Ini kisah tragisku tahun 2015, ya. Kala itu, setelah ketahuan selingkuh dengan Cindy Elfareza. Sikap istriku terlalu tenang, tetapi kalian tahu peribahasa bukan? Tentang air yang beriak tanda tak dalam dan akan tenang dalam menghanyutkan, Angela ada pada poin kedua.
Tanpa riak, tandanya murka dia begitu dalam sampai aku merasakan aura mencekam setibanya di rumah. Namun, tak ada pembahasan apa pun. Satu menit, dua menit, sampai malam hari. Tiada kondisi serius di antara kami.
Namun, bocah SMK itu menerorku dengan berbagai macam amarah. Angela seharusnya memaklumi, Cindy hanya anak kecil. Masih gadis 17 tahun, belum layak bertanding dengan dirinya yang memang sudah malang melintang di dunia asmara. Kenapa dia harus menyerang anak semanis itu?
“Makan malam sudah siap, Bubu Sayang.” Angela berteriak dengan nada manja, dasar wanita itu! Dia sengaja menyebut panggilan sayang Cindy padaku, pasti siap ribut malam ini. Ternyata ini yang ditunggu-tunggu. Akan kukatakan semua alasan memilih pelarian di luar sana, biar dia merasa jika memiliki andil paling besar dalam kesalahan yang kuperbuat.
“Kamu apakan nomor dia?” Aku langsung pada intinya, dia sudah sangat keterlaluan. Menyebar nomor Cindy dengan promosi cukup bar-bar, seolah jual diri merupakan hal sederhana. Dipikirnya jual online!
“Emang ada yang japri kamu? Perasaan aku cuma sebar nomor dia. Oh, I see!” ujarnya dengan nada tanpa dosa, “Mungkin mereka kepeleset, nomor kalian kembaran. Beda satu digit doang, so sweet banget. Mau jadi couple goal? Ceraikan aku dulu!”
Dia meledekku bukan? Seolah aku tak bisa menemukan kesalahan untuk menceraikannya, sudah sejak bulan Desember dia bersikap sesuka hati, dan sekarang sudah Maret. Artinya, tiga bulan menelantarkan suami tanpa tanggung jawab.
“Kamu masih menganggap semua salah kami?” tanyaku dengan nada sedikit kesal, selera makan lenyap seketika melihat sikapnya yang hanya santai menyuapkan satu sendok penuh nasi dengan lauk favoritnya. Udang berbalur tepung, ada pula jenis sayuran yang ia racik dengan bumbu yang dibeli secara online. Sebagai penggemar drama Korea, Angela akan menciptakan apa pun di dalam tontonan kesayangan. Termasuk, jenis nasi campur yang menurutku cukup aneh
Namanya Bibimbap, bagi para pencinta serial drama Korea sudah tentu tidak asing lagi dengan jenis makanan yang satu ini. Memang sudah cukup populer dan eksistensinya sering menjadi idaman para pencinta kisah-kisah tak masuk akal dari negeri Ginseng tersebut. Termasuk Angela, dia begitu menyukai nasi campur ala drakor.
Pada umumnya, bibimbap ini adalah makanan sederhana yang berisi nasi putih, sayuran, daging, telur, dan tambahan saus gochujang. Dikreasikan dengan tampilan yang menarik. Untuk resep? Kalian bisa tanya istriku, saat ini aku sibuk. Masih memiliki amarah luar biasa padanya.
“Lalu, semua salahku, begitu?” balasnya dengan sikap suka-suka, yang aku herankan ekspresi di wajah itu sama sekali tak ada tanda-tanda terluka. Apa dia Psikopat?
“Setiap akibat tentu dimulai sebab!”
“Oke, kita bahas. Apa penyebab kamu dengan bodohnya mencurangi hatiku?” Angela menghentikan aksi makan, memandang serius dengan fokus lurus menatap suami tercintanya.
“Aku jadi begitu karena kamu mengabaikanku sejak bulan Desember.”
“Jadi, itu sebabnya?”
Masih berani bertanya, padahal aku mengatakannya dengan jelas. Apa masih merasa tak berdosa telah mengabaikan seorang suami selama itu? Bagaimana pun Surga ada di bawah kaki seorang pria ketika sudah menikah. Jangankan menolak keinginanku, dia merengut saja ... dosa tanpa batas.
Angela terdiam, aku tahu. Dia akan sadar setelah kukatakan semuanya, bukankah wanita sangat suka dimengerti? Aku mencoba memahami setiap apa pun kekurangan yang ia tonjolkan, masih kurang apa lagi coba? Ternyata ... istriku ini malah tak mau sadar diri!
