaga hingga genggaman di rahangnya terlepas.

“Brengsek!” hardiknya. “Tak pernah sekalipun aku berpikir untuk menggoda pria menjijikkan sepertimu, apalagi naik ke ranjangmu!”

Alih-alih tersinggung, Xavier hanya menaikkan kedua alisnya. Tatapannya tampak menjelaskan ia tertarik dengan ketegasan Hazel. Ia suka gadis pemberontak daripada gadis yang hanya patuh menerima tekanan, dan ia mendapatkan gadis pemberontak itu, dia ... ada di depannya.

Saat Hazel memutar tubuh dan bersiap pergi, Xavier kembali bertindak cepat, meraih lengannya dan menariknya kembali ke hadapannya.

“Pergi kemana, hah?” bisiknya dingin namun intens.

Hazel menepis tangannya dengan kasar, penuh amarah dan jijik. Tatapan matanya tajam bagai pisau yang siap menusuk.

“Lepaskan aku. Anggap saja tadi itu kesalahan fatalku. Jadi kau tidak perlu bermimpi lebih jauh.” Ia berkata dengan suara tajam, sekeras tekadnya untuk tidak membiarkan Xavier menumbuhkan satupun benih ego di dalam hatinya.

Hazel pun kembali melangkah pergi, kali ini dengan cepat dan pasti, meninggalkan Xavier di belakang. Kali ini pria itu tidak menghentikannya dan membiarkan Hazel pergi.

Xavier hanya berdiri disana, menyeringai. Tatapannya mengikuti Hazel, sebelum perempuan itu benar-benar menghilang di pembelokan koridor, Xavier berkata dengan kalimat yang membuat amarah dalam diri Hazel semakin panas.

“Kalau suatu saat kau ingin tahu seperti apa rasanya ranjangku, kau tahu harus kemana, Nona.”

Hazel tak menoleh. Tak membalas. Tapi langkahnya makin cepat, makin tajam, nyaris seperti pelarian. Ia tahu jika ia berbalik, ia akan melakukan sesuatu yang lebih gila.

Sementara itu, Xavier berdiri di tempatnya, mata menyipit penuh kepuasan.

“Liar, keras kepala, dan menarik.” batinnya. “Lihat saja, aku pasti akan menaklukkan kucing liar ini.”

استمر في قراءة هذا الكتاب مجانا
امسح الكود لتنزيل التطبيق
تعليقات (1)
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
wah Xavier mau coba"... hahahaha... hati" nanti kamu terjebak di permainanmu sendiri loh Xavier... wkwkwkwk
عرض جميع التعليقات

أحدث فصل

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 120

    Jangankan pergi, Xavier bahkan tidak bergeming. Tubuhnya seperti tertancap di tempat, dan matanya tak lepas sedikit pun dari wajah Hazel. Di balik tatapannya, ada kalimat yang tak terucapkan. Ia tahu Hazel marah. Delapan bulan bukan waktu yang sebentar untuk dibiarkan menggantung tanpa kabar, dan kini, pertemuan mereka bukan seperti kisah reuni yang manis, melainkan luka yang dijahit ulang."Pergi dari sini, Xavier," bisik Hazel lirih, nyaris tanpa tenaga, namun sarat emosi yang menahan diri dari ledakan.Xavier menarik nafas dalam-dalam. "Aku tahu kau marah… tapi aku harus menjelaskan satu hal. Aku dan Ella, kami tidak memiliki hubungan apapun."Hazel mendongak, tatapannya tajam. "Menarik. Kau juga pernah mengatakan hal yang sama padaku." Nada suaranya dingin, getir. "Dan lihat di mana kita sekarang, Xavier. Kau berdiri dihadapanku, mencoba menjelaskan sesuatu yang bahkan sudah tidak pantas dijelaskan lagi.""Aku tidak punya pilihan," suara Xavier lebih dalam sekarang, ada dentuman em

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 119

    Hazel tak merasakan luka di telapak tangannya, bahkan ketika darah mengalir dan menodai gelas yang pecah. Ia baru tersadar saat tepukan cemas mendarat di bahunya."Hazel, tanganmu berdarah!" seru Marco dengan panik.Hazel menoleh pelan, matanya kosong. "Hanya luka kecil, aku akan membersihkannya." ujarnya datar, lalu melangkah pergi menuju toilet.Di dalam ruangan berlampu pucat, Hazel menyalakan keran air. Suara gemericik menenggelamkan pikirannya yang riuh. Air dingin menyentuh luka di tangannya, membawa nyeri yang akhirnya membuatnya sadar bahwa ia benar-benar terluka, meski luka di hatinya terasa jauh lebih dalam.Ia hanya menghela nafas dalam, ia telah melakukan kebodohan sampai harus menyusul Xavier sejauh ini.Harusnya ia sudah paham, delapan bulan tanpa komunikasi adalah cara Xavier melupakannya, tapi ia yang bodoh ini tetap nekat bertemu dengan pria itu hanya untuk melihat pemandangan menyebalkan.Bahkan air matanya pun enggan menetes, walaupun hatinya terasa seperti diremas