“Kamu bilang tentang hukum sebab dan akibat bukan?” Mendadak dia mengulang apa yang kukatakan, trik licik macam apa lagi ini? Kenapa dia selalu menemukan alasan untuk memutarbalikkan fakta? Tinggal mengaku salah dan minta maaf, masih saja berbelit-belit.
“Apa itu sekarang penting?”
“Tentu saja, biar jelas. Siapa akar dari masalah ini?”
Kalian dengar bukan? Angela mana mau kalah, selalu mencari pembenaran. Apa setiap wanita begitu? Memiliki kebutaan hati parah, selalu melimpahkan kesalahan sesuka hati pada lelakinya.
“Tentu saja kamu, bahkan saat aku mencuci baju dan membuat makan sendiri. Di mana kamu?”
Angela tergelak, dia menertawakanku sekarang. Berani sekali! Sampai menunjukkan sikap kurang ajar level paripurna, keterlaluan. Dia sudah melewati batas, kalau kubiarkan bisa melonjak.
“Mas, aku rinci, ya. Satu per satu yang kamu permasalahkan sekarang. Dengarkan baik-baik, jangan meminta untuk mengulang setiap perkataan yang keluar dari mulut.” Angela mengatakannya dengan lancar, sama sekali tak memiliki rasa bersalah. Benar-benar mati rasa.
“Pertama, aku enggak mencuci. Kenapa? Kapan kamu beri aku uang buat beli detergen, sibuk dengan game sampai lupa pada kewajiban. Sekarang, kamu menuntutnya? Oke, kewajiban istri mencuci, dari mana sabunnya? Nyolong di rumah tetangga?” Begitulah dia, cuma tinggal nyuci saja pakai acara drama segala. Meskipun tak ada uang, bukankah bisa hutang dulu ke toko sebelah? Terlalu banyak alasan, tinggal katakan malas saja.
“Sekarang aku tahu alasan kamu enggak kasih uang, sibuk mentraktir anak-anak SMK dan beralasan gaji sukwan belum cair. Duit enggak seberapa kamu sok berselingkuh segala, terus uang hasil jualan mau aku belikan detergen? Aku masih waras saat kamu menggila, kenapa enggak kamu suruh anak SMK itu yang cuci baju?”
“Tapi, aku belum selingkuh waktu itu!”
“Belum mulai tepatnya, tapi sudah punya ancang-ancang,” timpalnya dengan wajah datar seperti biasa, “Kamu pamit tugas dinas di hari libur, alasan rapat. Ada instansi tetap aktif di akhir pekan? Jangan lupa, aku peringkat dua paling baik saat sekolah. Kapasitas otakmu buat mengadaliku tak akan mumpuni.”
Sialan! Dia menganggap aku bodoh. Pantas saja, hanya mencuci pakaiannya sendiri. Jadi, dia sudah tahu aksiku sebelum bulan Desember. Artinya, Angela tak mau masak karena kesal aku bohongi tentang gaji.
Padahal dia mengatakan gaji tak seberapa, seharusnya rela. Bukan malah membalas dengan hal kejam di rumah, membiarkan aku jungkir balik memasak dan mencuci baju sendiri. Disentuh pun tak menikmati, cara balas dendam paling menyebalkan. Kekanakan sekali!
Seharusnya jika gajiku tak banyak, ia tidak perlu mengungkit. Cukup mengikhlaskan, kapan lagi mau beramal pada orang lain? Lagi pula, aku hanya tak menyetor berapa bulan? Dasarnya saja perhitungan, padahal hasil toko sudah banyak. Dasar fakir syukur!
Namun, kenapa dia tahu aku berbohong tentang liburan yang kusamarkan sebagai rapat dinas? Padahal itu hari pertama kami pendekatan, Cindy lebih menarik dan dewasa saat mengenakan pakaian biasa. Makanya kudekati, ternyata mudah sekali. Cukup diberi sedikit rayuan gombal.
“Oke, aku salah. Maaf, sekarang kamu hapus nomor yang sudah disebar.”
“Jaminannya?”
“Aku enggak akan menghubungi dia lagi.”
“Kalau naikin?”
“Astaga!” pekikku tak percaya dia akan menyamakan Cindy dengan motor, “Kami belum satu bulan jadian.”
“Pedekatenya yang lama sampai belikan kacamata dan HP segala dari gaji yang tak seberapa, impaslah dengan gaji masak dan nyuci selama ini. Jangan hak terus yang dituntut, Tuhan juga menciptakan kewajiban. Penuhi dulu, baru meminta imbalannya.”
Hah? Istri macam apa dia? Berani sekali membantah perkataan suaminya. Begini ini yang akan menjadi penghuni Neraka! Pandai menyakiti hati seorang lelaki.
Kalian lihat bukan? Bukan aku pembuat masalah dalam keluarga, semua bersumber dari Angela. Wanita pemalas yang hobi balas dendam, tak mau menerima takdir apa adanya. Malah menyalahkan suami yang sedang diabaikan.