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 118

    “Kau yakin akan pergi mengejar pria yang bahkan tidak memberi kabar selama delapan bulan? Hazel... satu bulan lagi, kalau kau hamil, kau mungkin sudah melahirkan.”Tristan menjatuhkan tubuhnya ke sofa sambil menyilangkan kaki, ekspresinya antara cemas dan tidak habis pikir, sementara Hazel terus sibuk melipat pakaian dan memasukkannya ke dalam koper.Hazel menghentikan gerakannya sejenak, lalu menarik nafas dalam. “Tristan, tolong… berhenti ceramah. Aku sudah cukup lama menunggu. Delapan bulan aku memberi waktu, dan tidak ada satupun jejak darinya. Jadi, aku pergi bukan karena gegabah, aku pergi karena ini satu-satunya jalan.”Tristan menyandarkan punggungnya dan melipat kedua tangan di dada. “Sayang sekali... padahal aku baru mau bilang kalau bulan depan aku juga akan pergi liburan. Tapi kau malah meninggalkanku duluan. Apa tidak bisa menunda saja sampai aku pergi?”Hazel mengangkat alis. “Menurutmu aku harus menunggu lebih lama hanya untuk patah hati di tempat yang sama? Aku sudah te

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 117

    Hazel membawa Tristan ke apartemennya, apartemen yang sudah sekitar empat bulan lebih tidak ia tinggali semenjak ia pulang dari Italia. Hazel yakin, kamera tersembunyi yang Xavier pasang di sana masih berfungsi, dan Hazel perlu memastikan sesuatu apakah kamera itu bisa membantunya bertemu dengan Xavier atau tidak?Ia tau, cara ini cukup bermasalah untuk Tristan kalau sampai Xavier marah, tapi tidak ada cara lain. Hazel sudah mencoba cukup banyak cara untuk bisa menghubungi Xavier, bahkan ia telah meminta George Davis untuk menghubungi Xavier melalui ponselnya, tapi begitu Xavier mendengar suara Hazel, pria itu langsung memutuskan sepihak.Tristan mengerutkan dahi saat mereka melangkah masuk. “Hazel, ini apartemen siapa? Kenapa aku merasa seperti masuk ke sarang orang lain?”Hazel menutup pintu dan menyalakan lampu ruangan. “Ini apartemenku. Tempat yang aku tinggali sebelumnya, itu apartemen milik Jacob. Aku hanya ingin mengecek sesuatu di sini.”Tristan berjalan ke rak buku, jari-jarin

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 116

    Setelah penantian yang terasa begitu panjang, akhirnya Hazel menginjakkan kaki di pesta ulang tahun perusahaan Xavier, sebuah acara yang dikemas begitu megah di dalam ballroom berlapis kristal dan cahaya mewah yang membias di dinding-dinding marmer putih.Begitu Hazel dan Tristan masuk, mereka langsung disambut oleh sesuatu yang tidak biasa, bukan pelayan manusia, tapi humanoid elegan berbalut jas hitam yang membungkuk sopan saat mereka melewati pintu utama.“Wow…” Tristan berbisik kagum. “Bisakah kau bayangkan berapa harga robot yang hanya ditugaskan jadi pelayan pesta seperti ini?”Hazel menyikutnya pelan, meski mulutnya nyaris tersenyum. “Jangan bikin ulah,” tegurnya setengah geli.Ballroom itu ramai, namun tetap anggun. Gaun-gaun mewah dan jas hitam berkilau mendominasi, sementara orkestra memainkan alunan klasik yang mengisi ruangan. Hazel mengedarkan pandangannya, matanya sibuk mencari satu sosok Xavier.Namun sejauh mata memandang, tak ada tanda-tanda kehadiran pria itu. Hanya

  • Tawanan Mafia Mesum    Bab 115

    Salju perlahan mulai mencair, menyisakan genangan tipis di sela-sela trotoar dan suara gemeretak lembut di bawah setiap langkah kaki. Angin musim dingin masih menyelinap di antara gedung-gedung tinggi, namun sinar mentari musim semi sudah mulai terasa hangat di kulit.Di antara keramaian kota yang mulai kembali sibuk, langkah Xavier terdengar mantap menapaki trotoar yang licin. Jas hitamnya berkibar ringan ditiup angin, dan satu tangan menggenggam ponsel di telinganya.“Bagaimana laporan terakhir dari mata-mata kita di perbatasan?” tanyanya tenang namun penuh tekanan.Suara pria di seberang terdengar ragu, namun tetap profesional. “Masih dalam pemantauan, Sir. Untuk saat ini, belum ada pergerakan signifikan dari dalam markas. Tempat itu sangat tertutup... dan dua anak buah kita telah tertangkap saat mencoba menyusup ke dalam.”Langkah Xavier melambat. Ia berdiri di pinggir jalan, matanya menyapu pandangan ke seberang sebelum melanjutkan, “Teruskan pengawasan. Jangan gegabah, tapi janga

فصول أخرى
استكشاف وقراءة روايات جيدة مجانية
الوصول المجاني إلى عدد كبير من الروايات الجيدة على تطبيق GoodNovel. تنزيل الكتب التي تحبها وقراءتها كلما وأينما أردت
اقرأ الكتب مجانا في التطبيق
امسح الكود للقراءة على التطبيق
DMCA.com Protection Status