Masih mau mendengar kebusukan Angela? Belum muak! Beruntung dia punya aku, suami yang begitu pengertian dan sabar meski harus dihukum hanya karena tak memberi uang beli detergen.
***
Membahas Angela tak akan ada habisnya, dia bagai rumus matematika. Sulit dipecahkan isi pikirannya, kenapa selalu mengetahui setiap kesalahan yang kuperbuat di luar rumah? Berbohong pun percuma, akan tetap ketahuan. Apa kepalanya berisi metal detektor?“Dari mana?” tanya ini selalu menyambut kepulanganku, tanpa senyum sejuk yang menghalau lelah. Seharusnya sebagai istri, Angela lebih mempelajari teknik memanjakan suami. Bukan meningkatkan performa menindas pasangan.Aku tahu, setiap manusia terlahir sebagai pemarah andal. Adakah avatar yang dinobatkan sebagai pengendali emosi? Jika ada, aku akan datangi agar Angela lupa pada nada untuk marah. Bosan setiap malam mendapat sambutan khusus.Dia tidak cerewet, tetapi sedikit menikam setiap kali melontarkan kata-kata. Tak heran jika lidah mampu membunuh tanpa perlu menyentuh orang lain, cukup menjadi pemilik kosakata sadis dengan pemilihan diksi paling buruk. Iya, seperti Angela! Dia begitu ahli dalam menebas perasaan da
Masih dari tahun 2017, saat aku sudah bekerja di salah satu Puskesmas. Memang ada seorang gadis cantik yang dekat denganku, tetapi kami hanya sebatas saling menggenggam tangan. Sebab, dia anak pondok yang menjaga sikap untuk jauh dari khilaf.Kami membahas hal seru di setiap tulisan yang kukirim padanya, Ayu sangat menyukai tulisan Angela. Dia bahkan, akan antusias dalam membahas adegan demi adegan yang seolah diciptakan begitu nyata oleh istriku. Tentu saja, gadis ini tak tahu penulis aslinya.Kukatakan jika seseorang membantuku membuat tulisan tersebut, aku juga menyabotase grup-grup menulis milik Angela. Kukatakan jika di sana Dyo Kusuma sering mengisi kelas online, bahkan dianggap sebagai salah satu penulis yang keberadaannya diperhitungkan. Kalian tahu responsnya? Ayu semakin berbinar-binar.“Bapak hebat, suatu saat Ayu mau sepeti Bapak.” Dia menunjukkan rasa takjub, memberi senyuman terbaik untukku. Lihat, senyuman! Hal paling indah yang jarang
Ini di tahun yang sama, kejadian 2017 lalu. Ketika aku masih bersama Ayu, santri asal pondok pesantren ternama yang dianggap alim nan lugu itu sudah dilepas segelnya oleh Dyo Kusuma. Bangga? Jelas, dong! Usia 28 tahun masih laku pada gadis.Sebenarnya malas sekali untuk dinas malam, tetapi daripada di rumah dan terlibat adu pendapat dengan Angela atau diabaikan olehnya hanya karena dia selalu curiga pada setiap alasanku betah di Puskesmas. Heran, dia selalu merasakan hal-hal yang menyudutkan, bisa enggak tak usah mempermasalahkan kesenanganku?Aku tak melakukan hal busuk, Ayu menyerahkan kehormatannya tanpa paksaan. Dia mau, kenapa justru menganggap para pria brengsek? Tingkat kebejatan seseorang selalu dinilai secara sepihak, apa akan terjadi sebuah dosa jika tak diberi celah?Jika memang aku satu-satunya pelaku kejahatan, dianggap tukang celup sana-sini. Apa si pemilik celupan terbebas dari kesalahan? Kenapa setiap perempuan selalu memaafkan khilafnya sesama,
“Dyo!” Panggilan ini sedikit mengagetkan, seorang bidan muda yang masih sukwan menepuk pundak. Dia tersenyum saat melihat tampangku, tak ada sopan-sopannya anak muda sekarang. Padahal umurnya jauh di bawah aku.Masih mending Shiva, mau memanggil 'Mas'. Eh! Dia tak menampakkan diri setelah menyerahkan diri semalam, servis luar biasa di kala tak terduga. Kejutan keren yang mampu membuat semangat menggebu pagi ini.Namun, di mana Ayu? Kenapa dia tak terlihat? Biasanya bus mini akan datang sebelum aku muncul di sini, tetapi sekarang malah belum menampakkan batang hidung.“Apa, sih, Meg?” Aku langsung menanyakan maksud sang gadis berbadan sintal datang di saat tak biasa, atlet voli Puskesmas itu pun hanya menyengir. Mirip kuda kebelet kawin, ada apa dengannya? Mendadak sok akrab begini, pasti ada maunya.“Kita selesaikan sekarang saja, ya?” Kalimat aneh ini cukup rancu, menimbulkan sedikit perasaan aneh dalam benak. Apa yang
Dalam suatu tempat kerja pasti akan sering terjadi hal-hal penuh kejutan, ternyata tak hanya kaum pria saja. Namun, Kambing Hitam paling mengenaskan selalu dari sisi kami. Padahal setiap kali hal ilegal terjadi diam-diam, mereka yang mau.Bukankah suatu kejadian dianggap bejat dan biadab ketika penuh paksaan? Aku bahkan sama sekali tak memaksa, justru mereka yang menggiring sosok suami mania sepertiku menuju lembah kecurangan paling mematikan. Keterlaluan!Menempati kantor baru, ruang sempit yang mengharuskan berdesakan. Tak betah di dalam, para lelaki lebih suka berdiam diri di luar. Menghabiskan waktu dengan bercengkerama atau sekadar bermain kartu, tak ada pasien serius. Hanya sesekali warga datang untuk memeriksakan diri.Shiva atau Mega tak ditempatkan di sini, Ayu juga mulai jarang datang. Tak ada hiburan sama sekali, membosankan bekerja jika terus begini. Aku berharap waktu segera berlalu, mengembalikan Ayu kembali sehingga semangat tak lagi bersembunyi.
“Puas?” sentakku saat kami tiba di rumah, memerhatikan perempuan yang tengah melepas kerudung panjangnya hingga menampakkan keseluruhan pesona. Memang dia tampak menarik dilihat sisi mana pun, bukan hanya sekadar bualan belaka. Kemungkinan rasa percaya diri super tingginya berasal dari wajah cantik yang terpancar nyata.Angela memiliki 1001 cara dalam menyikapi kecurangan demi kecurangan yang kulakukan, anehnya dia tak pernah mempermasalahkan hingga lanjut. Wanita satu ini menurutku terlalu tenang, ia akan bersikap santai setelah melakukan hal besar. Apa dia Psikopat?Seolah tak terjadi apa-apa, Angela akan melakukan setiap aktivitas seperti biasa. Sama sekali tidak terusik oleh Ayu, padahal dialah yang melaporkan kekasih hatiku itu. Sama seperti kasus Cindy, Angela hanya melakukan tugas sesuai porsi yang ia inginkan.“Apa kamu tak kasihan padanya? Dia dikeluarkan dari pondok!” Aku benar-benar gusar, bagiku sosok Ayu tak layak mendapat pe
“Apa lagi, sih?” Angela tampak malas membuka pintu kamar saat aku sudah selesai mengantar Mama pulang, kenyang dengan omelan wanita yang melahirkanku ke dunia. Sementara istriku tampak enggan mempersilakan suaminya masuk kamar.“Masih tanya apa?” ulangku tak percaya pada caranya menyambut, Angela hanya berbalik badan. Malas memandang suaminya sendiri, apa ini sikap seorang istri setelah melakukan aksi kurang ajar?Dia bahkan berani bertingkah tak sopan di depan mama, menunjukkan rasa benci berlebihan. Dasar istri tidak punya etika! Seorang ibu wajib dihormati sekalipun sering membuat goresan luka serta hinaan padanya. Toh, ibu mertua tetaplah orang tua yang harus dia hormati.“Kenapa kamu mengatakannya pada mama?” Aku langsung mengatakan apa yang ada dalam kepala, tak sanggup menahan diri untuk sekadar berbasa-basi. Dia memang harus diberi pelajaran agar tidak selalu bertingkah sesuka hati.“Ada bukti kalau aku ya
Jika semua orang mengatakan mengenai perselingkuhan terjadi karena adanya niat dari si pelaku, kalimat tersebut sedikit berlebihan. menurutku, tidak semua keinginan mengarah pada hal buruk. Apalagi mengenai kecurangan hati.Namun, lebih mengarah pada kesempatan. Begitulah yang selama ini kualami terkait hal-hal yang dianggap sangat tidak terhormat, siapa yang memulai? Bukan aku dan sama sekali tidak pernah terencana. Semua terjadi begitu saja!Seperti sekarang, Hera datang dalam kehidupan rumah tangga kami bukan karena aku yang mengundang. Dia mengetuk pintu dan sebagai tuan rumah yang baik, bukankah sangat disarankan untuk menghormati tamu? Mempersilakan masuk sesuai aturan yang ada.[Mas Dyo apa kabar?]Kalian baca pesannya? Padahal kami baru bertemu semalam, dia juga sangat jelas melihat kondisiku sangat baik. Basa-basi ini sangat jelas akan mengarah ke mana bukan?[Ini aku, Mas. Hera!][Mas Dyo lupa?][Aku yang pas SMA suka sama M